s2c25: Masa Lalu

1.4K 209 114
                                    

"Ayah! Ayah! Lihat ini!"

Amato yang saat itu tengah mengepak barang-barangnya dibuat berbalik untuk menatap putra sulungnya, dan ia tertegun ketika menyadari apa yang tengah dipegang sang putra.

"Ini siapa, Ayah? Kenapa matanya seperti milikku? Kalaupun ini kakek, pasti yang disampingnya itu nenek 'kan? Ah, tapi itu tidak mungkin, bukannya ayah bilang nenek memiliki mata merah sepertiku?"

Untuk sejenak Amato terdiam, pandangannya menyiratkan penyesalan. Harusnya ia memeriksa seluruh bagian rumahnya dan membakar foto-foto 'mereka'. Andai ia lebih berhati-hati.

"Ayah? Ayah melamun ya?" Saat Halilintar kecil mendekat dan menyentuh lengannya dengan pelan, barulah Amato mengerjap. Ia tak langsung menjawab, melainkan beralih menatap Lighty yang baru saja muncul dengan membawa dua koper besar. Wanita itu tampak tersenyum miris, kemudian mengangguk seakan tak ada pilihan lain.

Senyuman miris sang istri tersampaikan untuk Amato, karena detik berikutnya pria itu pun melakukan hal yang sama. Harusnya, Amato tahu, anak yang tengah menatap penasaran pada dirinya itu jauh lebih pintar daripada usianya, hingga kejanggalan sekecil apapun akan selalu disadari sang anak.

"Ayah? Ish, ayah melamun lagi?"

Kali ini fokus Amato kembali pada sang putra. Diangkatnya tubuh mungil putranya yang meski telah berusia 6 tahun, tapi masih tampak ringan seperti pertama kali ia menggendong putranya. Ah, itu sudah satu tahun yang lalu. "Apa yang ingin Hali tanyakan?"

Halilintar kecil menyodorkan sebuah foto kehadapan wajah sang ayah. "Hali menemukan ini di gudang belakang, waktu Hali mencari mainan yang kata ayah ada disana.." ia tersenyum ceria, "jadi, Ayah, siapa dua orang ini?"

Sekali lagi Amato memandang foto yang disodorkan sang putra, menampilkan seorang pria yang tengah menggandeng seorang wanita. Keduanya tersenyum menatap kamera, dengan tangan si pria yang merangkul sang wanita, dan tangan wanita itu sendiri mengelus perut buncitnya. "Apa Hali ingin tahu?"

Spontan anak itu mengangguk, ia memang tidak bisa menahan rasa penasarannya. "Tentu saja!"

Dibelakang keduanya, Lighty memalingkan wajah. Ia memilih membawa kopernya menuju mobil mereka yang terparkir di halaman, meninggalkan dua sosok kesayangannya diiringi helaan nafas lelah.

"Memangnya kenapa Hali ingin tahu? Bisa saja dua orang itu tidak penting untuk Hali, 'kan?" Amato masih berharap putranya tidak bersikeras untuk mencaritahu, karena jujur, ia masih belum ingin melepas putra kecilnya.

"Tapi mata orang ini mirip dengan Hali, Ayah. Lihat? Wajahnya pun sama seperti Hali. Pasti kalau Hali sudah besar, Hali hampir mirip dengannya 'kan?"

Amato memejamkan mata guna mengatur emosinya. Tak ia sangka apa yang disembunyikannya selama satu tahun ini ternyata terbongkar hanya karena sebuah foto usang. "Akan Ayah beritahu, tapi Hali janji ya tidak akan sedih?"

Tanpa memikirkan apapun, Halilintar kecil hanya mengangguk. Mata rubynya menatap senang pada sang ayah karena akhirnya rasa penasarannya terjawab.

Tanpa ia sadari, pemuasan dari rasa penasaran itulah yang kemudian akan mengenalkan Halilintar akan rasa sakit dan penyesalan...

I'm Girl? OH NOO !!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang