12. Kenapa?

365 32 12
                                    

"Biarkan aku melepas rindu ini sejenak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Biarkan aku melepas rindu ini sejenak."
-Keyna

****

"KAMU KAN YANG SUDAH MELUKAI ASYA?!" hardik Rinai.

"Apa?" Keyna melongo. Masih tak percaya terhadap apa yang ia dengar.

"JAWAB KEYNA!" pekik Rinai dengan wajah yang merah padam.

"Bu-bukan Keyna, Ma." Keyna menggeleng cepat. Menepis tuduhan yang di arahkan padanya. Air matanya terus mengalir dari pelupuk mata.

"KAMU MEMANG BENAR-BENAR SEORANG PENJAHAT!"

"Keyna bukan penjahat, Ma." Keyna menyeru pelan.

"Mama harus percaya sama Keyna," Keyna mencoba meyakinkan Rinai dengan mata yang berkaca-kaca.

Plaakk!

Pipi Keyna kembali memerah. Keyna menatap wajah Rinai yang begitu murka, ada emosi yang begitu tinggi disana.

"Aku butuh Mama," batin Keyna menangis. Ia sudah tak sanggup menahan ini semua sendirian, ia butuh meluapkannya.

Dengan segala kekuatan yang ada, Keyna bangkit dari posisinya, ia menyeka air mata yang hendak turun. Sudah cukup. Keyna tak tahan lagi.

"DASAR ANAK PEMBAWA SI-"

Greep.

"Keyna mohon, kembali seperti dulu. Keyna rindu Mama, Keyna kesepian. " lirih Keyna dengan nada sendu.

"Mama boleh tampar Keyna lagi, tapi izinkan Keyna peluk Mama sebentar."

Keyna memeluk Rinai dengan erat. Hal yang paling ia rindukan selama hidupnya. Hatinya begitu tenang saat mendekap erat tubuh Rinai, seolah-olah ada tenaga yang mengalir ke tubuhnya.

Tak peduli hal apa yang akan Rinai lakukan padanya nanti, biarpun ia mati detik ini, yang penting Keyna bisa merasakan kehangatan itu lagi. Kehangatan seorang Ibu. Kehangatan yang tak bisa di dapatkan dari orang lain. Keyna membutuhkannya.

Tubuh Rinai membeku. Bahkan ia tak melakukan pergerakan apapun saat tubuh Keyna memeluk erat dirinya. Seperti ada guncangan hebat di dalam hatinya, ia seperti...merindukannya.

Tangis Keyna semakin pecah saat Keyna tak merasakan pergerakan apapun dari Rinai. Bahagia karena Rinai tak menolak pelukannya, dan sedih karena Rinai masih belum menerimanya.

"Keyna sayang Mama, Keyna nggak kuat menahan ini sendirian, Ma. Keyna nggak punya siapa-siapa selain kalian, tolong maafkan semua kesalahan Keyna. Keyna janji nggak akan nakal, Keyna janji Ma." lirih Keyna. Ia tak menyangka jika Rinai tak melakukan perlawanan apapun. Sungguh, ini adalah hari yang paling bahagia bagi Keyna.

"Lepaskan saya!" Rinai mendorong tubuh Keyna kasar. Belum siap menyeimbangkan tubuh, Keyna pun terdorong jauh ke belakang.

"Jangan berharap jika saya memaafkanmu, bahkan sampai nafas terakhir pun saya tidak akan sudi melakukannya!" ujar Rinai penuh penekanan. Setelah mengucapkan kalimat menyakitkan itu, Rinai pun pergi meninggalkan Keyna yang terus mengucurkan air mata.

"Non Keyna nggak apa-apa?" Bi Narti menghampiri Keyna dengan raut iba. Ia benar-benar tak tega melihat gadis seusia Keyna di perlakuan buruk seperti itu.

"Ayo Bibi bantu berdiri, Non!" Bi Narti meneteskan air mata kala membantu tubuh Keyna untuk berdiri.

"Makasih, Bi. Keyna sayang Bibi," Keyna memeluk erat tubuh Bi Narti layaknya seorang Ibu. Ia membutuhkan kekuatan. Entah sudah berapa banyak air mata yang ia keluarkan, semoga saja ia tak kehabisan stok air mata besok.

"Non yang sabar ya,"

****

"Apa yang udah lo lakuin ke Asya! Jawab, Key!" Ardim menuntut penjelasan ke Keyna yang sedari tadi terus diam. Pandangannya kosong seolah-olah tak ada harapan untuk hidup.

"Key-"

Keyna tertawa renyah.

"Lo kok keta-"

"Miris banget ya Kak hidup aku?" Keyna tersenyum kecut. Ardim terdiam seribu bahasa.

"Kenapa takdir sangat menginginkan aku menderita Kak? Kenapa, Kak? KENAPA?" Keyna menjeda ucapannya sejenak.

"APA KARENA KEYNA INI ANAK HARAM YANG NGGAK JELAS ASAL-USULNYA?!" teriak Keyna dengan segala emosi yang ada.

Sekali saja Keyna ingin bersuara, boleh kan?

****
Huaaa, semoga feel-nya kerasa😭
Semoga ada yang nangis pas baca part ini:")
Huftt. Semoga kedepannya lebih baik:)

See you again❤
Jangan lupa vote dan coment ✨

KENTAKI [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang