Pt. 33 (Serendipity)

146 10 0
                                    

“Riyeon, kau baik-baik saja? Jawab aku!” Taehyung kembali berteriak. Suara erangan yang awalnya terdengar kini mendadak hening, bahkan nyaris terlalu hening hingga si Kim kembali menggedor pintu di depannya dengan keras.

“Buka pintunya, Riyeon!” Taehyung menggigit bibir bawahnya. “Kau baik-baik saja?”

Lagi-lagi tak ada suara apa pun. Tanpa berpikir panjang, Taehyung bahkan bersiap untuk mendobrak pintu tersebut kalau saja beberapa saat kemudian sosok Riyeon terlihat di balik celah pintu. Wanita itu membuka pintu dengan perlahan-lahan.

“Kau baik-baik saja? Apa yang terjadi?” Si Kim langsung mencerca sang wanita dengan pertanyaan.

Namun, lagi-lagi wanita itu hendak melenggang tanpa suara. Taehyung tak dapat menahan diri lagi dan segera menghentikan langkah Riyeon. “Riyeon, katakan sesuatu. Apa yang terjadi tadi?”

Netra keduanya beradu. Taehyung dapat merasakan pandangan bergetar wanita itu telah tergantikan oleh pandangan kosong tak terjamah. Riyeon berbisik lemah, “Perutku mendadak mual. Kurasa karena aku tak makan dengan teratur belakangan ini.”

“K-kalau begitu kau harus makan sekarang. Apa ada makanan yang kau inginkan? Aku akan memasak—ah, tunggu ...”

Taehyung sejenak memejam seakan baru menyadari sesuatu. Ia melupakan stok bahan makanan yang hampir habis. Selama beberapa minggu Taehyung terlalu terfokus pada Riyeon, bahkan sang wanita yang memang belakangan ini hanya memakan makanan dalam jumlah minim—menolak makan dengan teratur serasa menular padanya, ia juga makan dengan serampangan.

Tanpa mengulur waktu lebih, ia segera menuntun Riyeon untuk duduk di atas ranjang. Pria itu menepuk punggung tangan Riyeon sebelum berucap, “Kau istirahatlah dan tunggu aku, hm? Maaf, aku menjadi lalai dan tidak memerhatikan masalah makanan.” Si Kim berujar sesal. “Aku akan segera kembali setelah membeli bahan makanan dan memasaknya untukmu.” Taehyung hendak beranjak sebelum kepergiannya ditahan oleh tangan sang wanita.

“A-aku ingin kau mengantarku ke suatu tempat. Jadi, bolehkah aku ikut?”


•○•


Taehyung sangat bersemangat bahkan ketika hanya mendengar Riyeon meminta izin untuk ikut keluar bersamanya. Ia serasa mendengar hal yang sejak lama telah dinantinya. Taehyung merasa ia seakan baru saja diberikan sebuah napas kelegaan setelah lama menanti dengan penuh kekhawatiran dan kebuntuan yang serasa tak berujung.

Meski sederet ucapan Riyeon tidak sepenuhnya memberikan solusi, tetapi itu telah cukup untuk sedikit menenangkannya.

Namun, angan bersinar yang baru saja di pupuknya seakan dipaksa untuk meredup, karena bukannya kembali menjadi Riyeon yang begitu ia rindukan kehadirannya, wanita yang kini berada di sampingnya, masihlah Riyeon yang ia temui selama beberapa minggu terakhir ini. Wanita yang terdiam dengan isi pikiran yang tak dapat diterka. Entah apa yang Riyeon sembunyikan di dalam pikirannya.

Di sepanjang perjalanan bahkan saat membeli bahan makanan Riyeon tak berujar apa pun. Wanita itu bahkan tak membalas genggaman tangannya dan  hanya sekadar mengikuti langkahnya untuk berjalan beriringan.

Kini keheningan itu semakin tak tertahan ketika ia telah kembali mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Ragu-ragu, Taehyung menoleh ke arah Riyeon dan bertanya, “Kau ingin aku mengantarmu ke mana, Riyeon? Kau tidak menjawab pertanyaanku sejak kita berangkat dari rumah.”

Wanita itu tak langsung menjawab. Taehyung dapat melihat Riyeon menjalin kedua jemarinya erat, seakan meragu. Tetapi, wanita itu akhirnya menjawab. “Bisa kau mengantarku ke apotek? Aku perlu membeli beberapa vitamin untuk mengembalikan kondisiku yang lemah.”


•○•


Taehyung mengaduk sup yang berada di dalam panci kecil itu perlahan. Aroma menggugah kian menguar ke seluruh penjuru dapur. Ia hampir menyelesaikan menu masakan dengan bahan yang baru saja dibelinya. Bahkan menu lainnya telah tersaji rapi di atas meja ruang tengah.

Sayangnya, ia baru menyadari hal janggal ketika hendak membawa menu masakan terakhir itu di atas meja ruang tengah, bahwa Riyeon tak kunjung datang. Padahal saat mereka mencapai rumah setelah membeli bahan makanan, Taehyung menyuruh Riyeon untuk beristirahat sembari menunggunya memasak, tapi wanita itu memberi jawaban bahwa ia akan segera menemuinya di dapur setelah mandi, jadi Taehyung tak perlu mencarinya ketika masakan telah siap, melainkan hanya menunggunya untuk datang sendiri.

Namun, ini sudah terlalu lama jika hanya untuk mandi. Apakah Riyeon tertidur?

Membulatkan tekad, setelah menyajikan panci berisi sup hangat di atas meja, Taehyung segera melenggang menapaki tangga menuju ke kamar mereka. Ketika ia mencapai pintu kamar, pria itu mengetuk pelan benda berbahan kayu itu sembari memanggil nama sang wanita.

“Riyeon? Apa aku boleh masuk?”

Tak ada jawaban.

Sesaat kemudian, Taehyung membuka pintu tersebut dan memasuki kamar dengan perlahan untuk mengurangi suara gaduh jikalau Riyeon memang benar-benar tertidur.
Namun, apa yang ditemuinya di dalam sana langsung memancing kepanikannya kembali. Taehyung mendekat dengan cepat ke arah Riyeon yang terduduk di depan pintu kamar mandi.

“Riyeon apa yang terjadi?” Ia nyaris berteriak.

Sang lawan bicara menatapnya tajam, penuh kebencian. “Enyahlah dari hidupku, Kim Taehyung.” [♤]

Blue and Grey || ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang