"Aku belum sanggup untuk kehilangan."
-Keyna****
Tanpa Reynand sadari pipi Keyna sudah merona bak kepiting rebus. Rasanya ia ingin terbang ke angkasa sekarang juga.
"Gimana? Udah lo coba belum?" tuntut Reynand meminta jawaban.
"Belum aku coba, aku takut. Gimana kalau keluarga aku tau? Emangnya kamu mau nikahin aku?"
Terdengar suara helaan nafas dari seberang sana. Keyna yakin kalau Reynand tengah frustasi saat ini, tapi mau bagaimana lagi? Selain dengan Reynand, Keyna tak pernah dekat dengan laki-laki manapun.
"Kan belum tau kalau lo beneran hamil atau nggak,"
"Tapi-"
"Key, percaya sama gue. Jangan berpikir buruk dulu,"
Keyna diam sejenak. Hampir saja air matanya menetes kala mendengar penuturan Reynand. Bagaimana jika Reynand tak mau bertanggung jawab?
"Kamu janji kan mau tanggung jawab?" Keyna mengelus perutnya dengan tatapan sendu. Apakah anaknya akan Lahir tanpa seorang Ayah?
Reynand terdiam cukup lama.
"Iya," Keyna bernafas lega. Akhirnya Reynand bersuara.
"Makasih, Rey. Kalau gitu aku tutup telponnya dulu ya? Selamat malam," Senyum Keyna mengembang, ia benar-benar bahagia sampai memutuskan telponnya secara sepihak.
"Akhirnya kamu punya Ayah, nak!" tutur Keyna sambil mengelus perutnya.
"Siapa yang punya Ayah?" Tiba-tiba Ardim datang dengan wajah datarnya.
"K-kak Ardim?"
"Gue bilang, siapa yang punya Ayah?!" teriak Ardim yang membuat Keyna menangis sesenggukan.
"Ma-maaf," Keyna tak sanggup berkata apa-apa lagi saat ini. Ia sudah ketahuan.
"Lo hamil?" tanya Ardim dengan wajah yang memerah.
Melihat tak ada jawaban dari Keyna, Ardim pun menampar pipinya keras.
Plakk!
"Kenapa lo bisa serendah itu, Key?!" pekik Ardim yang sudah kehilangan kendali.
Keyna langsung memeluk kaki kakaknya dan memohon ampun. Ia sudah melakukan kesalahan.
"Ma-maaf, kak. Tolong, jangan kasi tau Mama sama Papa!" Keyna memeluk erat kaki Ardim.
Ardim mengusap wajahnya perlahan. Wajahnya yang tadi memerah kini meneteskan air mata. Apa Keyna tak salah melihat?
"Gue kecewa sama lo!" Ardim mendorong tubuh Keyna agar menjauh dari kakinya dan berlalu pergi seraya membanting pintu.
"Aww!" ringis Keyna kala perutnya terbentur lantai.
****
Keyna menatap alat tespack kehamilan di depannya dengan wajah sendu. Bagaimana bisa? Apakah dirinya sudah kehilangan bayi yang sama sekali belum lahir?
"Ini pasti nggak mungkin," Air mata Keyna tiba-tiba luruh.
"Aku harus bilang apa ke Reynand?" tanya Keyna pada dirinya di depan cermin.
Suara dering dari handphone Keyna terdengar begitu nyaring. Lagu kesayangannya terputar jelas dengan nama Reynand di layar ponselnya. Buru-buru Keyna menggeser tombol hijau dan langsung berkata,
"Rey, aku keguguran!"
"Apa?!" Reynand terdengar memekik kala mendengar ucapan Keyna. Sepagi ini ia harus menerima kabar yang membuat jantungnya berlari kencang.
"Maaf," ucap Keyna di sela tangisnya.
"Kita ketemuan di tempat biasa! Gue jemput lo sekarang," Reynand langsung mematikan telponnya sepihak.
****
Jangan lupa tekan bintang 🌟
Vote and comment ya^^
KAMU SEDANG MEMBACA
KENTAKI [COMPLETE]
Teen FictionIni bukan kisah keuwuan antara dua insan yang saling mencintai dan membutuhkan. Keyna berbeda dari yang semua kalian pikirkan. Di benci keluarga dan di tinggalkan, di benci bahkan di asingkan. Keyna pun tak mempunyai teman ataupun pasangan. Baginya...