s2c41: Kisah Masa Lalu (3)

903 159 50
                                    

"Saya tidak bisa memberi saran yang lebih baik, tetapi, pikirkan lagi dengan matang. Apa jalan seperti ini yang akan Anda ambil?"

Seorang wanita menundukkan kepalanya, ia terdiam tanpa sanggup mengucap sepatah katapun. Melihat hal itu, si pembicara pertama menghela nafas pelan. "Saya mengerti Anda pun sangat terguncang karena hal ini, tetapi ___"

"Biarkan saja!" Wanita itu mendongak setelah memotong ucapan seorang pria di sampingnya, sorot mata yang terlihat darinya begitu dipenuhi tekad yang kuat, "biarkan saja semuanya berjalan dengan alur yang berbeda. Saya tidak ingin kembali, dan mungkin, ini adalah hukuman untuk saya karena tidak bisa menjaga mereka dengan baik!"

"Ini bukan salah Anda!" Si pria menggeleng panik, ia tak suka melihat seseorang menghukum dirinya sendiri atas kesalahan yang bahkan tidak sepenuhnya dikehendakinya, "semua telah menjadi bagian dari takdir. Anda tidak bisa menyalahkan diri Anda sendiri karena Anda pun korban dari semua ini!"

"Tetapi saya bisa melakukan yang lebih baik dari ini!" Sorot mata wanita itu tampak begitu tajam, tetapi si pria dapat melihat adanya luka di dalam tatapan matanya, "saya bisa menyelamatkan mereka seandainya saya berjuang lebih keras lagi ___"

"Dan menghancurkan tubuh Anda sendiri?" Kali ini, si pria lah yang memotong ucapan sang wanita, "Anda sendiri tahu saat itu tubuh Anda telah mencapai batasnya, bahkan jika Anda memaksakan diri, bukan hanya Anda tidak bisa menyelamatkan mereka, tetapi Anda pun tidak akan bisa menyelamatkan diri Anda sendiri!"

"Tapi ___" wanita itu menghentikan ucapannya, ia meremas rambutnya yang memang sudah berantakan sejak awal, kalimat penyangkalan yang akan ia lontarkan hanya sampai di tenggorokan, saat ia tidak tahu apa yang lebih baik untuk di lakukan dalam keadaan seperti ini.

Melihat bagaimana frustasinya sosok di hadapannya, si pria dengan seragam dokter itu mengulas senyum yang menenangkan, diusapnya pundak si wanita dengan lembut seakan berusaha memberi ketenangan, "saya tidak pernah ada di posisi Anda, tetapi saya pernah kehilangan pasangan dan itu adalah hal yang sangat menyakitkan hingga rasanya saya ingin mati saat itu juga. Jadi, kapanpun Anda berubah pikiran dan ingin kembali pada pasangan Anda, bicaralah pada saya dan akan saya usahakan untuk membantu yang terbaik".

Tetapi, pada akhirnya, keputusan si wanita tidak pernah berubah. Bahkan hingga si pria dokter itu meregang nyawa, sang wanita tetap ada pada pendiriannya yang didasari oleh perasaan bersalah, takut, dan juga ... keegoisan!

"Saya tidak lagi sempurna, Thundy ... Tidak sejak saat itu dan selamanya. Bukan hanya tidak bisa menjaga mereka dengan baik, saya bahkan telah kehilangan apa yang menjadi kebanggaan seorang perempuan. Dan itulah alasan kuat, kenapa saya tidak pernah berani untuk kembali .... "

Thunder tertegun mendengar kalimat per kalimat yang diucapkan wanita di depannya. Ia tak sadar jika kedua matanya telah mengalirkan liquid bening sejak si wanita bercerita tentang masa lalunya. Tanpa menunggu perintah otak, sang Tuan Thunderstorm segera beringsut mendekat dan merengkuh sang wanita ke dalam pelukannya.

"Berhentilah ... Berhentilah ..." Ia berbisik lirih, pipinya diusapkan ke kepala bersurai hitam milik wanita berjas putih yang kini ada di pelukannya, "berhentilah membiarkanku hancur dalam permainan takdir ini sendirian ... Kumohon, aku tidak pernah menuntut kesempurnaan darimu, aku tidak pernah mengharapkan kau menjadi wanita yang sempurna ... Aku ... hanya ingin kau selalu ada di sisiku, Stormy ...."

I'm Girl? OH NOO !!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang