25. Harapan

177 18 4
                                    

"Jangan beri aku harapan jika itu menyakitkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan beri aku harapan jika itu menyakitkan."
-Keyna

****

"Reynand mana?" tanya Keyna pada Rifka yang berjalan di sebelahnya.

"Dia lagi bucin sama pacarnya," jawab Rifka dengan candaan.

Entah mengapa bagi Keyna itu bukan bahan candaan yang baik bagi hatinya. Ia merasa terhempaskan begitu saja. Apakah Reynand akan menjauh darinya?

"Kita dimana, Rif?" tanya Keyna mencoba menahan sesak di hati.

"Ya ke kantinlah, Key. Lo kok jadi aneh banget sih. Jelas-jelas kita ke arah kantin gini," ujar Rifka dengan kekehan kecil.

Ia menempelkan punggung tangannya di dahi Keyna lalu berkata, "lo nggak lagi sakit, kan?"

Detik berikutnya Rifka langsung tertawa lepas. Ekspresi Keyna terlihat lucu di matanya. Sedangkan Keyna, gadis itu merutuki kebodohannya. Padahal ia ingin bertanya Reynand dimana tadi.

"Rif, kamu kenapa?" tanya Keyna saat menyadari wajah Rifka yang tampak tegang.

"G-gue mau ke toilet." Setelah mengucapkan kalimat itu, Rifka langsung pergi begitu saja.

"Kenapa dia? Apa panggilan alamnya mendesak?" kekeh Keyna.

****

Keyna berjalan di koridor kelas yang sudah sepi. Ia mendapat pesan dari Rifka untuk menunggunya. Sudah hampir setengah jam ia menunggu, namun gadis itu tak muncul juga. Keyna sudah berulang kali menelfonnya, ia takut terjadi apa-apa pada sahabatnya itu.

"Key, masih disini?" tanya Reynand yang tiba-tiba muncul di hadapannya. Keyna terlonjak kaget hingga ponselnya hampir terjatuh. Untung saja ia cepat menangkapnya, jika tidak ponselnya sudah di pastikan akan retak.

"Reynand, ih!" Keyna memukul pelan lengan cowok di hadapannya.

"Kenapa?" Reynand terkekeh.

"Aku kaget tau!" jawab Keyna kesal.

"Biarin." Reynand mengacak rambut Keyna hingga berantakan.

"Reynaaaand!" teriak Keyna semakin kesal.

"Iya sayaang?"

Deg.

Jantung Keyna langsung berpacu dengan cepat. Pipinya memanas karena ucapan
Reynand barusan.

"Jangan baper, Key." batin Keyna mencoba menetralisir jantungnya yang berdetak tak karuan.

"Sayang, kamu udah nungguin lama? Maaf, aku tadi abis piket kelas," papar Naina dengan nafas yang sedikit terengah.

"Nggak kok, santai aja." Tangan Reynand beralih mengacak rambut Naina dengan gemas. Senyuman terbaik ia pancarkan ke arah gadis itu.

"Ekhem!" dehem Keyna pelan.

Siapapun kalian, tolong Keyna. Hatinya tengah menangis histeris. Ia sudah jatuh dari ketinggian yang ia buat. Kini Reynand sudah punya kekasih yang begitu ia cintai. Dan kini, bukannya cuma rambutnya yang akan di acak oleh Reynand.

"Eh ternyata ada lo, Key. Sorry banget, tadi gue nggak liat soalnya," ucap Naina tak enak.

"Masa kamu nggak liat Keyna segede ini?" kekeh Reynand  sambil mencubit hidung Naina pelan.

"Iya, sayang. Aku nggak bohong," terang Naina mencoba meyakinkan.

"Iya sayang, aku tadi becanda kok. Senyum dong," tutur Reynand yang di turuti oleh Naina. Senyuman manis yang selalu membuat hati Reynand terpikat.

Mata Keyna memanas saat melihat kemesraan mereka. Kenapa harus di depannya? Apa mereka sengaja? Bolehkah Keyna cemburu sedikit saja?

"Reynand, aku mau cari Rifka dulu," ujar Keyna menahan air mata yang hendak tumpah.

"Key," panggil Reynand yang tak di hiraukan oleh Keyna.

"Dia kenapa?"

****

"Lo jauhin dia atau lo akan tamat!" tekan seorang gadis dengan menekan kedua pipi korbannya saat ini.

"Nggak akan!" Gadis itu tetap bersikukuh pada pendiriannya.

Plakk!

"Lo mau rasain yang lebih dari ini, hah?" sentak seorang gadis berambut ikal.

"Silakan, tapi gue nggak akan ninggalin dia," jawabnya seraya tersenyum miris.

"Oh, jadi lo nantang gue?"

Plaak!

Plaak!

Plaak!

Plaak!

Plaak!

"RIFKAAA!!"

****
Jangan lupa vote dan komen ya;)
See you again ❤



KENTAKI [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang