Taehyung membeku. Ia nyaris tak berkutik bahkan ketika Riyeon telah melebarkan jarak mereka dan kembali bersandar pada kursi belakang mobil.
Wanita itu berdeham canggung. “Ah, kurasa aku terlalu melewati batas. Kau merasa terganggu, ya?”
Si Kim susah payah meneguk ludahnya. Ia mengusap tengkuk canggung. “I-itu...”
“Maafkan aku. Kau pasti sudah dapat mengira wanita seperti apa diriku ini. Berkeliaran di malam hari dengan gaun malam ketat, kau pasti sudah dapat menilaiku.”
Taehyung kembali menoleh ke belakang. “K-kau tidak—”
“Hubungan satu malam antara pria dan wanita memang tak seharusnya kuanggap berlebihan seperti ini. Tapi, aku begitu tersentuh akan perlakuanmu tadi, sehingga berkata melewati batas begitu saja. Seharusnya aku mengetahui posisiku dengan baik.” Riyeon mengalihkan pandangan matanya, melarikan diri dari sorotan obsidian Taehyung. “Ah, aku terlalu banyak bicara, ya.” Ia meloloskan tawa tipis. “Terima kasih telah menolongku tadi. Aku harus kembali sekarang.”
“Tunggu!”
Riyeon terdiam, usahanya hendak membuka pintu mobil diurungkan begitu saja.
Taehyung mengigit bibir bawahnya sebelum melanjutkan. “Biarkan aku mengantarmu.”
•○•
Tidak ada yang salah. Permainan takdir yang tidak terduga pun sesungguhnya memiliki alur, begitu juga dengan pertemuan mereka. Karena itulah rasa canggung yang baru saja menjadi atmosfer diantara mereka beberapa saat yang lalu kini dengan cepat sirna.Taehyung dapat merasakan gesekan punggung tangan mereka ketika berjalan beriringan. Ia menemukan dirinya menemani wanita itu berjalan di gang basah dengan penerangan lampu jalanan yang berpendar diatas mereka.
Ada sesuatu yang menggebu-gebu didalam benaknya dan meminta untuk disodorkan sebuah jawaban kejelasan.
“Kurasa kau tak perlu mengantarku sampai ke rumahku, tuan.” Riyeon menghentikan langkahnya dan menatap ke arah sang pria.
“Ah,” Taehyung terbangun dari pikirannya. Ia memutar badannya hingga posisi mereka berhadap-hadapan. “Tidak apa-apa. Dan...jangan memanggilku seperti itu,” Taehyung menarik senyum tipis sebelum melanjutkan. “Panggil aku Taehyung saja,”
“Ah...itu—apakah tidak terlalu...” Riyeon meloloskan tawa canggung. “Apakah kita bahkan akan bertemu lagi?” Riyeon menunduk dan menjalin jemarinya ragu, sebelum pandangannya jatuh pada hoodie abu-abu yang memeluk pinggangnya serta sepasang sepatu kebesaran yang membalut kakinya. “Oh, astaga, benar. Pikiranku lagi-lagi mengambil kesimpulan terlalu cepat. Tentu saja kita akan bertemu sekali lagi.”
Taehyung menatap lurus Riyeon.
Sang wanita melanjutkan. “Aku harus mengembalikan hoodie dan sepatumu setelah membersihkannya. Maaf, harus melibatkanmu dengan masalahku.” Riyeon menekan belah bibirnya sebelum berujar, “Waktumu menjadi terbuang sia-sia untuk mengasihani wanita sepertiku.”Sang pria masih tak merespons, hanya tangan disisi tubuhnya yang kian mengepal erat.
“Kurasa juga cukup sampai disini saja, kau mengantarku. Terima kasih.” Riyeon sekilas membungkuk dan hendak beranjak.
Namun, langkahnya tertahan ketika Taehyung menggapai pergelangan tangannya. Sesaat kemudian pria itu menariknya mendekat dengan cepat.
“T-tuan!” Riyeon tersentak. Keduanya tangan berada di dada bidang Taehyung, menahan jarak mereka tetap tersisa.
Taehyung kini melingkarkan salah satu lengannya pada pinggang sang wanita sebelum berujar serak, “Tindakanku ini bukan karena aku mengasihanimu.” Netra obsidian Taehyung menatap kedua mata Riyeon bergantian. “Apa yang terjadi malam itu juga bukanlah ketidaksengajaan ataupun karena statusmu. Aku tidak memandang rendah dirimu.”
Tangannya kini bergerak mengelus pipi sang wanita dan menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga.
Riyeon dapat merasakan embusan napas pria itu yang mengepul hangat menerpa kulitnya. Taehyung yang telah memejam, mengikis jarak mereka perlahan hingga tak bersisa.
Kedua netra Riyeon masih terbuka redup ketika merasakan sapuan bibir Taehyung pada miliknya. Pria itu melumat bibirnya lembut, menyesap belah bibirnya bergantian. Sesaat kemudian tangan Taehyung bergerak menjalar, mengusap dan meremas pinggulnya, nyaris membuatnya meloloskan lenguhan tipis.
Permainan bibir itu akhirnya mencapai puncak ketika Taehyung berhasil melesakkan lidahnya. Meski beberapa kali Riyeon mencoba bertahan menutup mulut dan menjaga akal sehatnya tetap berfungsi, tetapi pada akhirnya wanita itu menyerah. Ia memejam, membuka akses tubuhnya lebar-lebar dan membiarkan dirinya benar-benar terseret bersama pria itu.
•○•
“Riyeon...” Sudut bibir Taehyung tertarik tipis.Ia menjilat bibirnya dan mengingat ciuman basah menggairahkan yang baru saja dimainkannya. Bahkan ketika ia telah kembali berada di balik kemudi dan menyetir menuju rumahnya, ia masih terbayang wajah sang wanita, menyebut namanya beberapa kali dan kembali tersenyum.
Sensasi yang lama tak pernah dirasakannya lagi. Perasaan menggebu-gebu yang memenuhi benaknya sedikit demi sedikit terjawab. Kini pikirannya bahkan telah menyodorkan langkah-langkah kecil selanjutnya yang bisa ia ambil.
Rencana-rencana yang bisa ia habiskan bersama wanita itu. Bahkan ketika hanya membayangkannya saja, dirinya bisa dipenuhi perasaan bahagia yang membludak.
Beberapa saat melintasi jalanan lenggang akhirnya mobilnya kini mencapai halaman rumahnya. Ketika berjalan keluar, ia kembali menemukan mobil Heejin terparkir disana. Ia memasuki halaman depan dengan wajah datar, melihat wanita itu menantinya.
Heejin memakai gaun tidur sutra berwarna hitam. Rambutnya tergerai bebas dan sorot matanya memandang Taehyung sendu.
Saat Taehyung berhenti melangkah dan menyisakan jarak beberapa langkah, Heejin berhambur dan memeluknya.“Jangan memperpanjang hubungan buruk diantara kita, Tae.” Jemari Heejin mengusap bagian belakang leher Taehyung. “Aku tak akan mendengarkan ucapanmu bahwa kita tak memiliki hubungan apapun. Tidak Tae, kita sudah menikah. Kita adalah suami istri.” Ia melepas pelukannya dan menatap lurus kearah netra Taehyung. “Malam ini ijinkan aku melayanimu sebagai seorang istri. Biarkan malam ini menjadi malam panjang yang akan kita habiskan bersama.” [♤]
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue and Grey || ✔
FanfictionAwalnya, Riyeon merasa dirinya hanya terjebak di antara kisah sang kakak dan Taehyung serta hasrat untuk membalas sebuah luka. Namun, nyatanya, pijakan kakinya, luka, dan ambisinya untuk membalas dendam hanya secuil bagian tak penting dalam hubungan...