s2c37: Kakak

1.3K 175 64
                                    

'Duk'

"Adeeeh... Pusingnya...." Ochobot memegangi kepala robotnya yang terantuk, mata bersinar birunya menatap tajam pada sebuah meja yang menjadi tersangka utama. Ingin sekali ia menendang meja itu andai dirinya punya kaki, menyuarakan kekesalan yang ada dalam dirinya karena saat ia keluar dari portal teleportasi miliknya malah di sambut meja tak tahu diri.

"Kalau saja di TAPOPS masih ada persediaan kapal angkasa, aku tidak mau menggunakan teleportasi yang menguras tenaga. Huh!" Sembari mengelus kepalanya, robot kuning-hitam itu mengedarkan pandangan ke sekeliling, dan aura di sekelilingnya langsung berubah cerah saat ia mengenali tempat itu.

"Yeiy! Sampai juga!" Melupakan rasa pusing di kepalanya, ia melayang mengelilingi ruangan itu, memastikan jika tempat keberadaannya kini memang benar-benar di tempat yang ia harapkan.

"Ochobot?"

Sebuah suara terdengar, si pemilik nama langsung menoleh menghadap pemanggilnya.

"Atook!" Dengan semangat ia langsung menerjang sang Atok yang baru keluar dari kamar mandi, ia terlampau senang hingga memeluk Tok Aba terlalu kuat. "Saya rindu Atok..."

Sembari menahan tubuhnya agar tidak jatuh karena terjangan Ochobot, Tok Aba mengelus tubuh robot itu dengan sayang, "Atok pun rindu bantuan Ochobot di kedai Atok."

Si robot merengut secara imajiner, melepaskan pelukan sang Atok dan melipat tangan. "Hanya rindu bantuan saya 'kah?"

"Hahaha... Tidak! Tentu saja Atok rindu Ochobotnya!" Ia kembali menarik robot milik cucunya penuh kelembutan. Kapan terakhir kali ia bertemu Ochobot ya? Entahlah, semenjak cucu-cucunya memiliki pangkat tinggi di TAPOPS, hanya Gempa lah yang sering pulang ke rumah. Itu pun satu atau dua tahun sekali, dan Gempa tidak pernah datang membawa Ochobot. "Bagaimana keadaanmu? Lalu Blaze? Thorn? Ice? Kalian sehat 'kan?"

Kedua kalinya Ochobot melepaskan pelukan, ia melayang ke sisi Tok Aba dan membantu kakek tua itu yang ternyata sudah menggunakan tongkat untuk sekedar berjalan. Ah, kakek itu benar-benar sudah tua.

"Baik, Tok. Blaze sedang mengambil alih TAPOPS karena yang lainnya sibuk, Kapten Kaizo dan Thorn bertugas di lab khusus mereka, lalu Ice, dia bersama Fang pergi ke Dhargha'ya!"

Tok Aba mengangguk, tangan kanannya yang tidak di tuntun Ochobot menggapai tempat tidurnya dan mendudukkan diri di sana. "Lalu, apa yang Ochobot lakukan di sini? Menyusul Gempa?"

Ochobot menggeleng, tapi setelahnya ia malah mengangguk membuat Tok Aba bingung. "Saya memang sudah berniat datang ke sini dari awal, Tok. Tapi Blaze selalu melarang saya. Untungnya Gempa menghubungi Blaze dan meminta saya untuk datang, jadi, saya datang karena Gempa dan karena tujuan saya sendiri!"

"Tujuan? Apa itu?"

"Mm..." Ochobot terlihat bimbang, ia mengedarkan pandangan ke sekeliling entah untuk apa. "Atok... Percaya pada saya?"

Kening tua kakek itu semakin mengeriput mendengar ucapan robot yang sering membantunya di kedai dulu. Apa maksudnya itu? "Tentu saja Atok percaya, kenapa bertanya lagi?"

"Masalahnya Tok, ini... Um... Berhubungan dengan Halilintar..." Suara robot itu semakin mengecil di akhir, seolah berharap hanya ia dan sang Atok lah yang mendengar suaranya padahal memang begitu, bukan?

"Huh?" Tok Aba masih bingung, "ada apa dengan_"

"Saya tahu Atok tidak akan percaya, tapi, seluruh anggota Lab khusus dibentuk karena memang kami semua percaya, kalau Halilintar masih hidup. Untuk itulah kami mencari informasi tentangnya, bahkan Ice sampai harus ke Dhargha'ya untuk bertanya pada Laksamana tentang Power Sphera yang ditemukan di reruntuhan TAPOPS, menduga jika Power Sphera asing itu memang bisa menjadi jawaban dari keberadaan Hali!" Ochobot memotong ucapan Tok Aba, ia berpikir mungkin sang Atok tidak akan percaya, jadi ia harus menjelaskannya sejelas mungkin. "Beberapa hari ini saya merasa energi saya sering berkurang tanpa alasan yang jelas, tapi saya yakin ini juga ada hubungannya dengan Hali, karena_"

I'm Girl? OH NOO !!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang