--diharapkan untuk follow dulu sebelum baca--
"Hana, Berani-beraninya dengan segala kelebihan dan kekurangan yang kau miliki telah membuat candu pada diriku yang tidak memiliki kelebihan apapun ini. Dengan kecantikanmu, membuatku tak bisa berpaling...
Semilir angin kencang dipagi hari ini sukses membuat air mata yang mengalir di pipiku menjadi kering. Sejak kemarin malam, aku tak henti-hentinya menangis dibalkon apartemen ku. Aku tak peduli dengan rasa dingin yang menusuk tulang ku. Aku hanya ingin mengeluarkan segala kesedihan ku melalui jutaan air mata yang aku keluarkan.
Hingga detik ini, aku masih tak berani memberitahu tentang kehamilan ku kepada kedua orang tuaku. Aku akan memberitahu mereka, disaat Taehyung mau bertanggung jawab nanti.
Haruskah aku pergi ke rumah Taehyung, dan langsung memberitahukan pada kedua orangtuanya tentang kehamilan ku ini? Kurasa itu bukanlah ide yang bagus. Karena aku bahkan tidak tahu dimana rumahnya.
"Baiklah. Aku akan ke rumah Hana terlebih dahulu, untuk menanyakan alamat rumah Taehyung." Batinku, lalu beranjak dari balkon, dan pergi ke kamar mandi untuk sekedar membersihkan diriku.
Selesai dengan aktivitas ku dikamar mandi, aku pun langsung memakai pakaian ku dan mengambil tas selempang ku. Aku tak memoleskan makeup sedikitpun di wajahku. Untuk apa aku memakai makeup jika wajahku akan tetap terlihat jelek seperti ini?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku memutuskan pergi ke rumah Hana dengan menggunakan angkutan umum. Di angkutan umum ini lumayan ramai. Tapi untungnya aku sudah mendapat tempat duduk yang nyaman disini.
Ternyata masih banyak orang yang ingin menggunakan angkuan umum dibandingkan menggunakan kendaraan pribadi. Mungkin Ada beberapa orang yang ingin berangkat bekerja, dan mungkin ada juga beberapa orang tua yang ingin mengantar anaknya sekolah.
"Appa, kaki ku sangat pegal. Apakah aku tak bisa mendapat tempat duduk disini?" Terdengar suara keluhan dari salah satu gadis cilik yang memakai seragam sekolah itu. Umurnya enam tahun, mungkin? Entahlah, aku hanya menebak.
"Sebentar lagi kita akan sampai disekolah mu, sayang. Apakah kau tak bisa menahannya?" Ucap sang ayah lembut. Tapi kurasa, dia terlalu muda untuk menjadi seorang ayah. Apakah dia menikah diusia muda? Apakah ia menghamili seorang wanita diluar pernikahan, seperti yang saat ini aku alami? Batinku mengatakan, opsi kedua tidaklah masuk akal. Karena dari wajah dan penampilannya, terlihat jelas bahwa dia adalah lelaki baik-baik.
"Tapi kakiku--"
"Kau bisa duduk disini saja, gadis cantik." Ada sedikit belas kasihan dipelupuk hatiku. Aku pun berdiri dari tempat duduk ku, agar gadis tersebut dapat mengambil alih tempat dudukku.
"Tidak usah, Noona. Anakku yang satu ini memang sedikit manja." Noona? Ayah dari gadis itu memanggil ku Noona? Apakah aku terlihat setua itu?