Pt. 2 (Foe)

566 73 16
                                        

Taehyung tak ingin memercayai ingatannya, apalagi ketika ia berusaha membongkarnya lebih dalam.

Ia memang kembali mendatangi tempat itu. Ia kembali menenggak alkohol dan nyaris kembali tergoda akan sodoran wanita-wanita milik Kim Namjoon. Tetapi, bukan itu yang mengganggunya, melainkan aktivitasnya di dalam mobil kemarin malam. Itu sedikit gila.

Tidak, atau memang pikirannya sudah tidak waras?

Ingatannya terus menyajikan potongan-potongan adegan samar di dalam mobilnya.

Apakah itu nyata? Tapi, wanita itu menghilang ketika ia telah sepenuhnya tersadar.

Taehyung menghembuskan napas kasar. Ia meremas setir mobilnya dan memilih menekan pedal gas, melajukan mobilnya dengan kecepatan yang lebih tinggi.

Lupakan saja, seperti biasa. Seperti malam-malam yang ia habiskan bersama wanita-wanita lainnya.


•○•

Mobil Taehyung berderak memasuki pekarangan rumah dengan mulus. Sejauh ini ia berhasil membuang begitu saja pikirannya akan kejadian semalam yang mengusiknya beberapa menit yang lalu. Efek alkohol yang ditenggaknya juga tidak terlalu mempersulitnya hari ini—kesadarannya masih cukup untuk menyetir mobilnya kembali ke rumah.

Namun, satu persatu batu rapuh ketenangan yang mencoba di bangunnya hari ini serasa diruntuhkan begitu saja, kala ia menyadari terdapat mobil lain yang terparkir di halaman  rumahnya.

Dengan helaan napas pendek, Taehyung melangkah keluar mobil. Ketika ia mencapai teras depan rumahnya, pintu depan berayun terbuka.

“Taehyung,” Heejin menyambutnya di depan pintu, “Kau menghabiskan waktu semalaman di luar lagi?”

Taehyung menjilat bibirnya yang mengering, mengabaikan pandangan Heejin yang menyorotnya. “Lalu...kau menyelinap masuk ke rumahku lagi?”

“Tae! Aku ini—“ Tangan Heejin mengepal pada sisi tubuhnya. Ia menelan kalimat bernada tinggi yang nyaris terlontar. “Dengarkan aku,” Heejin mengatur napasnya. “Kau tak bisa terus menerus  hidup dengan keadaan seperti ini.”

Pria di depannya terkekeh.

“Hidup ini bukanlah lelucon, Taehyung.”

Tawa pria itu kini terhenti. Taehyung menyeringai tipis dan menatap lurus ke dalam netra Heejin. “Lalu kenapa kau datang ke kehidupanku seperti lelucon, Jeon Heejin?”

Heejin mengatupkan dua belah bibirnya rapat.

Taehyung melanjutkan dengan nada ditekan, “Luar biasa. Apa kau tak sadar apa yang sebenarnya terjadi di antara kita?”

“Taehyung...”

“Sampai hari ini aku masih menahannya, Heejin.” Pria itu menukas. Ia menunduk dengan sorot mata tajam ke arah lantai marmer. “Sampai hari ini aku masih bertahan dengan lelucon yang kau bawa dalam hidupku. Jadi, berhentilah, atau ini semua bahkan tak akan dapat dikendalikan lagi. Aku bahkan tak bisa menerka hal gila seperti apa yang akan kulakukan besok atau di hari berikutnya.”

Netra Heejin memanas dan nyaris meloloskan cairan bening dari sana. Tetapi, wanita itu tak memilih untuk terdiam terlalu lama akan sederet ucapan menusuk dari Taehyung. Ia kembali menatap netra obsidian sang pria. “Aku rasa kau melupakan fakta bahwa bukan hanya aku yang andil dalam lelucon yang kau maksud itu, tapi dirimu sendiri juga mengambil peran di dalamnya. Apa kau tak ingat—“

“Diam. Tutup mulutmu.” Taehyung mendorongnya ke samping dan melesat masuk ke dalam rumah, menghentikan begitu saja percakapan mereka.

Namun, ketika langkah jenjangnya mencapai tangga Heejin kembali bersuara, “Lelucon atau apapun yang kau sebut itu tidak akan berakhir, Taehyung. Ikatan itu masih ada. Cincin masih melingkar di jari manis kita!”

Langkah sang pria kini kembali terhenti. Taehyung perlahan berbalik. “Hanya kau yang percaya akan hal itu, Jeon Heejin. Aku tak pernah menganggap kita di satukan dalam ikatan apa pun. Aku tak terikat denganmu, itulah fakta yang sesungguhnya perlu kau tanam dalam harapan-harapan yang kau bangun dengan begitu megah di dalam pikiranmu.”

“Kim Taehyung!”

“Oh ya dan satu lagi. Kau tak perlu datang ke rumahku, ralat—menyelinap ke rumahku, berpura-pura menaruh perhatian padaku ataupun menungguiku sepanjang malam. Kau tak perlu menghabiskan tenagamu untuk itu. Karena saat itu aku akan meniduri wanita lain dan akan lebih banyak wanita lagi.”


•○•


Riyeon menatap pantulan dirinya di cermin. Ia menyentuh sudut bibirnya yang terluka, mengingatkannya kembali akan sang pria dan apa yang baru saja mereka lewati bersama tadi malam.

Keyakinan yang di bangunnya seakan bermain-main di dalam pikirannya. Sebelumnya ia begitu ragu, sesaat kemudian ia begitu yakin bahkan serasa tak tersisa sedikit pun keraguan ketika pria itu mendekapnya, menyapu bibirnya bahkan menyatukan tubuh mereka.

Kim Taehyung. Ia benar-benar bertemu dengan pria itu. Bukankah takdir telah menjawab keraguan di benaknya?

Riyeon kemudian beranjak dan membuka kembali kotak usang di bawah ranjangnya yang dipenuhi  dengan catatan-catatan kecil dan sebuah foto yang tersimpan di dalamnya.

Ia meringis ketika memperhatikan kembali foto di dalam kotak kayu itu. Sedetik kemudian satu bulir air matanya lolos, tapi Riyeon segera menyekanya. Ia berbisik pelan. “Akhirnya aku bertemu dengannya, kakak. Apa yang harus aku lakukan pada pria itu?” [♤]

Blue and Grey || ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang