31. Dendam

215 18 0
                                    

"Aku tak menyangka jika masa laluku sangat berpengaruh pada masa depanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku tak menyangka jika masa laluku sangat berpengaruh pada masa depanku. Terimakasih pernah hadir sebagai sahabatku."
~Keyna

****

"Sya," panggil Keyna saat gadis itu hendak menutup pintu.

"Ck. Lo mau ngapain sih?" Gadis itu memutar bola matanya malas.

"Aku cuma mau nanya sama kamu," ucap Keyna dengan nada berharap.

"Lo mau nanya apalagi? Bukannya semua udah jelas ya? Ooo, jangan-jangan lo mau nuntut gue, ya? Silakan, Key. Gue udah nggak peduli sama hidup gue." Asya tersenyum kecut.

"Bukan gitu, Sya. Aku mau minta maaf sama kamu atas masa lalu itu. Dan satu lagi, aku nggak ada niatan buat nuntut kamu. Aku tau kok, kamu melakukan semua itu untuk balas dendam ke aku, kan?" papar Keyna dengan nada yang begitu lembut.

"Udah ya, Key. Kalau lo nggak ada urusan apa-apa lagi, mending lo pergi dari sini! Gue nggak butuh lo!" ujar Asya dengan nada ketus.

"Sya, ini bukan Caca yang aku kenal. Kenapa kamu berubah jadi kaya gini, Sya? Aku rindu kamu yang dul—"

"Caca yang lo kenal udah mati!" potong Asya.

Keyna menghembuskan nafas lelah. Mungkin ekspetasinya terlalu berlebihan, sahabatnya tidak akan kembali seperti dulu lagi.

Tanpa berpikir panjang, Keyna langsung memeluk tubuh Asya. Ia tak peduli jika Asya menamparnya, yang penting ia bisa merasakan pelukan hangat sewaktu kecil dulu.

"Maaf, Sya. Gara-gara aku kamu harus berubah banyak kaya gini." Sebuah bulir air mata berhasil lolos dari mata Keyna.

Asya mendorong pelan bahu Keyna. "Lo harus terima gue yang sekarang, Key. Gue yang sekarang benci banget sama lo, dan lo harus terima kenyataan itu." Asya memundurkan langkahnya untuk menjauh dari Keyna.

"Besok gue mau pindah sekolah. Gue mau mengukir kehidupan baru gue tanpa rasa dendam. Mengenai Rifka, gue akan minta maaf ke dia. Dan, gue akan maafin lo."

Senyum Keyna mengembang. Apa ia tidak salah dengar? Asya memaafkannya?

"Tapi, gue pengen lo pergi jauh dari kehidupan gue. Mulai sekarang kita cuma orang asing yang nggak pernah kenal. Sekarang, lo bisa pergi dari sini." ucap Asya dengan nada datar.

Keyna tak menyangka jika Caca-nya yang dulu bisa berubah drastis seperti sekarang. Dia bukan Caca lagi, tapi Asya. Keyna juga tak menyangka kalau dendam Asya terhadapnya begitu besar. Gadis itu bahkan tidak mau berdamai kembali dengannya. Mungkin dendam itu tak akan pernah hilang. Keyna benar-benar sedih.

"Tapi, Sya. Ak—"

"Gue udah maafin lo, gue kira itu udah cukup. Mengenai Ardim, lo nggak usah khawatir, gue udah putus sama dia. Mungkin dia bakal susah untuk move on dari gue, bukan geer, tapi Ardim memang sayang banget sama gue. Yang jelas, semoga Ardim bisa dapet cewek yang lebih baik dari gue. Gue bukan orang yang baik buat dia." ucap Asya kembali tersenyum kecut.

"Sya, mungkin kehadiran aku terlalu berpengaruh besar sama kamu. Maaf kalau aku sudah lancang mengusik kehidupan masa kecil kamu dan makasih udah mau maafin aku. Sejujurnya aku sedih mendengar semua penuturan kamu, tapi aku sadar, disini aku memang pantas untuk mendapatkan semuanya. Tapi satu hal, Sya. Aku mau nanya sesuatu yang penting ke kamu." Kini tatapan Keyna berubah menjadi serius.

"Apa maksud dari ucapan kamu kemarin?"

****

Keyna langsung meminta Riskan untuk mengantarkannya pulang. Perasaannya kacau saat terakhir kali bertemu dengan Asya, bahkan ia harus menunda janji untuk bertemu dengan Rifka.

"Lo yakin nggak papa, Key?" tanya Riskan saat melihat wajah Keyna yang tampak gelisah.

"Bisa lebih cepat nggak, Ris? Ini lebih penting dari nyawa aku soalnya."

****

Menuju ending🎉

KENTAKI [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang