20

4.4K 342 18
                                    


Hari ini adalah hari dimana Izi, Ziva, Clara, dan Gandra berangkat ke Bali. Dan di hari ini pula, Difa sendiri. Saat datang ke kantor pun tidak ada yang harus dia ajak bicara.

Saat membuka ruangan, ternyata Raka belum datang. Untuk itu, Difa memanfaatkannya dengan baik. Difa memilih kembali ke luar kantor hanya sekedar mengobrol dengan Bimbim.

Saat berada di depan kantor, tidak sengaja Difa menyenggol lengan karyawan lain. Itu membuat mereka saling menghentikan langkahnya.

Difa menoleh ke belakang, ternyata dia adalah mak lampir yang menantangnya.

"Sorry" ucap Difa santai.

Berbeda dengan Silvi, dirinya menghampiri Difa dengan raut wajah yang kesal. Tepat berhadapan langsung dengan Difa. Mata mereka bertemu, bukan menimbulkan kesan baik melainkan memancing kemarahan.

"Kenapa? Saya kan udah minta maaf"

"Minta maaf aja nggak cukup" jawab Silvi.

"Terus?"

"Jauhi Raka"

Difa menautkan kedua alisnya "Harus yah?"

Silvi mendekat, memajukan kepalanya ke telinga Difa sembari berbisik.

"Jangan panggil badai di tengah matahari bersinar" bisik Silvi penuh dengan penekanan.

Setelah membisikan kata-kata itu, Silvi melangkah pergi meninggalkan Difa yang masih terdiam.

"Badai? Matahari bersinar? Untungnya hari ini mendung" Difa merasa bodo amat dengan ucapan Silvi yang terlalu dramatis.

"Bimbim" melambaikan tangannya sambil berjalan menuju tempat dimana Bimbim bekerja. Raut wajah Difa begitu bahagia saat mendapati jika Bimbim membalas lambaian tangannya.

"Nih gue kasih lo kopi" Difa memberikan kopi dalam bentuk kemasan botol.

Bimbim menerimanya dengan senang "Makasih, Fa. Kebetulan gue belum ngopi"

"Wih mantep tuh, buat kita mana nih?" Tanya Satpam satu seraya melihat Bimbim meneguk kopi yang terlihat nikmat.

"Masa Bimbim doang yang di kasih" kata satpam dua.

"Tenang, Pak. Saya bawain juga nih buat bapak satpam" Difa mengambilnya dari tas jinjing lalu memberikannya kepada kedua satpam itu.

"Makasih ya! Jadi ngerepotin"

"Jangan ngerasa gak enak, orang situ yang minta" celetuk Bimbim.

Difa tertawa kecil.

"Terus ngapain lo masih disini? Bukannya cepet masuk. Entar di kasih teguran lagi. Sana sana" kata Bimbim seraya mengangkat pentungan seperti ingin memukul Difa.

"Gue kesepian, Bim. Temen gue di dalem pada nggak ada. Lagian Pak Raka juga belum dateng" jawab Difa yang langsung di angguki oleh kedua satpam.

"Emang temennya kemana?"

"Ke Bali"

"WAW! Ko lo nggak ikut? Sekalian liburan" Bimbim terdengar sangat antusias.

"Gimana mau ikut, di ajak aja nggak"

"Sabar, Neng. Nanti juga di ajak. Banyak ko proyek di luar kota lainnya. Siapa tahu Neng Difa di ajak ke luar negeri. Kalau bapak jadi bos kantor, semua karyawan bakalan dapet jatah liburan sesuka hati selama tiga hari" begitulah kira-kira yang diucapkan oleh satpam satu.

"Seharusnya gitu, Pak. Biar semua karyawan pada seneng. Dari awal saya kerja disini, mentok-mentok di ajak meeting ketemu klien di cafe, itu pun pertemuannya gagal"

Siap Boss!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang