7. Manusia

485 40 0
                                    

"Hidup itu bukan di benci, tapi di nikmati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hidup itu bukan di benci, tapi di nikmati."
-Riskan

****

"Mau kemana kamu?" tanya Rinai dengan tatapan sinis. Matanya yang begitu tajam mampu membuat Keyna menunduk dalam.

"Ke-Keyna mau jalan-jalan bentar," ucapnya sembari memilin Hoodie biru langit yang ia kenakan.

"Apa benar yang di katakan Ardim?" ujar Rinai perlahan mendekat ke arah Keyna. Gadis itu menutup matanya takut. Ia harus bilang apa?

"JAWAB!" pekik Rinai dengan tangan yang sudah menarik rambut Keyna.

"S-sakit, Ma!" Keyna merasakan rambutnya yang tertarik cukup kuat. Rasanya Keyna ingin menangis saja.

"KA-"

"Mama!" teriak Kinan dengan berlari ke arahnya. Gadis kecil itu langsung memeluk Rinai dari belakang.

"Kinan," Rinai melepaskan cengkramannya dari rambut Keyna dan beralih menatap putri bungsunya.

"Mama nggak boleh jahat, Kinan takut!" tuturnya dengan wajah sendu. Rinai langsung memeluk tubuh mungil Kinan dan memberinya kecupan singkat di kepala.

"Aku rindu Mama yang lembut!" batin Keyna menangis.

"Anak Mama nggak boleh sedih," Rinai memegang pipi Kinan dan mencubitnya pelan.

"Mama kenapa marahin Kak Keyna? Kata Mama kalau anak baik nggak boleh di marah, tapi kenapa Mama marahin Kak Keyna?" tanyanya dengan wajah yang begitu polos. Kinan pun memeluk tubuh Rinai dengan erat. Saat pandangan mereka bertemu, Kinan pun mengedipkan salah satu matanya seraya tersenyum ke Keyna.

Melihat hal itu Keyna tersenyum. Sepertinya Kinan ingin membantunya.

"Sayang, dia itu orang jahat! Dia yang sudah mem-" ucapan Rinai terpotong saat melihat kehadiran Ardim dari dapur.

"Ma," peringatnya dengan wajah datar.

"Sayang, ayo kita ke kamar ya!" Rinai pun menggendong tubuh mungil Kinan menuju ke kamarnya.

Tatapannya dengan Ardim sempat bertemu, namun ia langsung memutuskan kontak mata mereka. Aura anaknya itu sangat menakutkan jika berhubungan dengan Keyna.

Perlahan namun pasti. Ardim melangkahkan kakinya menuju ke tempat Keyna berdiri dengan kepala yang menunduk.

"Mending lo pergi sebelum menimbulkan kekacauan!" tekan Ardim.

"I-iya Kak," Keyna pun langsung mengangguk dan berjalan cepat menuju pintu keluar.

Semua itu tak luput dari pandangan Ardim. Ia menatap punggung Keyna yang perlahan mulai hilang di balik pintu. Perasaannya bercampur aduk antara marah dan iba. Kenapa jadi menyakitkan?

"Gue bisa lindungin lo dari Mama, tapi nggak bisa kalau orang itu adalah Papa."

****

"Arggghhhh!" Keyna menjambak rambutnya frustasi. Ia menangis dengan kedua lutut yang tertekuk. Hatinya benar-benar berantakan.

"Aku benci hidup ini!" ucapnya dengan nada yang tertahan. Saat ini ia sedang berada di keramaian, peduli setan dengan orang-orang yang menganggapnya gila ataupun tidak waras.

Taman adalah tempat dimana Keyna berada. Ia enggan untuk membuka matanya. Tak peduli berapa banyak orang yang kini telah menganggapnya gila. Yang penting dirinya bisa meluapkan segala emosi yang ada. Terdengar bodoh dan aneh, tapi itulah Keyna. Ia butuh sesuatu yang bisa menenangkan hatinya.

"Hidup itu bukan di benci, tapi di nikmati!" Suara seseorang berhasil membuka kedua mata Keyna.

"Apa dia mendengar ucapanku?"

"Ka-kamu siapa?" Keyna langsung bangkit seraya menghapus jejak air matanya.

"Manusia," ucapnya dengan kekehan.

****

Jangan lupa tinggalin jejak ya🌟
See you again❤

KENTAKI [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang