12

4.4K 307 11
                                    


Difa terlelap dalam tidurnya. Semalam dia diantarkan oleh Raka. Malam itu banyak sekali kejadian tak terduga. Termasuk, saat Difa menangis, Raka tiba-tiba memeluknya.

Suara alarm sangat menggangu, Difa lalu mematikannya lalu bangun dengan wajah yang sedikit sembab.

Ternyata masih jam 7 pagi. Dengan kemageran yang tertanam dalam jiwa Difa. Difa memilih untuk memejamkan mata kembali.

Tok tok tok

Belum sempat terpejam 5 detik, ketukan pintu kamar sudar terdengar. Difa tidak mengubrisnya dan lebih memilih untuk bermanja-manja dengan kasur.

"Difa, bangun. Ini udah jam 7" Niken terus menggedor pintu sampai akhirnya Niken masuk ke dalam kamar.

Niken melihat Difa tertidur pulas. Maklum, semalam dia harus kerja lembur dan pulang sekitar jam 02:30 dini hari. Niken duduk di tepi kasur. Lalu tangannya mengelus rambut Difa.

"Maafin Ibu, Fa" ucap Niken.

"Fa, bangun sayang. Kamu nggak ke kantor?"

"Difa libur hari ini, Bu. Difa bangunnya jam 12 aja" jawab Difa tidak sempat membuka mata. Malahan, selimutnya menutupi seluruh tubuhnya.

"Yaudah kalau gitu. Ibu udah siapin makanan di dapur. Ibu mau ke rumah tetangga"

"Ngapain?"

"Nyuci pakaian"

Sontak saja, Difa langsung menyibakkan selimutnya. Menghela nafas berat lalu menatap Niken.

"Bu, ibu di rumah aja. Nanti ibu kecapean. Biar Difa yang kerja yah"

"Kita nggak punya uang, Fa. Kemarin Ibu jual TV" ucapan Niken membuat Difa sedih.

"Uang penghasilan ibu menjahit kemana? Ibu beli buat apa?"

Niken menunduk.

"Bu?"

"Aldrin buat anak tetangga babak belur. Dan ibu harus ganti rugi 500 ribu"

"Apa?! Difa nggak salah denger? Masa Aldrin ngelakuin hal itu? Nggak mungkin lah, Bu. Sekarang Aldrin dimana?"

"Hari ini Aldrin masuk SMP. Dia udah berangkat dari tadi. Ibu minta penjelasan sama dia. Tapi, dia bilang dia nggak ngelakuin hal itu. Malahan, dia di pukul sama anak itu"

Difa merasa murka, dia dengan cepat turun dari kasur dan pergi ke kamar mandi. Ini tidak bisa dibiarkan.

Niken berusaha mencegah Difa. Niken tahu dengan apa yang akan Difa lakukan.

"Bu, siapa nama anak itu?" Tanya Difa sembari mengikat rambutnya.

"Anaknya Pak Selamet" jawab Niken.

Dengan memakai celana pendek dan kaos putih kebesaran. Tidak lupa juga Difa memakai topi hitam untuk memastikan jika mereka tidak mengenalinya.

"Ibu tunggu disini. Tenang aja, uang ibu sebentar lagi kembali" Difa begitu percaya diri.

Dengan langkah gagahnya, Difa berjalan menuju rumah Pak Selamet. Dengan berbagai sumpah serapah keluar dari mulutnya.

"Bisa-bisanya dia buat nama Aldrin tercemar. Pak Selamet, sekarang lo nggak selamet lagi" tandas Difa.

Semua warga yang melihatnya penasaran. Bahkan, saat ada ibu-ibu yang bergosip ria tiba-tiba bubar untuk melihat apa yang dilakukan oleh Difa selanjutnya.

Sampai di depan rumah Pak Selamet. Difa menatap pintu itu. Membenarkan topinya lalu mengetuk pintu.

"Permisi" Difa menirukan suara lembutnya agar tidak diketahui oleh Pak Selamet.

Siap Boss!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang