“Wah, kau bahkan tidak bisa mendeskripsikan dirimu sendiri?” Riyeon meloloskan tawa mengejek sembari melebarkan kembali jarak mereka.
“Aku...” Taehyung menggigit bibir bawahnya ragu. Untuk ke sekian kali pikirannya berkelana tanpa kendali, membuatnya seakan keluar jalur dari perlintasan percakapan mereka.
Wanita di sampingnya yang masih diselimuti rasa penasaran kembali melontarkan ujaran. “Ayolah, kau bergurau’kan? Tidak mungkin kau tidak bisa mengatakan pria macam apa—“
“Aku tak terbiasa menilai diriku sendiri. Aku lebih suka mendengarkan pendapat orang tentangku.” Taehyung kini telah dapat kembali mengendalikan diri, merespons sejalan dengan topik pembicaraan mereka.
“Oh, lalu?”
“Lalu?” Kini giliran Taehyung yang mendekat ke arahnya. Bahkan tanpa sungkan menaikkan ibu jarinya, sekilas mengusap bibir bawah Riyeon. “Lalu aku ingin kau yang menilaiku, manis.”
“Kau yakin?” Wanita itu tak gentar akan sentuhan-sentuhan mendadak yang dikirimkan padanya. Bahkan kini ia balas menarikan jemarinya di garis tegas rahang Taehyung. “Penilaianku mungkin sedikit tak terduga.”
Pria itu menghentikan tangan Riyeon yang nyaris bergerak membelai lehernya. “Ah, jangan di sini, sayang.”
“Kau pria yang mudah terangsang.” Ujarnya mendadak. Riyeon membasahi bibirnya, sebelum melanjutkan. “Itu penilaianku yang pertama.”
Taehyung menyeringai tipis. “Kau curang. Itu karena kau yang terlalu menggoda.” Ia meremas tangan Riyeon. “Lanjutkan,”
“Yang kedua...kau penuh rahasia. Atau mungkin kau memang sengaja menyimpan rahasia itu dalam-dalam. Atau...kau memendam sesuatu dan itu terasa mengejarmu terus menerus.”
“Hm?” Pria itu tertegun. “Dari mana kau...menarik kesimpulan seperti itu?” Taehyung mengalihkan pandangannya ke depan, memperhatikan jalanan sepi tepat di depan kursi taman tempat mereka terduduk.
“Entahlah.” Riyeon berujar datar. “Aku seperti dapat merasakannya.”
Pria itu perlahan melepas tangan Riyeon yang sempat digenggamnya erat. Ia berdeham dan menyesap cokelat panas dalam cup yang telah mendingin. “Sebenarnya aku...” Taehyung ragu-ragu hendak menjawab. “Aku...”
“Taehyung,” Riyeon memanggilnya lembut, tangannya disusupi jemari milik wanita itu. “Kau tak perlu mengatakannya. Bukankah semua orang memiliki rahasia? Atau sesuatu yang disimpannya hanya untuk diri sendiri?”
Taehyung sejenak memejam, sebelum kembali membuka matanya dan menatap malam yang kian menggelap. Ia kembali memegang erat tangan Riyeon. “Aku memang memilikinya. Tapi, aku tidak akan menyimpannya hanya untuk diriku sendiri lagi. Suatu hari aku akan... memberitahukannya padamu, Riyeon. Saat waktu itu datang, kau akan tahu.”
•○•
Sesungguhnya, aku sudah...mengetahui semuanya, Taehyung. Sangat mengetahui semuanya. Itu sebabnya aku semakin yakin akan pilihan yang aku ambil. Akan tindakan yang akan kulakukan.Riyeon menatap redup langit-langit kamarnya. Ia sejenak mendongak dan menangkap pemandangan wajah pria itu dari bawah.
Taehyung tertidur pulas, memejam begitu damai sambil memeluknya erat, lagi-lagi seakan tak ingin berpisah dengannya barang sedetik, Riyeon sendiri pun tak berniat memberikan penolakan. Ia menjadikan lengan pria itu sebagai bantalan, menaruh tangannya pada dada Taehyung yang masih terbalut kemeja hitam.
Namun, dirinya tak tenggelam dalam kehangatan pria itu. Ia tetap terjaga, menunggu mentari bersinar sambil mendengarkan suara napas Taehyung yang berembus beraturan dan perlahan.
Sesaat kemudian Riyeon menggeser lengan Taehyung yang memeluknya, hendak menegakkan tubuhnya. Tetapi, ketika kakinya menyentuh ujung lantai dan sekilas menoleh ke arah sang pria, ia terdiam. Tangan wanita itu sempat terkepal sebelum kembali terbuka pasrah.
Riyeon mengurungkan niatnya untuk beranjak. Ia memilih kembali menaiki ranjang hingga menimbulkan suara decitan kecil. Tangannya menggeser helai rambut Taehyung yang menghalangi dahi pria itu, sedikit memainkan jemari di garis rahangnya sebelum mendaratkan ciuman di bibir pria itu. Ia bahkan mengigit kecil bagian bawah bibir Taehyung.
Si Kim seketika tersadar dan segera menarik tengkuk Riyeon, tak membiarkan wanita itu pergi begitu saja tanpa bertanggung jawab. Ia dengan cekatan membalik posisi mereka hingga wanita itu tak bisa bergerak banyak dibawahnya.
Taehyung menekan kedua pergelangan tangan Riyeon disisi tubuh wanita itu. “Aku baru tahu kau seagresif ini, Riyeon. Ini masih terlalu pagi.” Ia melanjutkan masih dengan berbisik serak. “Apa kau ingin seharian berada diatas ranjang bersamaku?”
“Ah, aku tidak tahu kau akan begitu mudah diundang untuk bermain.”
“Wah,” Taehyung terkekeh, merapatkan lagi pahanya pada pinggul sang wanita. “Perkataanmu cukup berani untuk wanita yang bahkan sudah tak mampu mengerakkan tubuhnya dibawah kungkungan seorang pria. Kau masih saja berujar menantang seperti itu,”
“Memang apalagi yang bisa kulakukan? Aku ini hanya wanita yang bisa dengan mudah dipesan, Tae. Orang membayarku dan aku datang melayani mereka. Inilah yang aku lakukan selama bertahun-tahun. Itu bukan lagi terasa seperti dibuat-buat. Aku selalu seperti ini ketika bersama laki-laki. Lalu...kau datang bagai sebuah mimpi.”
Taehyung dapat melihat netra Riyeon yang mulai berkilauan diselimuti air mata. Ia merapatkan dua belah bibirnya, menatap sang wanita dengan penuh luapan emosi.
Riyeon melanjutkan pelan. “Aku bisa melihat sorot matamu yang berbeda dari pria yang biasa kutemui, sebuah rasa yang terpancar disana. Tapi aku juga ketakutan, ketika aku terlalu memeluk erat harapan manis yang bahkan tak dapat kupastikan akan selalu berada di sisiku atau tidak.” [♤]
![](https://img.wattpad.com/cover/252723328-288-k242862.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue and Grey || ✔
FanfictionAwalnya, Riyeon merasa dirinya hanya terjebak di antara kisah sang kakak dan Taehyung serta hasrat untuk membalas sebuah luka. Namun, nyatanya, pijakan kakinya, luka, dan ambisinya untuk membalas dendam hanya secuil bagian tak penting dalam hubungan...