4

7.1K 435 3
                                    

Sebuah gedung pencakar langit nampak megah dan mewah. Semua karyawan terlihat sibuk dengan kerjaannya masing-masing. Ada juga beberapa perempuan yang berkelompok tengah bergosip ria. Tidak ada bos, maka seperti inilah keadaan kantor bagi kaum hawa.

Tring

Suara lift terdengar jelas yang langsung membuat semua karyawan menyibukkan dirinya. Entah pura-pura mengetik dan memeriksa banyak dokumen di meja. Langkah kaki membuat karyawan dag-dig-dug. Langkah kaki itu terhenti tepat di depan semua karyawan.

“Selamat pagi” sapanya dengan dingin.

Tangannya di masukan ke saku celana, berdiri tegap, mata tajam serta memakai setelan jas yang menambah kesan keren.

“PAGI PAK”

"Kerja dengan baik dan disiplin waktu"

"BAIK PAK"

Laki-laki yang keluar dari ruangan merasa terkejut dengan kedatangan temannya sekaligus bos di kantor ini.

“Raka!”

Laki-laki yang di juluki oleh Difa dengan sebutan ‘laki-laki tanpa nama’ akhirnya sudah jelas kita ketahui. Nama lengkapnya adalah Raka Arshad Shagufta, berumur 25 tahun, sukses, dan tentunya pintar. Tapi sayangnya Raka memiliki sifat yang sedikit buruk, yaitu harus benar apapun kesalahannya. Yah, nampaknya semua itu selalu melekat pada dirinya.

Farizi yang akrab di sebut Izi merupakan teman Raka sejak duduk di bangku SMA. Berumur 24 tahun. Izi merupakan karyawan tetap. Selama ini Raka tidak mempunyai sekretaris pribadi. Raka selalu memberikan perintah kepada Izi kapan pun dia mau.

“Ikut gue” titah Raka sambil berjalan kepada Izi.

Izi mengangguk “Ayo semangat kerjanya” Izi memberikan semangat kepada semua karyawan disana.

Laki-laki yang lumayan tampan, nyaris sempurna, tetapi tetap saja Raka paling tampan.

Mereka menanggapinya dengan senyuman dan anggukan.

Raka duduk di kursi kebangggaannya dengan kedua kakinya bertumpu pada meja dan Izi berdiri di dekat jendela melihat aktivitas di bawah.

Walaupun perusahaan ini sedikit jauh dari ibukota tetapi percayalah banyak pelamar kerja yang berminat. Alasannya entah itu gedungnya yang mewah, perusahaan terbaik, dan tentunya gaji yang lumayan besar.

“Banyak orang yang melamar kerja jadi satpam di kantor. Padahal, kantor ini cuma butuh 5 satpam. Ternyata banyak juga yang nyari pekerjaan” Izi berbalik badan menghadap Raka yang tengah memainkan pulpen di tangannya.

“Sekarang ada jadwal meeting?” tanya Raka.

“Ada, jam 2 siang. Bukannya lo yang nentuin tanggal meeting sama karyawan?”

Raka memijat pelipisnya “Gue lupa”

“Lupa mulu kerjaan lo. Oiya, proyek perumahan di Surabaya butuh mandor, mandor yang kemarin cidera dan ngggak bisa kerja lagi”

“Bodoh! Teledor dan nggak hati-hati. Kita bahas semua kendala proyek saat meeting nanti” cela Raka.

Izi hanya mengangguk “Gue keluar dulu, mau liat berkas pelamar kerja di bawah”

Setelah Izi pergi, Raka bangun dari duduknya dan berjalan ke dekat jendela kantor. Raka menyipitkan matanya saat melihat seseorang yang tidak asing baginya.

---

“Bim, gimana nih baju gue?” tanya Difa kepada Bimbim.

“Ya mau gimana lagi? Kita udah sampe di depan kantor, gede bener ya kantornya” jawab Bimbim yang langsung di beri hadiah pukulan oleh Difa.

Siap Boss!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang