Pt. 27 (Revenge)

163 15 2
                                    

Mari kita bercerai, Heejin.

Si bungsu Jeon sekali lagi menutup kelopak netranya sekejap. Tak dapat dipungkiri, bahwa dirinya begitu sulit melenyapkan si Kim dari pikirannya meski tak ada memori yang dibangun keduanya, meski tak ada yang pantas untuk diingat, meski kini hubungan itu akan segera berakhir dengan sebuah perceraian, sosok Taehyung masihlah membekas. Terlebih perihal perlakuannya terakhir kali terhadapnya; mengusirnya dan memilih wanita lain.

Ia semakin tak bisa melepas pria itu begitu saja. Ia harus membuat rencana yang begitu rapi dan memastikan itu akan berakhir mulus.

Wanita itu kini menghela napas tipis, sebelum kembali membuka matanya.
Sesaat hanya keheningan yang bergelayut di dalam ruangan besar itu, tetapi hal itu segera berubah setelah derap langkah memasuki ruangan terdengar semakin jelas.

“Kau menungguku? Kenapa tidak menghubungiku sebelum datang kemari?” Jungkook dengan segaris senyum semringah berjalan mendekat tergesa sebelum menduduki sofa di seberang sang adik seakan kejadian cumbuan paksa tersebut tak pernah terjadi. “Kalau kau memberitahuku lebih awal, kau tidak perlu menunggu lama. Selain itu, aku bisa mempersiapkan—“

“Aku memang hanya akan bicara singkat saja, tak perlu mempersiapkan apa pun.” Heejin menukas, tak memberi kesempatan Jungkook berujar lebih banyak.

Ia bahkan sesungguhnya tidak ingin menemui pria itu, tetapi langkah pertama dari rencananya memaksanya menemui Jungkook.

Binar di mata Jungkook perlahan menguap. Antusiasmenya seakan kembali dikuburnya dalam-dalam. Si sulung Jeon kembali menampilkan raut wajah datar, jelas dapat membaca bahwa kunjungan pertama Heejin sejak ia mengatakan secara gamblang apa yang ia rasakan selama ini kepada wanita itu tidaklah seperti yang di harapkannya.

“Jadi, apa yang ingin kau katakan?”

“Aku akan keluar negeri untuk beberapa waktu. Aku tidak yakin akan kembali atau tidak. Aku hanya ingin memberitahumu tentang itu—“

“Pergi?” Jungkook menukas, nyaris seperti bentakan.

Hal gila apa yang baru saja menyambar telinganya?

“Katakan Heejin, itu hanya lelucon, kan?” Pria itu meregangkan rahangnya yang serasa mengeras dialiri arus emosi yang perlahan menderas.

“Aku bersungguh-sungguh. Aku benar-benar akan pergi.”

Jungkook tak meloloskan jawaban apa pun. Ia hanya diam, tetapi dengan dibalut sunyi yang mencekam.

“Kim Taehyung telah membuangmu, apalagi yang ingin kau lakukan? Kembali dan tetaplah bersamaku, Heejin.”

Heejin mengalihkan pandangan sebelum menegakkan punggungnya dari sofa, berdiri dengan tangan mengepal. “Aku harus pergi sekarang. Aku datang kemari hanya untuk  berpamitan.” Sosok wanita itu hendak segera melenggang, sebelum tangan sang kakak menahan pergelangan tangannya.

Namun, tanpa di duga, Heejin mengentak tangan Jungkook. “Lepas. Jangan menyentuhku.”

“Heejin,”

“Aku...merasa tak nyaman di dekatmu,” Heejin berujar lantang seakan tak ada keraguan sedikit pun. Ia melanjutkan tanpa menoleh ke arah Jungkook. Benaknya begitu puas melihat keberhasilannya membangunkan amarah dengan konsekuensi yang fatal nantinya.

Ia hanya perlu mengamati bagaimana Jungkook lepas kendali dan menggunakan itu sebagai senjata.

Sekali lagi pria yang ditinggalkannya itu hanya diam dan membisu.

Jungkook membiarkan sosok Heejin beranjak dan meninggalkannya sendirian di dalam ruangan tersebut.

Sesaat kemudian pria itu terkekeh sinis.

Menjadi seseorang yang diabaikan dan dihindari tidak pernah ada dalam angan bayangannya barang sedetik pun.

Ia telah menjadi tameng pelindung dan penghibur Heejin. Dia bahkan memberi kesempatan Heejin berpaling pada pria lain, berusaha percaya akan pilihan sang adik bahwa hubungan mereka salah dan ada pria yang bisa memberinya lebih dari yang ia berikan selama ini.

Namun, kini apa yang ditemuinya?

Penolakan dan pengabaian?

Ini konyol dan memuakkan.

Setelah pria sialan itu membuangnya, Heejin tak kembali padanya?

Tindakan kurang ajar macam apa itu? Kesepakatan telah dilanggar, maka sekarang ia bisa bertindak, kan?

Jungkook tertawa singkat sebelum menampilkan senyum sinis.

Ia bersumpah akan membalaskan ini semua—perhatian adiknya yang hilang untuknya dan dirinya yang terabaikan.


•○•


Riyeon berdiri ruang tengah huniannya kini dengan pria itu, mengkaji ulang alur cerita yang dibangunnya setelah beberapa waktu berlalu tanpa gangguan dan kendala apa pun, selain menyesuaikan diri akan variasi sikap Taehyung yang terkadang masih memberinya kejutan.

Pria itu memang menepati janjinya. Tapi, rasanya hanyalah sebagian saja.

Taehyung memang tidak menyentuhnya selama beberapa hari, hanya sebatas memberikan pelukan hangat di atas ranjang dan mengobati goresan di pahanya hingga sembuh.

Namun, setelahnya, yang ia ingat hanya pergulatan ranjang bersama pria itu. Tentu saja, Taehyung kembali  menyajikan permainan lihainya, membuatnya sangat berhati-hati memperhatikan siklusnya bahkan selalu berusaha mengingatkan pria itu untuk memakai pengaman.
Sikap manja si Kim juga kian hari kian menguat beserta sebuah rasa yang semakin kentara dan mudah terbaca di sana.

Namun, hal yang paling penting adalah Taehyung telah mengakhiri hubungannya dengan Heejin serta benar-benar tak lagi berhubungan dengan keluarganya.

Itu semua sesungguhnya merupakan kabar yang baik sekaligus memunculkan sedikit kekhawatiran untuknya. Satu sisi, mengingat gairah pria itu yang terbilang sering melonjak, yang artinya ia tak boleh lengah. Tetapi, di sisi lain, Riyeon yang hanya ingin membuat Taehyung sepenuhnya bersandar padanya dengan cara apa pun serta tanpa meninggalkan celah hal yang akan menjadi penganggu nantinya, sejauh ini berhasil.

Apakah ini saatnya ia pergi?

Ia merasa sudah terjun cukup dalam, memasuki setiap celah permainan dan kelemahan yang dapat dipungut, semakin memastikan kemenangan di pihaknya dan pembalasan yang sempurna—meninggalkan pria itu dalam kerapuhan ketika satu-satunya sandaran lenyap, ketika kepercayaan dikhianati, ketika ditinggalkan dalam gelapnya penolakan. Terabaikan, terbuang dan terjerumus sendirian.

Inikah saat yang paling tepat untuk meninggalkannya dalam semua itu? Apakah luka yang akan ditinggalkannya untuk pria itu paling tidak setara dengan luka yang tergores dalam dirinya? [♤]

Blue and Grey || ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang