Pt. 22 (Lunacy)

144 14 0
                                    

Itu...benda itu—

Riyeon nyaris tak mampu meloloskan sepatah kata apa pun.

Kenapa di pahamu ada bekas sayatan? Pergelangan tanganmu juga memar.

“Riyeon,” Taehyung telah mendekat ke arahnya, segera menariknya dari pergolakan pikiran akibat potongan memori usang yang mendadak tersiar.

“Bolehkah?” Pria itu kembali melontarkan pertanyaan. Seakan meminta ijin dengan kilatan gairah terbakar di matanya.

Ia bahkan serasa tidak bisa mengajukan penolakan. Lidahnya terasa kaku. Riyeon meremas seprei ranjang penuh keraguan dan pergolakan emosi.

Bukannya ia tak boleh menyisakan setitik ruang pun yang tidak ia ketahui? Jangan meragu. Ia harus tahu seberapa jauh  harus melampiaskan amarah. Seberapa dalam luka yang harus ia goreskan.

Berbisik rendah, Riyeon akhirnya menjawab. “Bukan style-mu untuk meminta ijin seperti itu.” Wanita itu mengangkat tangannya. “Lakukan, Tae.”

Pria itu menggapai tangan Riyeon, meremasnya pelan sebelum meninggalkan kecupan bibir di sana lalu perlahan mengikatkannya pada headboard ranjang.
Taehyung kembali menaiki tubuhnya ketika mengikatkan tali pada tangannya yang lain.

Selesai mengurangi akses pergerakan tangan Riyeon, Taehyung kini merendahkan tubuhnya, kian mengikis jarak mereka. Pria itu mulai mendaratkan ciuman di kening, hidung dan berakhir di bibir. Ia sedikit mengigit bibir bawah Riyeon sebelum kembali memandang wanita di bawahnya lurus. “Ini akan sedikit perih,” Bisik Taehyung.

Perlahan ia mulai beranjak turun, mengusap dan menciumi paha Riyeon yang mulai terekspos ketika gaun yang dikenakan wanita itu di singkapnya. Tak menunggu waktu lama, lingerie hitam sebagai bagian penutup terakhir organ intimnya telah melewati ujung kakinya dan terlempar ke lantai.

Setelahnya Taehyung menekuk kedua pahanya. Aliran kecemasan kian menyebar ke seluruh tubuhnya. Kali ini, Riyeon merasakan ketakutan yang cukup pekat.

Tahan. Tahan dirimu.

Wanita itu telah bersiap. Tetapi, apa yang dirasakannya setelahnya hanyalah daging tak bertulang yang menjilat pangkal pahanya, tak khayal membuatnya meloloskan desahan pertama. Lidah pria itu kian mencoba merangsek masuk, menjilat hingga menghisap pusat gairahnya.

Tangan Riyeon mengepal. Tali yang mengikat tangannya membuatnya begitu pasif dan mengekangnya untuk mengejar pelepasan, membuatnya benar-benar hanya mengikuti permainan, menunggu pria itu membawanya ke puncak.

Ia beberapa kali tak sadar mencoba menarik tangannya, membuat serat tali menggesek permukaan kulitnya ketika aktivitas pria itu di bawah sana meningkat. Napasnya memburu, pangkal pahanya mulai basah oleh pelumas, serasa membuatnya ingin menghentikan jilatan dan hisapan lidah pria itu.

Benar saja, ketika ia hendak menutup pahanya akibat sensasi menjalar berarus deras yang seakan nyaris meledak itu, Taehyung telah sigap menahannya, tanpa belas ampun kembali melebarkan pahanya.
“Ini belum selesai, sayang.” Bisik pria itu.

Hal yang tidak bisa Riyeon percayai adalah, Taehyung mendadak beranjak dari tubuhnya, meninggalkan dirinya yang mulai berkeringat dengan gairah yang melonjak drastis tanpa mencapai pelepasan.

Tidak, jangan berhenti. Ini menyiksa.

“Taehyung,” Panggil Riyeon dalam tarikan napasnya yang memburu.

Ia dapat melihat pria itu mengambil sesuatu dari dalam tempat penyimpanan lain. “Bukan hanya aku yang akan membawamu pada kenikmatan.” Ujarnya serak, sebelum memperlihatkan vibrator  yang tengah bergetar.

Riyeon hanya menatapnya sayu, tak dapat dipungkiri bahwa dirinya membutuhkan sesuatu untuk melepas gairah yang terlanjur terbangun itu. Tak ada hal lebih yang dapat ia lakukan selain menunggu pria itu melakukan keinginannya. Sesaat kemudian getaran vibrator itu mulai di rasakannya, alat itu mencoba masuk dan serasa memenuhi dirinya.

Riyeon berakhir memejam, mengigit bibir bawahnya untuk menahan desahan yang hendak lolos.

Samar ia dapat mendengar suara berat Taehyung kembali menyapa telinganya. “Jangan menahannya, Riyeon. Keluarkan saja, apa pun itu.”

Ia tak membuka matanya, tetapi Riyeon sadar pria itu tak lagi bergerilya menjamah tubuhnya.

Ah, apa ia hanya menonton adegan ini? Menonton seorang wanita yang terlihat memuaskan diri hanya dengan vibrator? Tidak kah ini gila?

Tubuh wanita itu kian bergerak resah. Tempo getaran vibrator yang beranjak naik seakan mengonyaknya.

Ia semakin yakin si Kim benar-benar hanya menontonnya,  perubahan tempo kecepatan vibrator itu jelas pertanda pria itu mengontrol benda tersebut.

Namun, dugaannya runtuh perlahan-lahan, karena ia merasakan jilatan lidah pada permukaan kulit pahanya. Ditengah prosesnya mencapai kepuasan bersama getaran benda tiruan fungsi alat kelamin pria itu, hal tak terduga yang sempat mampir di kepalanya kini benar-benar terjadi.

Riyeon merasakan sayatan pelan pada permukaan kulit pahanya, disertai rasa perih yang menyerang. “Tae...” Panggilnya lirih.

Ia membuka kelopak matanya dan melihat pria itu berada di antara pahanya, terpaku mengamati pusat rasa perih tadi, dengan sebuah silet pada tangannya.

Jadi, ini yang dilakukannya? Ia menyayat kulit dengan benda tajam lalu memperhatikan itu seakan begitu terpuaskan akan tanda memerah yang dicetaknya pada tubuh seseorang?

Riyeon kembali menarik tangannya yang terikat, hingga rasa perih akibat luka gesekan itu kian menyerangnya. Gairah yang memuncak kini dibalut emosi dan kebencian.

Kim Taehyung benar-benar gila. [♤]

A/N: Double update! Check here👇 or here 👉

Blue and Grey || ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang