11

4.4K 333 7
                                    


Berbagai berkas menumpuk di meja Difa. Menatap komputer tambah membuatnya pusing. Berusaha menyusun laporan untuk keperluan meeting sekaligus memeriksa dokumen-dokumen penting yang diberikan oleh Raka.

Sekitar pukul 10 malam, Difa belum menyelesaikan pekerjaannya. Raka belum kembali lagi setelah menyuruhnya kerja lembur. Sudah dua cangkir kopi yang Difa minum agar tidak merasa ngantuk. Di tambah air putih untuk menunda rasa laparnya.

Difa sesekali menatap pintu, menunggu Raka datang. Difa dikejutkan dengan ketukan pintu dari luar.

"Masuk" tembal Difa.

Terlihat Clara dan Gandra disana. Difa langsung menghampirinya. Raut wajah mereka pun sudah sama-sama kusut seperti baju yang belum di setrika. Difa tahu bagaimana pusingnya bekerja di perusahaan R.A.S

"Pak Raka nggak ada?" Tanya Gandra sembari tengok kanan-kiri memastikannya.

Difa menggeleng "Nggak ada, dari tadi dia belum kembali lagi"

"Lo mau pulang bareng kita nggak? Udah jam 10 malem" tawaran Clara sungguh membuat Difa tergiur. Namun, Difa tidak bisa mengiyakan.

"Kapan-kapan deh, gue lembur hari ini. Liat tumpukan dokumen masih banyak" Difa menatap dokumen itu dengan tatapan lelah.

"Mau di bantu?"

"Nggak usah. Nanti kalau dibantu, Pak Raka bakalan marah"

"Yaudah deh, kalau gitu kita duluan yah. Hati-hati. Disini kalau malem suasananya kurang enak" Gandra membuat Difa sedikit merinding.

Pletak

Clara memukul lengan Gandra "Bohong, Fa. Aman ko, tenang aja. Jangan dengerin omong kosong bak mandi"

Difa tertawa kecil.

"Hwaiting!!"

Setelah kepergian Clara dan Gandra. Difa kembali sendiri, saat melihat ke ruang karyawan, ternyata tidak ada siapa-siapa. Difa jadi parno sendiri. Bulu kuduknya berdiri.

Difa langsung menutup pintu dan lebih memilih menyibukkan diri dengan memeriksa dokumen sambil mendengarkan musik.

Di sela-sela pekerjaannya, tiba-tiba perutnya keroncongan meminta jatah makan. Itu adalah suara seram selain suara kuntilanak.

Difa memegang perutnya lalu kembali meneguk segelas air sekaligus.

"Sabar, bentar lagi beres" ucapnya.

2 jam kemudian.

Akhirnya pekerjaan Difa beres semua. Rasanya sangat lega. Difa meregangkan otot-otot tubuhnya. Lehernya di tepuk karena pegal. Difa melihat ponsel ternyata sudah pukul 00:00. Matanya benar-benar suntuk, tinggal 3 Watt lagi. Difa memasang alarm pukul 00:30, setidaknya dia bisa memejamkan mata sebentar.

Belum 2 menit, Difa sudah tertidur pulas dengan menenggelamkan kepalanya di kedua tangannya yang disilangkan di atas meja.

Suara pintu terbuka menampilkan wajah Raka. Mata Raka langsung tertuju kepada Difa yang tengah tertidur pulas. Raka berjalan sembari menaruh makanan di meja.

Tangan Raka meraih dokumen yang ternyata sudah diselesaikan semua oleh Difa. Dengkuran halus terdengar di telinga Raka. Raka memilih membuat kopi sembari menunggu Difa bangun. Sebenarnya, sisi kemanusiaan Raka masih ada. Dia tidak tega membangunkannya.

Raka duduk di sofa sembari membuka jas lalu menggulung lengan kemejanya sampai sikut. Raka tidak lepas dengan dokumen dan juga ponsel. Beberapa dokumen yang belum dia tanda tangani bahkan laporan yang belum dia baca, Raka bereskan sekarang. Daripada duduk diam tanpa kerjaan.

Siap Boss!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang