Awalnya, Riyeon merasa dirinya hanya terjebak di antara kisah sang kakak dan Taehyung serta hasrat untuk membalas sebuah luka. Namun, nyatanya, pijakan kakinya, luka, dan ambisinya untuk membalas dendam hanya secuil bagian tak penting dalam hubungan...
Pria itu menghembuskan napas singkat setelah menyentuhkan bibirnya pada bibir gelas kaca, menenggak kembali beberapa mili cairan kemerahan yang serasa menyengat tenggorokannya.
Suara gelas beradu dengan meja kemudian terdengar melengking ketika ia meletakkan benda yang sedari tadi berada di genggaman tangannya itu.
“Satu ronde lagi?” Ujar seseorang di sampingnya.
Ia hanya mengerjap lelah sebagai jawaban.
“Tak mau?” Lanjut pria di sampingnya, “Kau telah menjadi pelanggan yang mendapat perhatianku, Tuan Kim. Frekuensi kunjunganmu menandakan kau menyukai tempatku ini,” Namjoon tersenyum tipis, “Jika kau tak ingin yang berbau alkohol, bagaimana dengan yang berbau kenikmatan tubuh?” Namjoon mendekat dan berbisik, “Ada banyak wanita yang akan memuaskanmu di sini.”
Taehyung menyeringai singkat. Ia meloloskan tawa tipis yang terhalau suara dentuman musik yang menggema di seluruh penjuru ruangan. “Aku memang menyukai tempatmu ini...” Netra obsidian Taehyung mengedar dan menangkap sedikit gambaran samar tempat bernuansa gelap itu.
Namjoon menanti dengan bangga, sembari mengingat nama-nama wanita terbaru yang akan disodorkannya pada pelanggan sasarannya termasuk sang lawan bicara. “Jadi, kau ingin wanita seperti apa malam ini? Akan aku siapkan.”
“Ah, sial.” Taehyung kembali meloloskan tawa, kali ini dengan volume yang lebih keras. “Aku tak membutuhkan tubuh wanita, aku menginginkanmu untuk berhenti berbicara dan menjauhlah, persetan. Kau menggangguku!” Ia mengentak meja kaca dan beranjak dengan langkah sempoyongan.
Namjoon menjilat bibirnya, “Bajingan itu baru saja berteriak padaku? Cih,”
Pria bermarga Kim itu kini menegakkan punggungnya dengan raut wajah mengeras, menyadari kegagalan negosiasinya untuk mengeruk lebih banyak pundi dari salah satu pria yang lapar akan kenikmatan tubuh wanita itu.
“Satu hari ia bisa menjadi sangat rakus dan gila akan permainan ranjang, sedangkan di hari lain ia seakan alergi dengan seks. Bedebah itu ternyata benar-benar tak waras.” Monolog ketus pria itu akhirnya teredam ketika netranya menangkap pemandangan yang menarik atensinya.
Tangannya naik dan memberi isyarat kepada salah satu wanita dengan gaun berenda hitam untuk mendekat.
“Kau terlihat gugup, apa kau baru di sini? “ Ucap Namjoon ketika lengannya berhasil melingkar pada pinggang wanita yang dipanggilnya.
Wanita itu mengangguk malu.
“Tubuhmu terlihat sempurna bahkan ketika gaun ini masih menutupinya.” Ia menuntun sang wanita menuju lorong sambil berbisik serak, “Aku ingin melihatnya tanpa penghalang sebelum pelanggan mendahuluinya. Kau akan belajar caranya memuaskan gairah denganku, sayang.”
•○•
Taehyung masih berjalan sempoyongan bahkan ketika ia telah berhasil membawa tubuhnya keluar dari bangunan temaram bar dan menuju ke tempat mobilnya terparkir.
Di tengah pandangannya yang kian mengabur, tepat di samping mobilnya, Taehyung sempat melirik jam tangannya; pukul 2 atau mungkin pukul 3 dini hari—ia tak dapat melihat dengan jelas.
Ia juga tidak mengingat dengan pasti sejak kapan ia begitu rutin mendatangi tempat penuh alkohol dan wanita itu. Sejak kapan ia mengenal Kim Namjoon—sang pemilik bar yang senantiasa memberinya daftar lengkap nama-nama wanita di sana yang disodorkan untuk memenuhi hasratnya. Sejak kapan ia menjadi begitu terbiasa dengan desahan wanita tak dikenal di atas ranjang?Menghabiskan waktu bersama mereka hanya untuk semalam—hanya untuk amarah yang terus berkobar di benaknya.
Ah, apakah sejak hari itu? Apakah sejak gadis itu—
“Hei! Kau!”
Taehyung memegangi kepalanya dan mendongak, berakhir menemukan sosok seorang wanita dengan gaun ketat berwarna hitam tengah memandangnya.
Pria itu tetap berdiri tanpa sepatah kata ujaran ketika suara high heels hitam beradu dengan aspal basah mulai terdengar di telinganya, pertanda wanita di depannya berjalan mendekat ke arahnya. Hingga ketika suara langkah kaki mendekat itu terhenti, kedua netra Taehyung seketika melebar. Pada detik selanjutnya ia telah menarik tubuh wanita itu dalam dekapannya.
Riyeon tersentak ketika Taehyung menariknya tiba-tiba. Napas pria itu berembus hangat di lehernya. Ketika mencoba untuk mendorong dada bidang yang tengah mengimpitnya, pria itu malah mengendus lehernya dan memberinya kecupan-kecupan singkat di sana.
Tangan Riyeon kini mengepal semakin kuat kala Taehyung beralih menatapnya dan membiarkan pandangan mereka bertemu. Pria itu menatapnya lurus dalam jeda waktu lama sebelum mencium bibirnya.
Taehyung mengimpitnya semakin kuat hingga punggungnya serasa menempel dengan body mobil. Rasa perih lalu menguar perlahan dari sudut bibirnya; pria itu melumat bibirnya hingga berdarah. Tetapi, Riyeon tak lagi memberontak, kepalan tangannya pun kini telah terlentang pasrah di sisi tubuhnya.
Beberapa saat yang lalu ia memang sempat meragu. Ia sempat ingin segera menyelesaikan masalah ini meski mungkin akan sangat-sangat terlambat. Meski ia tak yakin apakah ini bahkan bisa disebut penyelesaian atau balasan yang setimpal. Tapi, apakah ia memiliki pilihan lain? Apakah hidupnya masih memiliki tujuan? Bukankah ia sudah terbiasa akan hal ini?
Netra Riyeon kini memejam. Kedua tangannya menyusuri punggung hingga ke tengkuk pria itu sebelum menariknya lebih mendekat. Ia menyambut perhelatan lidah yang disajikan dalam ciuman yang kian mengoyak bibir dan membakar gairah.
Wanita itu lalu membuka pintu mobil dan membiarkan tubuh keduanya terhempas ke dalamnya. Riyeon dapat mendengar suara napas berat pria itu ketika ia melepaskan celananya dengan tergesa dan menyingkap gaunnya dengan kasar.
Ketika menyatukan pusat gairah keduanya, Riyeon dapat mendengar geraman Taehyung.
Wanita itu belum mengambil bagian berarti selain memeluk punggung Taehyung dan mendengarkan erangan tertahan yang lolos dari bibir pria itu.
Aku tidak menyangka kita terjerumus dengan begitu mudah dalam permainan ini. Apakah aku harus senang atau menyesalinya? [♤]
Hi!
Please leave comments and votes to appreciate this story. Your comments are my biggest energy and support to continue writing🖤. Mohon juga untuk memperhatikan peringatan yang telah dituliskan di intro. Aku tidak menerima komplain di kemudian hari atas konten di dalam cerita ini. Thank you.
Untuk publikasi pertama, aku langsung up 4 part. Enjoy!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.