Pt. 9 (Anchor)

276 27 19
                                    

Netra Riyeon meloloskan satu bulir air mata. “Dan...aku yang hina ini tak tahu bagaimana cara menenangkan diri dari ketakutan tak terjawabku. Lalu melakukan apa yang memang menjadi terbiasa untuk kulakukan—menggoda pria. Aku menggodamu untuk membuatmu bertahan lebih lama denganku. Aku masih tidak bisa mempercayai hubungan kita ini, lalu kupikir setidaknya pun jika ini hanya ilusi, aku ingin mempertahankanmu lebih lama meski hanya tubuh ini yang bisa kusodorkan—”

“Hentikan, Riyeon. Hentikan...” Taehyung segera menarik Riyeon dalam dekapannya, berakhir menatap  wanita itu yang terisak di dada bidangnya.

Jemari pria itu menyisir rambut Riyeon dan beberapa kali mengecup puncak kepalanya untuk menenangkan. “Aku disini. Aku tidak akan meninggalkanmu. Aku berjanji.”

Masih dengan netra berair wanita bermarga Han itu meremas lengan Taehyung. “Aku takut Tae,” Bola matanya bergetar ketakutan. “Aku takut setelah ini pun aku tak pernah bisa lepas dari dunia lamaku dan...dari Kim Namjoon. Dia tak akan melepasku.”

“Kim Namjoon?” Taehyung merenggangkan pelukannya, “Pemilik bar di pusat kota?” Ia membantu Riyeon menegakkan punggungnya.

Wanita itu mengangguk sesenggukan. “K-kau mengenalnya?”

“Pria brengsek itu—” Jemari si Kim kini menghapus jejak tangis di pipi Riyeon dengan ibu jarinya. “Dengarkan aku, Riyeon.” Ia melanjutkan tegas. “Aku tak akan membiarkan tempat itu mengurungmu. Aku akan membebaskanmu dari Kim Namjoon.”


•○•


Ponsel wanita itu masih bergetar beberapa kali ketika tubuhnya telah melenggang memasuki bar milik Namjoon.

Riyeon sudah dapat menebak siapa gerangan orang yang menghubunginya. Ia sudah mengetahui kata-kata seperti apa yang akan menusuk telinganya jika ia mengangkat panggilan itu.

Hari ini adalah hari yang berbeda. Ia telah mengambil keputusan. Ini terakhir kalinya ia menginjakkan kakinya di tempat temaram itu. Ini terakhir kalinya ia akan berbicara dengan Kim Namjoon.

“Kau yakin tak ingin aku menemanimu?” Taehyung berujar sarat kecemasan.
Riyeon sekilas mengangguk. “Jangan khawatir.”

“Dia pria gila. Berhati-hatilah. Aku menunggumu tepat dibalik pintu.”

Wanita itu tersenyum tipis, perlahan melepaskan genggaman tangan Taehyung dan melesatkan tubuh rampingnya yang dibalut celana jeans dan jaket kulit itu ke dalam ruangan yang setiap hari sempat selalu dikunjunginya atas perintah Namjoon. Tetapi, kini ia datang untuk hal yang sangat-sangat berbeda.

Beberapa langkah memasuki ruangan itu, Riyeon dapat melihat jelas sosok tegap Namjoon yang perlahan menurunkan ponsel dari telinganya, ketika sorot mata mereka bertemu.

“Kenapa kau tak mengangkat panggilanku?” Namjoon menghela napas kasar. Ia meletakkan ponselnya pada meja kaca hingga menimbulkan suara benturan. “Dan apa yang kau pakai itu? Ganti bajumu dengan gaun! Aku tak suka kau terlalu menutup-nutupi tubuhmu didepanku.”

“Jangan khawatir, kau tak akan melihatku lagi setelah ini. Jadi, kau tak perlu mempermasalahkan pakaianku lagi atau...menyuruhku melayani hasrat gilamu itu.”

“Apa?” Pandangan mata pria itu kian menusuk. Namjoon terbahak dan mengambil langkah mendekat ke arah Riyeon. “Kau benar-benar belajar untuk memberontak dariku ya, apakah aku kurang memberimu pelajaran akhir-akhir ini?” Tangan si Kim hendak menarik dagu Riyeon, tetapi didahului oleh tepisan tangan wanita itu.

“Jangan pernah menyentuhku lagi.” Dada Riyeon naik turun dengan cepat. Emosi yang tertanam bertahun-tahun kini satu per satu serasa naik ke permukaan.

“Kenapa kau seperti ini, sayang?” Namjoon menggigit bibir bawahnya. “Katakan dengan jelas. Jelaskan padaku!” Pria itu mendadak mendorongnya ke arah tembok.

Riyeon nyaris memekik. Namjoon menekan kedua pundaknya dan berbisik. “Jangan mengujiku. Kau melakukan kesalahan hari ini. Memohon maaflah padaku, seperti yang biasa kau lakukan.”

“Lepaskan aku.”

“Kau tak mau meminta maaf?”

Riyeon mencoba tak gentar dan membalas tatapan tajam Namjoon. Tetapi, dirinya sedikit melupakan kebrutalan sikap pria itu karena sesaat kemudian ia menemukan dirinya terhempas kuat ke arah lantai akibat tamparan yang mendadak diterimanya.

“Apa kau mendadak melupakan apa yang telah aku ajarkan? Apa kau lupa bagaimana caranya menjadi wanita penurut yang manis?” Kedua tangan pria itu menarik jaket kulit yang membalut tubuh Riyeon, memaksa wanita itu untuk berdiri. “Apa aku harus kembali mengingatkanmu berapa hutangmu padaku dan merantaimu di ranjang selamanya?”

Pria itu tak menunggu jawaban, ia kembali menghempas tubuh Riyeon ke arah lantai, sebelum sebuah tinju menghantamnya hingga mundur beberapa langkah ke belakang.

Rahang pria itu seketika serasa mengeras dengan sekelumit rasa pahit yang menguar dari sudut bibirnya.

“Persetan kau!” Taehyung berujar lantang beberapa langkah didepannya.

Namjoon terkekeh dan menyeka sudut bibirnya yang berdarah. “Ah, jadi begitu. Seharusnya aku tahu lebih awal mengapa si jalang itu mendadak berani melawanku. Jadi, kau sekarang menjadi malaikat penyelamatnya, tuan Kim Taehyung?”

Taehyung tak berniat menjawab. Ia memilih segera membantu Riyeon berdiri dan membawanya tepat berada di belakang punggungnya.

Kedua telapak tangan Namjoon terkepal kuat pada sisi tubuhnya, ia  melanjutkan penuh penekanan. “Kau seharusnya tak ikut campur didalam masalahku dengan wanitaku.”

Alis Taehyung menukik tajam. Emosinya kian tersulut. Ia membawa Riyeon lebih mendekat ke arah tubuhnya. “Dia bukan milikmu.”

Tangan pria itu kini menyeret tas besar yang berada di belakangnya dan melemparnya ke arah sang lawan bicara. “Hutang yang dimilikinya darimu sudah lunas. Jadi, menjauhlah darinya bedebah.”

Namjoon tak lagi memberikan jawaban. Ia menatap kepergian dua sosok itu dari ruangannya dengan belah bibir yang ditekan kuat.

Kau pikir kau bisa mengakhiri ini begitu saja, Han Riyeon? [♤]

Blue and Grey || ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang