s2c24: Tidak Perlu Mama Baru

1.3K 205 54
                                    

'Mungkin... Tak ada salahnya aku mempercayai Mama untuk saat ini'

'sepertinya Mama mulai berubah...'

'Aku berharap Mama tetap sebaik ini...'
.
.
.

Petir menyesal.

Sungguh ia sangat menyesal ketika ingat beberapa waktu lalu dirinya sempat berpikir untuk mempercayai ibu tirinya. Harusnya Petir tahu, Ibu tirinya memang tidak pernah bersikap baik padanya, selalu menjengkelkan, dan membuatnya benci dengan sikap jelek wanita itu.

Dimanapun wanita itu berada, Petir harusnya tidak perlu berdekatan dengannya. Wanita itu, sang ibu tiri yang paling dihindari Petir, penyebab dirinya keluar dari rumah sang Papa dan tinggal dengan Pamannya, yang memisahkannya dari sang adik, dan yang membuat adiknya terbaring tak berdaya di rumah sakit.

Apalagi alasan yang menguatkan Petir untuk membenci wanita itu?

Ah, iya. Wanita itu juga yang telah mengambil Papa dari dirinya dan sang adik. Yang membuat Papa lebih memilih wanita itu daripada anak-anaknya sendiri.

Sudah cukup?

Tentu saja tidak, karena ucapan-ucapan kasar ibu tirinya ketika bertemu mereka menjadi tambahan untuk melengkapi daftar alasan kenapa Petir harus membenci wanita itu.

Seakan semua itu belum selesai, kini, setelah Petir mulai terbuka pada ibu tirinya, dengan mudahnya wanita yang hanya terpaut jarak 11 tahun dengannya itu membuat masalah baru.

Ya, masalah baru!

"Sekarang kita harus apa?" Petir berbisik pada sang 'mama' diiringi tatapan tajam, membuat wanita yang duduk disampingnya itu mengusap tengkuknya sembari mempertahankan wajah datarnya.

"Nikmati saja dulu makanmu!" Sang mama menjawab sedatar wajahnya, membuat Petir mati-matian menahan diri untuk tidak berteriak dihadapannya. Ia benar-benar muak dengan sikap tenang sang mama, hingga makanan yang tersaji dihadapannya pun tidak ia pedulikan.

"Tapi kau tidak bawa uaaang..." Geraman terdengar disela gigi si sulung, jelas tampak menahan diri.

Inilah yang menjadi alasan kekesalan Petir untuk ibu tirinya.

Bagaimana bisa wanita itu mengajaknya makan siang di sebuah restoran saat ia sama sekali tidak membawa uang? Dan parahnya lagi, dia masih melanjutkan makannya disaat daftar tagihan sudah ada di depan meja?

Oh ya ampun! Petir tahu ibu tirinya ini menjengkelkan, tapi ia baru tahu jika wanita ini juga bermuka tebal. 'Pantas saja nenek sihir ini tidak malu berkeliaran dengan memakai baju pasien, tsk!'

Memang, setelah keluar dari taman bermain itu, Petir baru menyadari apa yang dipakai sang Mama. Alhasil, dengan alasan tidak ingin dirinya malu berjalan dengan seorang pesakitan, Petir akhirnya memberikan Ruby jaket yang selalu dibawanya ke sekolah_ beruntung tubuh Ruby yang cukup mungil sekalipun telah melahirkan seorang anak masih muat memakai jaket kebesaran milik Petir. Tapi tetap saja, jaket itu tidak benar-benar bisa menutupi baju pasien yang masih dikenakan Halilintar.

"Kenapa? Bukankah aku sudah bilang sebelumnya kalau aku tidak membawa apa-apa?" Halilintar menaikkan alisnya tanpa sedikitpun menatap Petir, ia masih sibuk memasukkan makanan bagiannya kedalam mulut. Terlalu banyak berpikir akhir-akhir ini membuat Halilintar mudah lapar, jadi ia tidak ingin memikirkan apapun ketika makanan sudah ada dihadapannya.

I'm Girl? OH NOO !!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang