Pt. 51 (Dolls)

87 7 0
                                    

Kedua tungkai Heejin tengah mengentak ubin lantai rumah sakit tempat Taehyung di rawat. Meski ada sedikit perubahan kecil pada rencananya, yang berakhir membuat si Kim kini berada di rumah sakit, padahal Heejin berencana membawa pria itu kembali ke sisinya tanpa pemaksaan. Tapi, ia cukup puas dengan rencana yang telah ia jalankan.

Riyeon tak lagi berada di dunia ini untuk menghalangi Taehyung menjadi miliknya, tanpa perlu mengotori tangannya sendiri. Amarah, obsesi, serta kegilaan Jungkook untuk menghancurkan apa pun yang menghalangi mereka, berujung pada tindakan nekat untuk membakar bar telah dimanfaatkan sepenuhnya. Heejin berhasil hanya membuat Riyeon yang terjebak dalam bar yang sengaja dibakar itu, menambah bukti keterlibatan sang kakak dalam kejahatan, serta membuat Taehyung kini benar-benar dalam kendalinya.

Trofi. Ia bahkan mendapatkan begitu banyak trofi, yang terlihat dari orang yang masih bernapas, maupun yang sudah kehilangan kesempatan untuk itu.

“Mari kutemui dulu trofi kesayangan milikku yang masih bernapas.”

Heejin akhirnya sampai di depan ruangan tempat sang mantan suami di rawat. Bahkan meski dokter telah mengatakan tentang keadaan buruk Taehyung akibat trauma secara mental maupun fisik dari insiden yang telah terjadi, Heejin tetap datang tanpa belas kasih, apalagi rasa bersalah.

“Taehyung, ini aku Heejin.” Wanita itu tak segan menempati sisi samping ranjang perawatan. Ia membelai pipi sang mantan suami yang sedang setengah bersandar pada ranjang perawatan dengan sorot mata redup nan kosong. Heejin lalu berujar seakan dirinya adalah istri penuh kasih sayang yang begitu khawatir akan keadaan sang suami, tapi dengan perkataan yang begitu kontras, “Kau adalah trofi yang menandakan kebebasanku. Dari ayahku, dari kakakku, bahkan dari kakakmu yang licik itu. Dia terlalu banyak memanfaatkan perusahaan keluargaku. Jadi, aku juga menyingkirkannya, hm. Kini aku juga perlu menentukan apakah kau trofi yang bisa ditempatkan di sisiku, atau trofi yang terpajang manis di lemari kaca.”

Heejin tersenyum, tanpa ragu mendekat, mengusap bibir sang pria, sebelum melumatnya, meski tak mendapat balasan apalagi reaksi tubuh. Sang mantan suami seakan hanya seonggok daging pucat tanpa jiwa dan ekspresi.

“Padahal aku suka permainanmu waktu itu. Caramu mengikat tanganku, caramu pengiris pahaku, serta caramu mengancamku, itu sangat menggugah. Aku begitu terangsang ....” Heejin memasukkan tangannya ke dalam celana sang pria, sembari kian memaksakan ciuman.

Selang beberapa saat memaksakan kehendaknya, Heejin akhirnya menjauh dengan sorot mata kecewa sekaligus merendahkan, melihat posisi dan reaksi Taehyung yang masih sama sejak ia datang. “Ternyata benar, kau ... tidak lagi berguna. Kalau begitu ...” Heejin tersenyum simpul, menyisir rambut Taehyung dengan jemarinya. “Kau akan menjadi trofi milikku yang paling indah dibatasi dinding perawatan, hm.”


•○•


Setelah mengunjungi Taehyung, Heejin kini mendatangi sang kakak yang telah berhasil ia tundukkan juga. Berkat bantuan Park Jimin, orang kepercayaan sang kakak, Heejin berhasil mengelabuhi Jungkook. Orang kepercayaan kakaknya terlihat begitu tunduk kepada sang kakak, tapi pada kenyataannya, Jimin hanya patuh padanya, bekerja untuknya mengawasi dan memancing emosi sang kakak, serta mengumpulkan bukti-bukti kejahatan dan tindakan kriminal berkat emosi yang tak terkendali milik pria itu.

Kini ketika telah sampai pada ruang kunjungan penjara yang dibatasi kaca, Heejin berujar semringah, “Bagaimana kabarmu, kak?”

“Bagaimana kabarmu, jalang?” Jungkook menjawab lambat dengan amarah yang begitu kentara. “Kau begitu licik, adikku.”

“Aku belajar darimu, kak.” Heejin tak bergeming dengan ujaran sarkas penuh kebencian yang ditujukan padanya. Wajahnya bahkan masih memamerkan kurva lengkung sebuah senyum.

“Sialan.” Si sulung Jeon menyeringai. “Kalau bukan karena kaca di depanmu ini, aku pasti sudah menghancurkan tubuh dan hidupmu. Jangan bermain layaknya pengecut seperti ini. Heejin, sayang, lepaskan aku, hm.”

Wanita di depannya malah terbahak, nyaris tersedak tawanya sendiri. “Apa kau bilang? Apa yang baru saja kau katakan? Kenapa begitu lucu?” Heejin menyeka sudut netranya yang berair akibat tawa yang mengoyak perutnya. “Astaga, harusnya aku memfoto ekspresimu itu, sehingga aku bisa melihatnya ketika aku ingin tertawa.”

Jungkook kini menggebrak kaca menggunakan tangannya yang masih diborgol, berteriak kalap, “Jalang sialan! Kau pikir kau bisa melakukan ini padaku? Kau pikir kau akan bebas begitu saja? Kau pikir kau bisa meninggalkanku begitu saja? Kau pikir ... kau bisa membuat Kim Taehyung menaruh rasa padamu?”

Kini giliran Heejin yang menyeringai. “Maksudmu trofi kebebasanku?” Heejin beranjak dari kursi, mendekat ke arah kaca yang membatasi mereka. “Jangan merasa terlalu penting dalam hidup seseorang. Jangan juga salah mengartikan tujuan hidup, apalagi perasaan. Semua hal itu hanya sementara, bahkan hanya ilusi belaka. Awalnya kupikir apa yang kau katakan benar. Kau mungkin berpikir aku menyukai Taehyung, dan mengejarnya, padahal nyatanya aku sadar aku hanya mencari kepuasan saja melihatnya menjadi benda indah yang  dapat kulihat ketika aku ingin. Kau mungkin juga berpikir aku begitu membutuhkanmu, bersandar padamu, dan hanya dapat melanjutkan hidup denganmu, padahal aku sesungguhnya hanya seperti sedang bermain gim dengan virus tersembunyi yang begitu menganggu di dalamnya ketika bersamamu. Candu awalnya, lalu ketika bosan bermain, dan kau menunjukkan wujud aslimu berupa parasit, aku tahu aku harus menyingkirkanmu. Lalu kini aku berhasil.” 

“Kau—”

“Singkatnya,” Heejin menukas, tak memberikan kesempatan pada Jungkook untuk berujar lebih. “Aku hanya memanfaatkan orang-orang yang ada dalam hidupku, dan jika mereka berubah menjadi pengganggu dan tak berguna, maka waktunya untuk menyingkirkan mereka cepat atau lambat.” [♤]

Blue and Grey || ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang