9

57.6K 5.9K 341
                                    

"Jemput saya dong pak, dekat halte bus"

"Oke saya kesana"

Tut!

Farel mematikan panggilannya secara sepihak. Ia segera merapihkan barang-barangnya. Dan segera menjemput Sahira.

Ada sedikit rasa senang di lubuk hatinya yang paling dalam. Awalnya ia mengira bahwa Sahira marah padanya, karena tak mempercayai ucapan Sahira. Entah kenapa Farel sangat suka jika ia selalu berdekatan dengan Sahira. Atau mungkin Farel sudah jatuh hati pada Sahira?

Farel mengambil kunci mobilnya yang berada di saku celananya. Saat sampai di parkiran Farel segera mengendarainya dan melajukannya ke tempat dimana Sahira berada.

Tepat di halte bus yang tak jauh dari Kampus. Farel melihat Sahira yang berdebat dengan seorang laki laki, yang entah itu siapa. Saat lelaki itu pergi barulah Farel menghampiri Sahira.

"Sira" panggil Farel.

"Selamat petang pak" sapa Sahira sopan. Dan memasuki mobil Farel.

Setelah Sahira masuk kedalam mobil Farel. Farel segera melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata.

Jalanan ibu kota memang selalu macet. Apalagi di saat sore seperti ini, banyak orang kantor yang baru pulang kerja. Maka dari itu mobil Farel sedang mengahadapi ramainya jalanan ibu kota.

"Tadi siapa Sir?" tanya Farel, pandangannya masih fokus menyetir.

"Siapa? Yang mana?" yang di tanya malah nanya balik. Sahira masih menatap ke arah luar jendela, dengan aerphone yang terpasang di telinganya. Namun Sahira masih bisa mendengar jelas apa yang di ucapkan oleh Farel.

"Yang di Halte itu, siapa? Pacar kamu?" tanya Farel lebih jelas.

"Hah? Pacar? Gak salah? Seorang Sira punya pacar? Deket sama cowo aja kaga" Jawab Sasa, yang sudah duduk santai di belakang Sahira.

Dih setan ngapain coba

"Enggak, saya juga ga kenal" jawab Sahira spontan.

"Sir! Coba dong lagunya ganti" ujar Sasa, mencoba untuk mengganti lagu yang keluar dari radio mobil Farel. Namun karena ia seorang setan atau hantu jadilah tangannya malah tembus.

"Kok tangan gue malah tembus sih" tanya Sasa pada dirinya sendiri. Tangan Sahira sudah  bersiap untuk menampar wajah mungil Sasa. Namun niatnya ia urungkan saat ia melihat Farel yang menatapnya.

"E.. Eh pak" Sahira tersenyum saat Farel menatapnya.

"Iyah kenapa?" tanya Farel.

"Enggak papa sih" Jawab Sahira kikuk.

"Hahah mau nampar gue ya? Oh tidak bisa" ledek Sasa.

"Oh iya Sir, kamu masih ingat sama soal tiga permintaan itu?" tanya Farel, memecah keheningan yang melanda mereka.

"Tiga permintaan? Yang mana pak?" tanya Sahira.

"Itu loh, yang waktu kamu minta bantuan aku di taman"

"Yang mana sih pak?" tanya lagi Sahira, ia benar lupa atau memang pura pura lupa sih? Dan apa tadi Farel menggunakan  kosakata Aku-Kamu. Terdengar menggelikan sih tapi Sahira harus menerimanya dengan ikhlas.

"Waktu kamu minta aku buat jadi pacar pura pura kamu" jelas Farel.

Masya allah calon suami gue masih inget ternyata --- Batin Sahira.

"Oh yang itu, iyah kenapa pak?"

"Kamu bakal nurutin permintaan aku kan?"

"Iyahlah pak, bapak mau minta apa? Sini sini?" jawab Sahira antusias.

𝙸𝚜𝚝𝚛𝚒𝚔𝚞 𝚒𝚗𝚍𝚒𝚐𝚘 (𝙴𝙽𝙳)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang