25

4.2K 286 19
                                    


Hari ini benar melelahkan. Difa diantarkan ke rumah barunya oleh Raka. Sesampainya di depan rumah yang akan dia injak, Difa tersenyum bahagia kepada Raka.

"Ngapain senyum-senyum?" Tanya ketus Raka.

"Jangan jutek-jutek. Cinta baru tahu rasa atau bapak udah cinta sama saya?" jawab Difa tanpa berpikir panjang.

Ekspresi wajah Raka langsung berubah datar. Datar namun berbeda. Difa berjalan mendekat ke arah pintu depan di ikuti oleh Raka.

"Ibu sama Al udah ada disini?"

"Udah"

Difa menghadap ke belakang secara mendadak. Untungnya, Raka segera mundur ke belakang. Jadi tidak terjadi benturan.

Raka di buat terkejut dengan kedipan mata Difa. Seketika jantungnya berdetak cepat.

"Kedipan mata buat saya tambah cantik nggak pak?" Difa mulai berani.

"Apaan sih. Sana masuk. Saya mau pulang"

"Nggak mau masuk dulu?"

Sebenarnya Raka ingin menerima tawaran dari Difa. Namun, rasa gengsi menyelimuti dirinya.

"Kapan-kapan saya mampir. Saya sibuk hari ini" kata Raka tengok kanan-kiri.

Difa mengangguk pelan seraya tersenyum saat melihat respond Raka.

"Yaudah kalau gitu saya masuk yah"

"Silahkan"

Difa baru saja memegang pintu tetapi Difa kembali menengok ke belakang.

"Apalagi?"

"Yakin bapak nggak mau masuk?" Difa kembali menawari Raka untuk masuk ke rumah.

"Saya bilang nggak ya nggak" Raka sedikit ngegas.

"Pasti bahan bakarnya kebanyakan jadi ngegas terus" sindir Difa lalu masuk ke rumah.

Setelah Difa masuk ke rumah, Raka merogoh saku celana lalu mengambil sesuatu disana.

Raka menatap benda itu seraya tersenyum "Saya akan kasih ini di saat waktu yang tepat"

Sayup-sayup terdengar suara Difa di dalam rumah itu. Terdengar bahagia. Itu membuat senyuman merekah di bibir Raka.

Lambat-laun perasaan ini akan jelas. Jelas ingin menolak atau menyatakan hal yang akan benar-benar merubah hidupnya kelak.

---

Setelah membersihkan diri, Difa menjatuhkan badannya ke kasur yang sangat empuk. Berbeda dengan kasur miliknya saat dulu.

Hal ini akan membuatnya tidur nyenyak. Sebelum tidur, Difa memeriksa ponselnya lalu melihat poto dirinya bersama Raka saat di pinggir sungai tadi.

Flashback

Difa sangat jenuh karena sedari tadi dirinya hanya bisa melempar batu-batu kecil ke sungai. Difa melihat Raka tengah asik memainkan ponsel.

Tidak masalah jika Raka melakukan itu tetapi saat ini dirinya benar-benar di diamkan.

"Pak"

"Hm?"

"Bapak lagi apa?" Difa sedikit kepo dengan Raka. Matanya mengintip isi ponsel Raka. Ternyata Raka tengah asik membaca email dari orang-orang penting.

"Jangan nanya terus" Raka memasukan ponselnya ke saku.

"Nanya doang emang nggak boleh"

Siap Boss!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang