10. Gadis Ular

480 41 3
                                    

"Jangan beri aku harapan jika akhirnya tak terwujudkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan beri aku harapan jika akhirnya tak terwujudkan."
-Keyna

****

"Beru, kenapa semua orang membenci aku? Apa karena aku jelek, ya? Tapi kata Reynand aku itu cantik kok," Keyna bermonolog bersama boneka beruang miliknya. Ia benar-benar membutuhkan seseorang untuk mendengarkan keluh-kesahnya.

"Dan kenapa keluarga ini masih tidak mau menerimaku? Apa aku memang penjahat ya?" Keyna terus berbicara pada boneka itu tanpa henti. Ia ingin berbagi semua rasa sakitnya.

"Jika mereka menyayangiku, kenapa mereka membawaku ke dunia mereka?"

****

"Mama tidak habis pikir sama kamu, kenapa kamu menolak untuk mengusir anak sialan itu! Lihat, sekarang dia berubah menjadi gadis yang sangat liar. Buah memang jatuh tak jauh dari pohonnya!" ketus Rinai.

"Ma, jangan keras-keras, nanti Keyna dengar." tegur Ardim.

"Biarkan saja dia dengar, lagipula dia sudah tahu semuanya!" tandas Rinai.

"Lihat saja, kalau dia berbuat macam-macam, Mama tidak akan segan untuk mengusirnya dari rumah ini. Dan kamu tidak bisa mengubah keputusan Mama!" ujar Rinai penuh dengan penekanan.

"Sebenernya Keyna nggak hamil, Ma. Dia cuma masuk angin, dan dia juga masih terlalu polos untuk semua ini," terang Ardim sembari menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.

"Cih! Gadis itu memang sangat suka berbohong. Gara-gara dia,  keluarga kita jadi tidak seperti dulu lagi!"

"Cukup. Ardim yang salah, Ma. Ardim yang salah!" Sorot mata Ardim berubah menjadi sendu. Ini semua adalah salahnya.

"Nggak Ardim, gadis itu yang membawa sial! Pokoknya Mama nggak mau tau, usir dia se—"

"Nggak, Ma!" bentak Ardim frustasi. Ia tak habis pikir dengan Rinai, kenapa Mamanya itu tak mempunyai belas kasihan sedikit pun pada Keyna. Walaupun Ardim sangat membencinya, namun ia juga merasa bersalah, karena Keyna adalah korban dari masa kecilnya. Ardim sangat menyesal kala mengingat kejadian beberapa tahun silam, karenanya Keyna harus merasakan semua kepedihan ini.

"Ardim," Rinai menatap anaknya tidak percaya.

"Maaf, Ma. Tapi Keyna adalah tanggung jawab Ardim." Setelah mengucapkan kalimat itu, cowok bertubuh tinggi itu pun keluar dari kamar Mamanya. Ia sudah muak membicarakan ini.

****

Keyna's POV

Aku menatap interaksi mereka dari kejauhan. Begitu dekat, pantas di juluki sebagai seorang kekasih. Aku tak percaya jika Kak Ardim bisa pacaran dengan ular berbisa itu. Entahlah, aku sangat membenci gadis itu.

Setelah kepergian Kak Ardim dari sana, aku pun memberanikan diri untuk mendekati gadis itu. Aku sudah tak tahan dengan semua dramanya.

"Asya!" panggilku ketika gadis itu pura-pura tak melihatku.

"Maaf, lo siapa ya?" ucapnya dengan nada angkuh. Rasanya aku ingin mencabik wajah cantiknya saat ini. Aku tak akan membiarkannya menyakiti Kak Ardim, tidak akan pernah.

"A-apa yang kamu lakukan?" Ah, aku terlalu takut berhadapan dengannya.

Asya menautkan alisnya dan berlalu pergi begitu saja. Dia tak menganggap kehadiranku rupanya. Entah keberanian dari mana aku berhasil mencekal tangannya. Semoga setelah ini aku masih bisa bernafas.

"Apaan, sih!" sentak Asya yang membuatku semakin gugup.

"Ka-kamu punya hubungan apa sama Kak Ardim?" tanyaku to the point.

Asya tertawa meremehkan. Lalu ia berkata, "Wah, wah! Ternyata nyali lo masih ada, ya?"

Dia tersenyum miring.

"Kita pacaran. Kenapa? Mau marah?"

"Ta-tapi Da—"

"Daren? Lo pasti tau hubungan gue sama Daren, kan? Lo mau ngadu ke Ardim, gitu?"

Aku masih diam tak berkutik. Sepertinya nyaliku sudah mulai habis. Tolong buat aku menghilang dari sini!

"Sebaiknya lo ingat kalau lo itu cuma gadis lemah yang kekurangan kasih sayang keluarga!"

Tahan, aku tak boleh menangis. Kenapa kata-katanya begitu menusuk hatiku? Ternyata Asya tau banyak tentangku.

"Jangan sakiti Kak Ardim!" ucapku dengan penuh penekanan. Rasanya kakiku sudah gemetar saat ini.

"Lo nggak berhak untuk ngatur hidup gue!" Emosiku sudah berada di ubun-ubun, namun aku tak berani untuk meluapkan semuanya.

"Kak Ardim itu orang baik." ujarku memberi penjelasan.

"Terus?"

"Jangan sakiti Kak Ardim." ucapku lagi dengan nada yang bergetar.

"Lo nggak tau apa-apa!" sentak Asya yang membuatku semakin takut padanya.

"Ikuti aja alurnya, dan lo bakal tau endingnya!"

Gadis ular itu pergi. Dan aku masih kesal padanya. Sejak kapan aku membencinya aku pun tidak tahu, yang jelas aku membencinya.

****

Aku terus memantau gerak-geriknya. Lihat, sekarang dia beralih duduk di samping Daren dan bermanja-manja dengan cowok itu. Apa maksudnya?

Tapi aku hanya bisa melihatnya dari jauh dan tak bisa melakukan apapun. Aku begitu takut padanya.

"Lo lagi liatin siapa, Key?" Tiba-tiba Reynand duduk di sebelahku dengan sebuah kotak bekal. Aku tak yakin jika itu milik Reynand.

"Itu punya kamu?"

"Iya, ini dari Naina." jawab Reynand seraya tersenyum ke arahku.

Entah mengapa aku merasakan jika ada yang di sembunyikan oleh Reynand. Kenapa Reynand selalu menerima pemberian Naina dari banyaknya hadiah yang dia terima di tiap harinya? Aku juga tidak mengerti.

"Oiya, nih buat lo! Gue dapet coklat lagi di bawah meja," Reynand menyodorkan sebatang coklat ke arahku. Padahal aku sudah bosan dengan makanan itu, hampir setiap hari Reynand memberikannya.

"Lo tau? Sekarang gue udah punya dua helm. Bunda kemarin yang beliin. Dan rambut lo nggak akan berantakan lagi kalau naik motor." papar Reynand dengan senyuman manis yang terpatri di wajahnya.

Sungguh enak menjadi Reynand, selain banyak penggemar, dia juga memiliki keluarga yang harmonis. Aku jadi iri padanya.

Kami diam selama beberapa saat, namun aku tak tahan dengan keheningan ini.

"Rey, kamu nanti sibuk nggak?"

"Nggak, emangnya kenapa?"

"Hmm, kamu mau nganterin aku pulang nggak? Soalnya aku pengen makan es krim bareng kamu," pintaku. Aku benar-benar menginginkannya.

"Aku yang traktir deh," sambungku. Reynand tampak berpikir dengan mulut yang terus mengunyah. Sepertinya Reynand begitu menikmatinya.

"Oiya, gue lupa. Maaf, Key. Hari ini gue ada janji," Dari sorot matanya, Reynand tampak merasa bersalah.

Bahuku merosot. Sejujurnya aku kecewa, tapi harus bagaimana? Toh, aku juga tak bisa memaksanya.

"Yaudah nggak papa, lain kali aja." ucapku sambil tersenyum kecil.

"Gue janji, besok kita makan es krim dan gue yang traktir!" Reynand tersenyum lebar dengan tangan yang mengelus pelan rambutku.

****

Doain semoga bisa update si setiap minggu:"
Vote and commentnya di tunggu😭

KENTAKI [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang