6. Mission Complete ?

2.5K 263 55
                                    

Halilintar baru saja membuka matanya ketika disuguhi pemandangan seorang bayi mungil yang tengah menghisap jempolnya sendiri.

Bayi itu tampak tenang menatap Halilintar yang baru saja terbangun, tak terlihat tanda-tanda ia akan menangis atau semacamnya.

Melihatnya, Halilintar menghela nafas. Ternyata benar, semua yang dialaminya kemarin bukanlah mimpi.

Huft, padahal sudah sejauh ini, tapi ia masih mengharapkan hal yang tidak mungkin.

Sadarlah, Hali. Kau tidak hidup ditempat aslimu...

Andai Halilintar benar-benar perempuan, ia pasti sudah menangis menghadapi takdir seperti ini.

Bagaimanapun, di tempat ini tidak ada satupun yang mengenalinya sebagai Halilintar, melainkan sebagai Ruby, seorang wanita beranak tiga yang_entahlah. Halilintar tidak tahu apa-apa mengenai Ruby.

Jadi, dalam situasi seperti ini, Halilintar hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri untuk mencari jalan keluar. Tidak akan ada Tok Aba yang memberi nasihat untuknya, tidak akan ada Gempa dan Taufan yang akan menenangkannya saat ia sedang emosi, tidak akan ada tingkah lucu Thorn yang polos dan menggemaskan untuk menghiburnya, tidak akan ada pula Solar yang selalu tidak ingin kalah darinya, atau Ice si pemalas, dan Blaze yang selalu membuat keributan.

Tidak akan. Semuanya harus ia jalani sendirian!

Hhh... Memikirkannya entah kenapa Halilintar kesal sendiri.

'tsk, kalau aku terus mengeluh, semua tidak akan selesai!' Halilintar mengangguk kecil, sepertinya ia memang harus berusaha untuk tegar.

"Nah, anak kecil! Jangan rewel, kau tidak akan minum ASI seharian ini, oke? Jadi terbiasalah dengan susu formula karena aku bukan ibumu!"

Selanjutnya, tanpa peduli pada bayi mungil yang hanya menggerak-gerakkan kakinya ketika Halilintar turun dari tempat tidur, si penghuni tubuh Ruby itu memilih keluar dari kamar yang membuatnya nyaman.

Ia akan sangat sibuk sekarang, dan ia tidak akan punya waktu mengurusi bocah kecil seperti itu!

"Hik_hik_Huweeee......."

Desahan lelah terdengar dari Halilintar ketika mendengar tangisan si bayi, membuat remaja di tubuh orang dewasa itu memijit keningnya.

Mengeraskan hati agar tidak tergerak oleh tangisan menyayat itu, Halilintar melangkah keluar kamar. Beruntung, ia menemukan dua pelayan yang berdiri tepat di depan kamar bayi.

"S-selamat pagi, Nyonya. K-kami... Kami ditugaskan unt_"

"Siapa peduli apa tugas kalian?" Halilintar memotong ucapan salah satunya dengan dingin. "Aku atasan kalian 'kan?"

Keduanya mengangguk hampir bersamaan.

"Nah, karena aku atasan kalian, maka aku berhak untuk memberi perintah apapun pada kalian. Benar?"

Lagi-lagi keduanya mengangguk, membuat Halilintar ikut mengangguk puas.

"Kalau begitu, perintah pertamaku untuk kalian, JANGAN MEMANGGILKU NYONYA LAGI, MENGERTI?!"

"HUWEEE....."

Dua pelayan itu hampir saja melompat saking terkejutnya dengan teriakan sang Nyonya diiringi suara tangisan bayi yang cukup keras. Tapi mereka berhasil menguasai diri, dan lagi-lagi menganggukkan kepalanya.

"Bagus! Beritahukan pada seluruh pelayan disini, untuk tidak memanggilku seperti itu lagi!" Halilintar menyedekapkan tangan di depan dada, tapi segera ia turunkan kembali saat menyadari sesuatu yang disentuhnya tanpa sengaja. Sial! Benda itu lagi!

I'm Girl? OH NOO !!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang