s2c30: Negosiasi

1.1K 170 56
                                    

Waktu hampir menunjukkan pukul tujuh tepat ketika Halilintar sampai ditempat yang dituju. Bukan bangunan sekolah_karena memang Halilintar tidak ingin berangkat ke sekolah terlalu awal_ melainkan bangunan lain bertingkat dengan dominasi warna putih, bangunan yang menjadi alasan kenapa ia tidak ingin di antar Papanya.

Melangkahkan kakinya untuk memasuki pintu utama bangunan itu, Halilintar terhenti ketika ia melihat seseorang yang baru saja keluar dari dalam mobil.

Menyadari jika orang itu adalah yang dicari, ia segera mengurungkan niatnya untuk memasuki bangunan yang tak lain adalah Rumah Sakit, dan berbalik arah menghampiri seorang gadis dewasa berkacamata.

"Dokter Sheila?"

Yang dipanggil segera menoleh, matanya sedikit membola terkejut ketika menyadari siapa yang baru saja memanggil namanya. "A-ah? Ruby? Ada apa? Tak biasanya kau mendatangiku di hari Rabu?"

"Ada yang ingin kubicarakan, kau ada waktu?" To the point, Halilintar mulai kembali pada sifat aslinya tanpa perlu repot memikirkan penyamarannya untuk berpura-pura sebagai Ruby. Ia bahkan tak segan menunjukkan ekspresi datarnya dihadapan sang dokter_ yang katanya_ pribadi Ruby.

"Hm?" Dokter itu mencubit dagunya sembari berpikir, tapi kemudian ia menghela nafas dan mengangguk. "Ingin bicara dimana? Cafe?"

Halilintar menggeleng, wajahnya tak menunjukkan satupun ekspresi hingga Sheila bingung apa yang tengah dipikirkan gadis muda ini. "Tempat yang sepi!"

Sheila diam sejenak, "mobilku, mungkin?"

Kali ini anggukan yang menjadi jawaban, membuat Sheila ikut mengangguk dan membuka pintu mobil bagian kemudi lalu memasukinya. "Masuklah!"

Tanpa perintah dua kali Halilintar berjalan kesisi mobil yang lain, lalu membuka pintu mobil dan masuk.

"Jadi? Ada apa?" Dokter Sheila menoleh pada Halilintar yang masih diam, merasa penasaran kenapa orang ini mengajaknya bicara.

"Kau tahu siapa aku" tanpa menatap lawan bicara, Halilintar bersuara masih dengan nada khasnya. Itu cukup membuat Sheila mengernyit bingung, karena ia tidak tahu apa itu pertanyaan atau pernyataan.

"Um... Tentu?" Tapi dokter muda berkacamata itu memutuskan mengangguk meski ragu, "Kau adalah Ruby Thun_"

"Kau tahu siapa aku!" Kali ini nada suara Halilintar terdengar tegas, seakan ia tengah menginterogasi seseorang dengan tatapan tajam dan wajah datar yang sama sekali tidak cocok dengan penampilan manis gadis itu. Kalimatnya bukan pertanyaan, itu jelas!

"Kau pasien pribad_"

"Aku tahu kau paham maksudku, Nona!" Kali ini Halilintar terang-terangan menunjukkan wajah kesalnya. Ia menoleh pada sang dokter muda dengan kedua alis menukik tajam. Jengah, tentu saja.

Andai ia tidak ingat statusnya sebagai seorang pria, tentu ia sudah berteriak keras dihadapan dokter muda ini yang masih berpura-pura tidak mengerti.

Dokter Sheila diam sejenak, menatap Halilintar yang masih menyorotkan tatapan tajam, kemudian menghela nafas. Sepertinya ia mengerti kemana arah pembicaraan ini, "Ya, aku tahu!"

"Apa yang kau tahu?"

"Kau bukan Ruby!" Pada akhirnya, Dokter Sheila yakin itulah yang ingin didengar lawan bicaranya. Melihat bagaimana tadi Ruby tak segan menunjukkan sifat aslinya_tidak lagi berpura-pura seperti kemarin, membuat Sheila yakin Ruby yang ini pasti sudah menduga jika ia memang tahu kebenarannya.

I'm Girl? OH NOO !!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang