13

4.3K 322 10
                                    


Tempat: Cafe

Setelah Difa datang disana, Raka tidak mengubrisnya. Malahan, Raka tetap pokus dengan benda pipih di tangannya.

"Ehm" Difa berusaha untuk dilihat dan dihargai keberadaannya.

Raka menoleh "Dari tadi?"

Jadi dari tadi gue nggak di anggap? Emang gue debu?

"Hm"

Raka menaruh uang di meja lalu menarik tangan Difa. Difa heran dengan apa yang dilakukan oleh Raka. Difa hanya bisa pasrah.

Ternyata, Raka membawa Difa ke sebuah Mall yang sangat luas. Setelah sampai disana, Difa di tinggal begitu saja. Difa berdecak pinggang menatap kepergian Raka.

"Tadi di genggam sekarang di tinggal" cibir Difa.

Raka mencari toko kalung untuk hadiah ulang tahun Fina. Raka bahkan terlalu pokus mencari sampai tidak ingat dengan Difa yang cukup jauh di belakangnya.

"Kita kesana" kata Raka.

Setelah menoleh ke samping ternyata Difa tidak ada.

Difa menikmati suasana Mall, banyak sekali barang-barang yang terlihat sangat cantik, apalagi pakaian yang terlihat jelas disana.

Mata Difa tertuju pada boneka landak. Difa hanya menatapnya tanpa bisa meraihnya.

Raka berjalan menghampiri Difa disana. Difa cukup terkejut saat Raka berada di sampingnya.

"Kenapa nggak ikutin saya?" Tanya Raka dingin.

"Langkah bapak terlalu lebar, langkah saya kecil" jawab Difa jujur.

"Tugas kamu itu ikutin apa yang saya mau dan saya suruh" ucap Raka.

"Hm" Difa mengangguk kecil.

"Terus bapak ngajak saya kesini untuk apa?" Lanjut Difa.

"Ikut saya"

Raka dan Difa akhirnya berjalan beriringan menuju toko berlian.

"Selamat sore. Ada yang bisa saya bantu?"

"Tolong berikan beberapa cincin sama kalung" ucap Raka.

Penjaga toko itu memberikan beberapa model kalung dan juga cincin.

"Ini, Mas. Bisa langsung dipilih" katanya.

Raka terlihat tengah berpikir. Pasalnya, Raka belum pernah membelikan hadiah seperti ini kepada Niken.

"Kamu pilih"

Difa tercengang saat Raka mengatakan itu.

"Siapa?" Tanya Difa memastikan.

"Kamu"

"Oh kalian mau menikah? Silahkan pilih cincinnya. Ini model terbaru semua. Kalian terlihat seperti pasangan serasi" perkataan pelayan itu membuat Raka dan Difa saling terdiam.

Difa berdehem seraya tengok kanan-kiri. Sedangkan Raka hanya terdiam cuek sembari melihat-lihat cincin.

Kan kan kenapa Difa salting?

"Cincin paling mahal yang mana?" Sontak saja pertanyaan anak sultan terdengar. Difa hanya bisa melongo mendengarnya.

Pelayan pun memberikan cincin dengan harga yang paling mahal "Ini, silahkan dicoba oleh calon istrinya"

Sumpah nih pelayan kayaknya pengen dijambak  pake garpu tanah. Raka tanpa basa-basi meraih tangan Difa lalu menyematkan cincin tersebut.

Jantung Difa tiba-tiba berdebar kencang. Tidak biasanya dia merasakan ini. Bukan karena perlakuan Raka tetapi karena cincin ini yang harganya melebihi beras segudang. Bisa makan untuk 3 turunan.

Siap Boss!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang