s2c35: Dilema

1K 165 139
                                    

Warning : karena ini sudah hampir mencapai klimaks, saya akan kasih bocoran untuk para reader. Disini, Halilintar dan Ruby tidak bertukar tubuh, mereka ada di tubuh masing-masing dan tetap seperti itu. Ada alasan lain kenapa Halilintar menjadi perempuan, dan alasannya akan terjawab di beberapa chapter ke depan!

Bisa dibilang ini genderbend? Bagi kalian yang tidak suka perubahan ini, tidak apa-apa! Transgender itu dilarang karena melanggar takdir, dan saya tidak meminta kalian untuk menyukainya! Ini hanya sekedar hiburan, oke? Sebuah kemustahilan akan tampak di dunia fiksi.

Tapi, kedepannya, kalian bisa memberi saran untuk kelanjutan ceritanya. Apa Halilintar akan tetap menjadi perempuan? Atau kembali menjadi laki-laki? Sampaikan saja jawaban kalian disertai alasannya, Saya akan memilih dari yang terbanyak untuk dijadikan ending cerita.

Oke, selamat membaca...

.
.
.
.
.
.
.

Takdir bukanlah sesuatu yang bisa di prediksi, terkadang selalu ada kejutan yang menyertai setiap langkah kehidupan. Entah itu baik atau buruk, semua menjadi rahasia Tuhan dalam memainkan takdirNya.

Seperti halnya yang ia alami saat ini.

Halilintar tidak pernah menyangka hidupnya akan seperti ini. Entah apa yang telah ia lakukan, hingga takdir senang sekali mempermainkannya.

Sekarang, setelah semua ini mengacu pada satu kesimpulan, apa yang akan terjadi kedepannya?

Halilintar bukan orang bodoh! Hanya mendengar penjelasan dari Sheila saja ia sudah tahu, jika tubuh yang kini ia diami bukanlah milik Ruby, melainkan....

'Ini milikku!'

Ia menunduk, menatap telapak tangannya yang jauh lebih kecil dari yang ia ingat. Jemari tangannya terlihat ramping, tidak seperti ketika ia menjadi laki-laki, dimana ia memiliki jemari tangan yang panjang dan terlihat kekar. Belum lagi ukuran tangannya secara keseluruhan, atau warna kulitnya yang jauh lebih putih dan lembut.

Melihat keadaannya saat ini, ingin sekali Halilintar mengamuk dan menghancurkan apa yang ada.

Bagaimanapun, ini tidak bisa diterima begitu saja oleh dirinya, pikiran dan hatinya menyangkal hal ini dengan keras.

Ia berusaha terima jika dirinya terjebak di tubuh perempuan, dan berusaha menikmatinya sampai waktu dimana_mungkin_ ia bisa kembali ke tubuh aslinya sendiri. Tetapi, mendapat kenyataan jika tubuh aslinya adalah ini, Halilintar tak tahu lagi apa yang harus ia lakukan.

Ia laki-laki, sejak awal dirinya memang seorang laki-laki. Lalu, kenapa ia bisa berubah menjadi perempuan dan menggantikan posisi Ruby?

Apa yang terjadi dengan Ruby? Dimana dia?

Halilintar menggeleng, mengenyahkan pikiran tentang Ruby terlebih dahulu. Ia menaikkan kaki di atas sofa yang di dudukinya, lalu memeluk lutut sembari menempelkan dagu di atasnya. Beruntungnya ia memakai celana sebatas paha, hingga tidak perlu mengkhawatirkan posisi duduknya ketika ia masih mengenakan seragam sekolah.

Tatapan mata remaja itu menerawang jauh, memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa disalahkan atas situasi ini.

Pantas saja ia tidak punya ingatan tentang Ruby, karena ia memang tidak pernah bertukar tubuh dengan adik satu ayahnya itu. Ia menggantikan posisi Ruby, merampas kehidupan sang adik tanpa dirinya ketahui.

Apa yang akan Papanya lakukan jika mengetahui hal ini? Apakah Papanya akan membencinya_ah tidak, sejak dulu sang Papa memang sudah membencinya.

Dihantui pikiran seperti itu, Halilintar menenggelamkan wajahnya diantara lutut yang ditekuk, meringis saat kepalanya terasa sakit ketika ia memaksa berpikir.

I'm Girl? OH NOO !!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang