30

4.3K 297 20
                                    



Author up!!!!

Jangan lupa baca!!

Happy reading yups!










Difa merasakan ada tangan yang memeluk dirinya. Semakin lama, Difa semakin sadar bahwa Raka yang tengah memeluk dirinya.

Mulutnya tidak bisa berteriak, hanya bisa terdiam sembari mengangkat dagunya melihat Raka yang tengah tertidur lelap. Tangan yang kekar dan kuat seolah menyatakan bahwa Raka tidak akan melepaskan Difa.

Difa masih merasa ngantuk karena masih pukul 7 pagi. Semalam dirinya tidak bisa tidur karena ulah Raka. Difa merasa nyaman di pelukan Raka. Tanpa sadar, Difa pun menaruh tangannya di dada bidang Raka.

Difa tahu, hal ini seharusnya tidak dilakukan. Kendati demikian, kenyamanan yang mengalahkan semuanya.

Posisi mereka saling berhadapan. Tidak tau lagi harus di definisikan seperti apa. Yang jelas mereka sama-sama nyaman dan menikmati kebersamaan.

Beberapa menit setelah Difa kembali tertidur, Raka terbangun di sambut oleh wajah Difa yang cantik.

Senyuman Raka tidak bisa disembunyikan lagi. Kenapa kondisi ini terjadi tanpa list di hidupnya. Raka meraih tangan Difa lalu mengelusnya lembut. Suatu saat nanti akan ada cincin yang terselip di jari Difa.

Perlahan Raka bangun dari tempat tidur, tanpa suara, sangat berhati-hati agar Difa tidak terbangun. Raka segera membersihkan diri dan menunggu Difa bangun.

---

Izi sudah siap dengan pakaian kantornya. Hari ini adalah hari dimana dirinya harus mengontrol proyek bersama Ziva. Pacarnya sekaligus kekasihnya itu.

Izi melihat jam di tangannya, ternyata sudah jam 8. Gandra yang baru bangun melihat Izi yang sudah rapi.

"Mau kemana, pak?" Tanya Gandra sembari mengucek matanya.

"Saya mau liat proyek dulu" jawab Izi sambil menyemprotkan parfum ke bajunya.

"Sama siapa?"

"Ziva"

"Clara nggak?" Gandra beranjak dari tempat tidurnya lalau mengambil handuk.

"Nggak"

"Kenapa?"

"Saya mau berdua aja. Kalau mau keluar, jangan lupa ajak Clara. Kasian sendirian" titah Izi lalu pergi meninggalkan Gandra.

"Susahnya kalau orang yang lagi jatuh cinta. Apa-apa pengen berdua" gerutu Gandra.

Di lain sisi, Ziva tak henti-hentinya berputar di depan cermin untuk memaksimalkan penampilannya. Ziva sudah mengganti pakaian sebanyak 3 kali dan akhirnya menemukan pakaian yang cocok.

Clara yang melihatnya pusing sendiri. Tak bisakah Ziva bersikap sewajarnya saja. Clara hanya bisa rebahan sambil memainkan ponsel.

"Kalau mau balik kabarin" ucap Clara.

"Siap-siap"

"Kalau pak Izi macem-macem bilang sama gue"

"Iya"

"Jangan pulang malem"

"Iya bawel. Gue nggak lama ko"

"Iya, paling pulang jam 12 malam. Awas aja lo kalau pulang larut malam"

"Iya iya. Tenang aja. Kita bakalan pulang sebelum jam 10. Lo tenang aja. Ada Gandra juga ko di hotel ini. Lo tinggal main aja sama dia, kemana ke, yang penting nggak sendiri. Kalau sendiri kan serem" Ziva malah menakuti Clara.

Siap Boss!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang