"Aku tidak pernah menyangka jika kamu adalah orang yang sama."
-Keyna****
"Apa yang kalian lakukan?" teriak Keyna histeris saat melihat Rifka yang terikat di sebuah pohon dengan ujung bibir berdarah.
"Keyna?" Rifka tersenyum. Sahabatnya telah datang dengan membawa keberanian. Para gadis itu memucat, aksi mereka kini sudah terbongkar.
"Asya? Kamu dalangnya?" Mata Keyna beralih menatap seorang gadis yang sedang mencoba menutupi ketakutannya. Namun, raut wajahnya berubah seketika menjadi nyalang. Entah apa yang di pikirkannya Keyna pun tak tahu.
"Apa?" jawabnya dengan senyuman smirk.
"Aku akan adukan tindakan kalian ke kepala sekolah!" ucap Keyna penuh penekanan.
"Silakan kalau lo mau gadis itu mati di tangan gue!" Asya melipat kedua tangannya di dada. Tak ada ketakutan sedikitpun di wajahnya.
"Rifka," lirih Keyna. Ia menatap gadis itu dengan sendu, sahabatnya sedang tidak baik-baik saja, tidak mungkin ia meninggalkannya sendirian di tangan manusia ular itu.
"Asya, apa salah Rifka sama kamu? Aku mohon, lepasin dia," pinta Keyna dengan nada sendu. Ia tak tega melihat Rifka yang terikat dengan kejam. Gadis itu memang sudah gila.
"Lo mau tau kesalahan dia apa? Kesalahan terbesar dia adalah berteman dengan gadis nggak berperasaan kaya lo!"
Deg. Keyna sedikit terkejut, apa maksudnya?
"Apa maksud kamu, Sya? Apa ini semua gara-gara aku?"
"Pertanyaan yang bagus," ujar Asya dengan senyuman miring. Matanya kemudian menatap ke arah Rifka yang sudah tak berdaya di pohon. Tangannya beralih mencengkram erat kedua pipi Rifka hingga gadis itu meringis kesakitan.
"Rif—"
"Stop, satu langkah lagi lo maju, gue nggak akan menjamin kalau dia bakal selamat." Asya menghentikan langkah Keyna dengan tatapan tajamnya.
Bukannya takut pada Asya, hanya saja Keyna takut terjadi apa-apa pada Rifka. Ia pun memilih untuk memundurkan langkahnya.
"Lo bisa jelasin semuanya ke Keyna!" ucap Asya seraya menatap Rifka dengan remeh.
"Tunggu, kalian bisa pergi!" titah Asya pada anak buahnya.
"Tapi—"
"Lo harus sadar posisi lo disini!" teriak Asya dengan tatapan membunuh. Para gadis itu menengguk salivanya dengan susah payah dan langsung melenggang pergi.
"Silakan, lo bisa ceritakan apapun ke dia," ucap Asya dengan nada santai.
"Key, dari awal gue masuk dia udah nyuru gue buat musuhin lo. Dia ceritain semua keburukan lo, tapi gue nggak percaya sama sekali sama dia. Dia selalu teror gue untuk jauhin lo, tapi gue nggak mau, dan dia ngancam bakal bunuh gue. Tadi siang dia meminta gue kesini dengan alasan mau berdamai, dan bodohnya gue nurut. Dia nyiksa gue sampai kaya gini, Key. Dan yang paling penting, dialah alasan kenapa lo—"
Plakk!
"Cerita lo cukup sampai disini!" ujar Asya dengan mata yang menajam.
"Rifka!" pekik Keyna ketika melihat sahabatnya yang hampir kehilangan kesadaran akibat tamparan dari Asya.
"Lo udah denger, kan? Baik, giliran gue." Asya perlahan mendekat ke Keyna, gadis itu pun memundurkan langkahnya karena takut.
"A-apa mau kamu?" tanya Keyna dengan keringat dingin.
"Lo tau siapa gue?" Keyna mengangguk cepat.
"Cih, lo belum tau siapa gue." Asya mencengkram kedua pipi Keyna dengan erat. Matanya menajam, menandakan sebuah permusuhan yang besar.
"Gue adalah orang yang sama saat lo masih di panti asuhan!" ucap Asya sembari memberlihatkan bekas luka di dahinya yang membuat Keyna membeku.
"Caca?"
****
Ada yang ingat Caca nggak? Hayoo, dia siapa?
Jangan lupa vote dan komen ya ;)
See you again ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
KENTAKI [COMPLETE]
Teen FictionIni bukan kisah keuwuan antara dua insan yang saling mencintai dan membutuhkan. Keyna berbeda dari yang semua kalian pikirkan. Di benci keluarga dan di tinggalkan, di benci bahkan di asingkan. Keyna pun tak mempunyai teman ataupun pasangan. Baginya...