Ending

605 47 73
                                    

"Harapan akan selalu jadi harapan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Harapan akan selalu jadi harapan. Semesta punya kejutan yang sama sekali
tak pernah terduga."
-Keyna

****

"Key, gue boleh masuk nggak?" tanya Riskan sembari mengetuk pintu kamar milik Keyna. Sebelum itu, ia sempat menyapu pandangannya ke seluruh penjuru rumah. Begitu sunyi dan hampa, pikirnya.

Ceklek!

"Riskan? Reynand? Kalian disini? Ayo masuk!" ucap Keyna dengan sangat antusias, berbeda dengan Reynand dan Riskan yang kini saling pandang.

"Rey, kenalin, ini Mama aku. Dia yang merawat aku dari kecil. Aku sayang banget sama dia. Kamu masih inget, kan? Mama adalah orang yang paling jago buat kentaki!" Celoteh Keyna sembari menunjukkan sebuah foto keluarga berukuran besar. Keyna menunjukkan jarinya ke seorang wanita muda yang tersenyum menawan. Riskan dan Reynand tampak terpukul melihat keadaan Keyna sekarang.

"Tapi dia tinggalin aku sendiri," sambung Keyna dengan nada pelan dan sendu.

"Mereka semua pergi, Rey. Kak Ardim juga pergi tinggalin aku." Kini air mata Keyna kembali luruh. Kedua cowok itu bersiap siaga untuk memberi sebuah pelukan.

"Reynand, Riskan, bilang sama Papa, aku nggak bakal nyebrang sembarangan lagi, aku nggak akan suka kentaki lagi, aku juga nggak akan buat Papa marah. Suruh Papa pulang, ya. Aku kangen mereka." Keyna menatap kedua cowok itu bergantian, kemudian tersenyum manis. Detik berikutnya, tubuh Keyna ambruk ke lantai dengan mata yang sudah sayu. Ia sudah lelah.

"Kak Ardim, Keyna janji nggak bakal ngikutin Kakak kemana pun. Keyna mohon, Kakak harus pulang, temenin Keyna. Sekarang Keyna sendirian." Gadis itu menatap lantai dengan tatapan kosong.

"Kinan, Kakak janji bakal bawa Alan lagi. Tapi—"

Kedua lutut Reynand melemah. Ia tak sanggup melihat penderitaan mendalam dari mata Keyna. Gadis itu sungguh malang. Seorang gadis kecil yang selalu tampak ceria kini terbaring tak berdaya meratapi hidupnya. Reynand berulang kali menghapus air matanya. Ia harus terlihat kuat di hadapan Keyna.

Disisi lain, Riskan tak sanggup melihat Keyna yang sedang terpuruk. Hati kecilnya menjerit keras untuk memberi gadis itu kekuatan. Namun wajahnya terus memalingkan wajah dari gadis yang kini sudah terkapar lemah di lantai. Ia tak sanggup melihat butiran kristal itu membasahi wajah manis gadisnya.

"Key, ayo bangun." Reynand mencoba memberi bantuan pada Keyna yang kini sudah tertidur di lantai.

"Key!" Reynand mengguncang tubuh Keyna yang tampak memucat. Pikirannya semakin kacau saat Keyna tak menghiraukan semua guncangan yang ia berikan. Tubuh gadis itu seakan hilang kepekaan terhadap sentuhan.

Melihat situasi yang semakin tak terkendali, jantung Reynand kian berpacu cepat. Ia langsung mengambil alih tubuh Keyna dan mengangkatnya ke kasur.

"Kita harus bawa Keyna ke rumah sakit sekarang!" putus Reynand dengan panik. Ia langsung berlari ke bawah untuk menyiapkan mobil.

"Key, bangun! Keyna!" teriak Riskan ketika tubuh itu tak merespon panggilannya.

"Keyna, kamu kenapa?" tanya Riskan dengan buliran air mata yang membasahi wajahnya. Untuk pertama kalinya ia merasakan sesuatu yang aneh di hati. Seperti ada yang kosong disana.

"Key—" Napas Riskan tercekat ketika denyut nadi Keyna berhenti. Tubuhnya hilang keseimbangan, pandangannya juga mengabur. Inikah rasanya kehilangan? Keynanya sudah pergi.

"KEYNA!!" teriak Riskan dengan air mata yang terus menetes.

"Jangan pergi, Key. Kamu belum senyum. Jangan gini, becanda kamu nggak lucu." Riskan terkekeh hambar. Tangannya terus mengusap telapak tangan Keyna yang kian memucat, berharap bisa menyalurkan kehidupan ke gadis di hadapannya.

"Key, aku belum nyatain perasaan aku ke kamu. Balik sebentar ya, aku aja yang pergi, kamu jangan." Ujar Riskan dengan mata yang kembali mengabur. Orang hebat juga pernah menangis, kan?

"Keyna kenapa?" tanya Reynand dengan napas yang tak beraturan. Ia langsung berlari ke atas ketika semuanya sudah ia persiapkan. Namun ketika ia kembali, semesta telah lebih dulu mengambil Keynanya.

"Rey, Keyna udah pergi—selamanya." Ucap Riskan dengan sebulir air mata yang membasahi wajahnya. Senyuman manis Keyna masih terngiang jelas di benaknya. Kini senyuman itu tiada lagi.

Reynand langsung berlutut di lantai. Air matanya terasa enggan untuk menumpahkan kesedihan, tapi hati kecilnya berdenyut tak karuan. Sosok yang selalu terlihat kesal setiap rambutnya ia acak, kini tetap diam dengan wajah yang memucat. Semesta telah lebih dulu mengambil Keynanya.

"KEYNA!!"

~TAMAT~

Akhirnya ending juga:")
Maaf kalau nggak sesuai ekspetasi. Maaf juga kalau feel-nya nggak dapet. Ini cerita Khai yang pertama, jadi ambil baiknya dan buang buruknya ya;)

Gimana? Mau ada EKSTRA PART nggak?
Eits, tapi ada syaratnya, hehehe.
Khai bakal update setelah tembus 50 komentar. Nggak sulit, kan?

Terimakasih yang sudah stay dari awal, lope sekebon untuk kalian💞
Doa terbaik untuk cerita Khai yang satu ini 🤗

Mohon bijak dalam menilai ya, disini nggak ada unsur plagiat. Ini semua murni dari pemikiran Khai. Bahkan pas nulis ini, Khai nggak ada baca cerita manapun, jadi nggak mungkin kalau Khai plagiat karena alesan terinspirasi. Pokoknya ini murni dari pikiran sendiri ;)

Semoga hari kalian menyenangkan✨
Jangan lupa vote, komen dan follow ya;)
See you again❤

KENTAKI [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang