Eighteen.

3.3K 171 15
                                    

"Jadi, udah berapa bulan aku nggak update?"
.
.
.
.
.
Untuk beberapa orang yang melihat Sia saat ini, mungkin mereka akan mengira bahwa Sia adalah seorang pengangguran yang baru saja putus cinta.

Bagaimana tidak? Saat ini penampilannya sangat berantakan. Ia sudah menghabiskan lebih dari sepuluh gelas Vodka, namun ia belum mabuk sama sekali. Rencananya untuk lebih dekat dengan Jungkook selalu gagal. Tadi, saat Jungkook baru saja pulang ke rumah, Sia langsung meminta Jungkook untuk menemaninya ke bar pada malam hari. Dan tentu saja Jungkook menyetujuinya.

Yang membuat Sia kesal adalah, Jungkook malah minum di meja yang berbeda dengan Sia, dan membiarkan Sia duduk sendirian di bar stool. Alasannya, karena Jungkook ingin berbincang-bincang dengan teman-teman nya disana.

Pandangan Sia tiba-tiba teralih pada wanita yang sedang menikmati minumannya tanpa memperdulikan rayuan gila dari laki-laki yang mengelilinginya. Sia berpikir, mungkin wanita itu sedang memiliki banyak masalah sehingga ia memutuskan untuk meminum alkohol agar sedikit lebih tenang.

Saking bosannya, Sia pun melangkahkan kakinya menuju tempat dimana wanita itu sedang menikmati minumannya. Mungkin dengan menghampiri nya, ia akan mendapat teman baru. Entah mendapat keberanian darimana, Sia dengan mudah menyingkirkan semua laki-laki yang sedang merayu wanita itu.

"Hai."

Sia menyapa wanita itu sambil menuangkan alkohol ke salah satu gelas.

Wanita yang disapa oleh Sia hanya melihatnya sebentar lalu melanjutkan aktivitas meminumnya tanpa mengatakan apapun.

Melihat itu, tentu Sia sedikit geram. Ia pun memutuskan untuk duduk di sampingnya, dan memberikan segelas alkohol yang baru saja ia tuang tadi kepada wanita itu.

"Jadi, sudah berapa botol yang kau habiskan?"

"Bukan urusanmu." Balas wanita itu tanpa memperdulikan alkohol yang diberikan untuknya.

Sia pun memutuskan untuk menaruh gelas berisi alkohol itu ke meja, dan kembali bertanya,

"Apakah kau datang sendirian?"

"Jangan bersikap seolah-olah kita saling mengenal."

"Ternyata kau adalah tipe wanita yang sangat susah bergaul ya. Sepertinya kau memang datang sendirian." Bukan Sia namanya jika tidak selalu membuat lawan bicaranya geram.

Mendengar itu, wanita tersebut menghentikan aktivitasnya dan menghembuskan nafasnya.

"Katakan apa mau mu. Jangan sampai membuatku marah."

Sia pun tersenyum miring. "Ayo minum bersama ku disana." Ucapnya sambil menunjuk kearah bar stool.

"Aku ingin pulang sekarang. Saat ini aku sedang dalam keadaan tidak boleh meminum alkohol terlalu banyak." Ucap wanita itu spontan dan tidak sengaja mengatakan hal seperti itu. Seakan menyadari apa yg baru ia katakan, ia pun langsung melanjutkan kalimatnya, "Maaf, aku bercanda."

Mendengar itu, Sia membelalakkan matanya kaget. "Tu-tunggu, k-kau hamil?" Tanya Sia dengan suara yang kecil, hampir seperti sedang berbisik.

Tanpa mengatakan apapun, wanita itu langsung membereskan barangnya dan bergegas menuju keluar bar tanpa memperdulikan Sia yang terus memanggilnya.

"Hei tunggu!" Sia menghentikannya dengan menggenggam lengan wanita itu.

Wanita itu membalikkan badannya dan menatap Sia sinis. "Apa maumu!"

"Kau sungguh sedang mengandung?"

"Iya! Kenapa kau sangat bersikeras menanyakan hal itu?! Kau ingin mengejekku?! Kau ingin menyebar luaskan kabar ini ke seluruh pegawai bar agar aku tidak diperbolehkan lagi kesini?!" Ucap wanita itu dengan emosi yang membara, seakan ia sedang melampiaskan semua kekesalannya kepada Sia.

Siapapun yang diajak bicara seperti itu, tentu saja kaget. Begitu juga dengan Sia. "T-tidak, aku--,"

"Lalu apa maumu!? Apakah kau bisa menolongku?! Apakah kau bisa memberi solusi terbaik untukku?! Apakah kau bisa membiayai setiap pengeluaran yang dibutuhkan ku saat ini?! Apakah kau--," Wanita itu menggantungkan kalimat terakhir nya, seakan baru tersadar atas apa yang baru saja ia katakan. Ia pun menjatuhkan dirinya dan menangis dengan menutupi wajahnya. "Maaf, aku sudah berkata seenaknya kepadamu." Ucap wanita itu ditengah tangisannya.

Sia yang mendengar itu, hanya mematung sambil mencermati setiap kalimat yang dilontarkan oleh wanita itu.

"Jadi, wanita ini hamil dan lelaki yang menghamilinya tidak ingin bertanggung jawab?"

Sia berpikir seperti itu karena wanita itu mengatakan bahwa ia membiayai pengeluaran nya sendiri.

"Hei, ayo kita berbicara di dalam saja. Melihat keadaan mu yang seperti ini, mungkin aku bisa menolongmu." Tanpa mendapat persetujuan dari wanita itu, Sia pun membopongnya untuk pergi ke suatu tempat.

"Jadi, apa masalahmu?" Tanya Sia saat mereka sudah berada di balkon bar. Karena tidak mungkin mereka berbicara di dalam bar, mengingat suasana di dalam sangat berisik.

"Setidaknya beritahu aku namamu. Aku tidak terbiasa membicarakan masalah ku kepada orang asing." Ucap wanita itu saat tangisnya sudah mulai mereda.

"Oh iya, namaku Sia. Himari Sia. Dan namamu?"

"Soojung. Han Soojung."

Soojung pun mulai menceritakan masalah nya, dan tanpa disadari, air matanya menetes saat ia menceritakan bahwa Taehyung yang ingin menggugurkan kandungannya.

"Katakan, apa yang harus aku lakukan, Sia? Tadi kau mengatakan ingin memberi saran kepadaku." Selesai menceritakan semuanya, Soojung menanyakan hal itu kepada Sia sambil menghapus air matanya.

Sia membelalakkan matanya, tak percaya apa yang barusan ia dengar. "Siapa nama gadis yang disukai oleh pria itu?" Tanya Sia.

"Shin Hana."

Sia menghembuskan nafasnya, ia memang tak mengenali siapa Shin Hana itu. Namun, saat Soojung mengucapkan nama itu, tubuhnya bergetar hebat seperti seseorang yang sedang menahan amarah. Dan Sia yakin, Soojung sangat membenci sosok yang bernama Shin Hana itu.

"Dengar, aku ini bukan tipe manusia yang bisa memberi saran terbaik kepada seseorang. Tapi, saat ini kau sedang butuh uang, bukan? Menurut ku, sebaiknya kau terima saja tawaran bekerja kepada manusia yang bernama Kim Namjoon itu. Dan untuk gadis yang bernama Shin Hana, sebaiknya kau mulai berbicara baik-baik dengannya, lalu--,"

"Tunggu! Apa kau gila?! Aku tidak ingin berbicara dengannya! Bahkan dengan melihat wajahnya saja, sudah membuatku ingin mencabik-cabik nya. Ternyata, kau tidak mengerti juga, ya!" Soojung memotong perkataan Sia sambil mencengkram kedua bahu Sia.

"Hei, aku mengerti perasaan mu. Jangan biarkan rasa dendam dan amarah mu itu menguasai dirimu. Sebaiknya kau mulai saja membicarakan hal-hal manis kepada Shin Hana, dengan begitu ia akan sangat mudah terbuai. Lalu saat begitulah, kau memanfaatkan situasi itu."

Soojung mengerutkan keningnya, dan mulai melepaskan cengkraman nya. "Jadi, maksudmu?"

Sia tersenyum miring dan berkata, "Ya. Dengan begitu, kau akan sangat mudah memprovokasikan hubungan antara Hana dan Taehyung."

"Hei!" Terdengar suara teriakan pria dari sudut balkon. Soojung dan Sia yang merasa terpanggil itupun menoleh dan menghentikan perbincangan nya.

"Ah, Jungkook ku~" Sia melambaikan tangannya.

"Aku ingin pulang. Sebaiknya kau menginap saja disini jika ingin terus berbincang dengan wanita itu. Lagipula aku tidak akan membutuhkan mu selama dirumah." Setelah mengucapkan kalimat itu, Jungkook membalikkan badannya dan pergi menuju tempat mobilnya terparkir.

"Ah, Jungkook memang kasar seperti biasanya~" Ucap Sia sambil membereskan barangnya dan bergegas pergi.

"Aku pulang, Soojung. Pikirkanlah saranku tadi dengan baik. Oh iya, ini nomor telepon ku. Mungkin, suatu saat kau akan membutuhkan ku." Sia memberikan secarik kertas yang berisi nomor telepon nya, sambil mengedipkan sebelah matanya.

Soojung masih terdiam disana, merenungkan kembali setiap perkataan Sia tadi. Menurutnya, rencana Sia itu memang licik. Namun, sepertinya itu adalah cara yang terbaik untuk memberi pelajaran pada Hana dan mendapatkan hati Taehyung untuknya.

My bad boy, JK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang