s2c45: Anting-anting Kuasa

956 154 23
                                    

Semua terjadi begitu cepat, bahkan sebelum dapat memahami situasi, Halilintar menemukan dirinya terlempar jauh membentur bebatuan gua dengan kuat.

Netra merahnya terbelalak, sebelum kemudian disipitkan saat rasa panas dan perih menyapa punggungnya. Tangan terbalut kulit putih itu bergerak menyentuh kepala, menyadari sesuatu mengalir merembes dari kain yang membelit kepalanya.

"Kak Hali?!" sang adik mendekat dengan panik, ia ikut menyentuh kepala sang kakak dengan cemas, "balutannya berdarah, luka kakak terbuka lagi!"

Halilintar tak membalas, netra rubynya yang semula hilang fokus berusaha ia tajamkan, menatap jauh pada sosok tersangka yang baru saja menghempaskan dirinya tanpa tedeng aling-aling, "apa masalahmu, Laksamana?"

Yang ditanyai mengangkat dagu angkuh, tangan besarnya terangkat menunjukkan sebuah benda kecil dengan bangga, "aku menginginkan ini!"

"Brengsek! Jadi kau penghianatnya?" Thorn memekik saat melihat benda dalam genggaman Laksamana, sebuah anting, dan itu adalah milik Halilintar. Sekarang ia tidak perlu mendengar penjelasan dari siapapun lagi, melihat bagaimana kakaknya dihempaskan begitu saja sudah cukup membuatnya paham siapa yang menjadi musuh di sini.

"Tentu saja! Aku telah menunggu 20 tahun lamanya hanya untuk menemukan pemilik kuasa teleportasi, jadi, kenapa aku harus mengulur waktu dalam drama kekanakan kalian saat apa yang kuinginkan sudah ada di depan mata?" Sang Laksamana menaikkan sebelah alisnya, ekspresi di wajah alien itu tampak puas mendapati apa yang telah digenggamnya. Semula ia masih ingin bermain-main dan mengambil benda itu dengan perlahan, tetapi setelah kedatangan Fang, ia tidak memiliki pilihan selain menggunakan cara kasar.

Lagipula, sejak dulu ia menyukai cara kasar, bukan?

"Kuasa teleportasi?" Halilintar membeo, tunggu! Sejak kapan ia punya --ah iya, bukankah akhir-akhir ini dirinya bisa berpindah tempat seketika? Apa yang dimaksud teleportasi adalah perpindahan itu?

"Apa maksudmu? Kak Hali pengendali petir, kenapa--"

"Itulah yang menjadi kebodohan kalian! Heh, aku tidak perlu menjelaskan banyak hal pada kalian karena kalian akan mati di sini! Jadi, lenyaplah dengan ketidakmengertian kalian itu!"

Bersamaan dengan ucapan itu, Halilintar dan Thorn hanya sanggup membelalakkan mata saat bebatuan di dalam gua beterbangan siap menerjang mereka. Hampir saja tubuh keduanya remuk tertimpa bebatuan, sebelum sebuah pelindung bayang menyelimuti mereka dalam bayangan gelap yang sangat familiar.

"Fang?"

"Bukankah aku sudah bilang? Dia bukan Laksamana, dan dia tidak akan main-main dalam menghabisi seseorang!" sang pengendali bayang memutar matanya jengah, ia mendekati kedua elemental kemudian menarik Halilintar untuk berdiri, "kuharap kemampuanmu masih sama walaupun kau sudah berubah. Masih bisa bertarung?"

Halilintar mendengus, ia menyempatkan diri meraup wajah Fang dengan cakaran tangannya saat alien ungu itu menatapnya dari atas ke bawah berulang kali, "aku tidak yakin, jam tanganku lenyap setelah perubahan ini!"

"Sebenarnya bukan lenyap, tapi anting-anting itulah jam kuasamu!" Fang mendesah pasrah, ia masih berusaha mempertahankan kuasa bayangnya saat benturan dari luar terjadi terus-menerus, sepertinya Laksamana duplikat itu masih bernafsu mengubur mereka di dalam bebatuan, "si sialan itu ..."

"Lakukan sesuatu, kita harus melarikan diri dari sini!" Thorn ikut bersuara, ia belum tahu seberapa kuatnya Laksamana, jadi melawannya di saat seperti ini tidaklah memungkinkan. Ayolah, mereka tidak mungkin melawan Laksamana yang sosoknya lebih kuat berkali-kali lipat dari mereka 'kan? Tetapi, bertahan pun bukan menjadi alternatif terbaik karena Fang tentu memiliki batasan pertahanan.

I'm Girl? OH NOO !!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang