21

4.2K 319 11
                                    


Begitu sampai di kediaman Raka yang sebenarnya, Difa seakan tak percaya dengan apa yang dia lihat. Jika kemiskinannya langsung ambyar, tidak bisa berkata-kata lagi. Jika dibandingkan dengan rumahnya terasa jauh berbeda. Bagaikan Author dengan aktor Ji Chang Wook, tidak akan pernah sama. Iya kan?

Dilihat-lihat, istana Raka itu seperti luas kampung halamannya. Bahkan ruang tamunya pun setara dengan 4 rumah tetangganya.

"Bapak tinggal sendiri?" Mata Difa tak berhenti mengedarkan pandangannya ke segala arah.  Seluruh penjuru ruangan seperti tidak memberikan kesan bosan saat melihatnya. Seperti author menatap seseorang yang jauh disana. Ehm. Jangan curhat dong!

"Saya tinggal dengan orangtua saya" jawab Raka sambil melihat Difa.

"Bertiga doang?"

"Sama pembantu"

"Berapa pembantu disini"

Raka memutar bola matanya "Kepo" tanpa banyak bicara, Raka melenggang pergi menuju dapur seraya membawa bahan masakan.

Difa masih terdiam disana "Mulai gaul ya bahasanya"

Setibanya di dapur, Difa melihat Raka yang tengah mengeluarkan bahan-bahan. Jika di lihat dari belakang, Raka benar-benar terlihat seperti laki-laki yang berkarisma. Apalagi saat memakai kemeja hitam. Tuh kan kesemsem.

Difa menggulung lengan kemejanya sampai sikut, mengikat rambutnya, lalu menghela nafas panjang. Karena dia harus menghadapi Raka sekarang.

"Sini biar saya aja, Pak" Difa meraih tangan Raka yang memegang sayuran.

Raka langsung melepaskannya dan mengangguk. Raja duduk di kursi seraya melihat Difa memasak. Saat melihat Difa memasak, Raka merasa tengah berbunga-bunga namun bunganya tak terlihat.

Pertama-tama Difa menghaluskan bumbu, dari mulai jahe, lada, bawang merah, bawang putih, ketumbar, dan kunyit. Selanjutnya, Difa mengambil panci lalu di isi air. Setelah mendidih, Difa memasukkan paha ayam. 

Setelah itu di panaskan wajannya yang sudah di berikan minyak. Lalu di tumis bumbu yang sudah dihaluskan itu.

"Bapak mau bantu saya atau nggak?" Tanya Difa tanpa melihat Raka. Fokus mengaduk-aduk bumbu.

"Saya bantu apa?" Raka kembali menghampiri Difa.

"Bapak tumis bumbu sampai harum"

Raka mengangguk pelan dan menuruti perintah Difa. Sampai akhirnya mereka berdua bekerja sama membuat Soto Ayam. Keadaan tidak lagi canggung. Sesekali, Difa menggoda Raka karena Raka berhasil melakukannya dengan baik.

Raka pun tidak segan-segan bertanya jika dirinya kesulitan. Waktu yang lama telah mereka lalui. Soto ayam siap untuk disajikan. Difa menaburkan bawang goreng dan perasaan jeruk nipis. Selesai.

Difa menaruh dua mangkuk soto ayam. Difa tersenyum ke arah Raka.

"Cobain dulu, Pak"

Raka mencicipi masakan itu, ekspresinya begitu datar, Difa memejamkan matanya karena takut jika masakannya itu gagal.

"Gimana pak? Enak?"

Raka masih terdiam, dia kembali mencicipinya.

"Nggak enak yah?"

"Enak"

Betapa bahagianya Difa saat masakannya enak. Tidak sia-sia juga. Difa pun ikut menyantap soto ayam. Mereka sama-sama memilih diam di saat makan.

"Masakan ini enak karena saya" sontak saja perkataan Raka membuat Difa berhenti makan.

"Iya karena bapak. Makasih yah udah buat masakan seenak ini" jawab Difa manis.

Siap Boss!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang