s2c27: Bersama Papa

1.1K 184 17
                                    

"Sudah merasa lebih baik, Papa?" Halilintar mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu sembari meletakkan secangkir cokelat panas untuk sang Papa, berharap minuman hangat itu akan membantu meningkatkan suhu tubuh pria kesayangannya ini.

"Jauh lebih baik karenamu" senyuman lebar tampak diwajah tua Thunder, membuat Halilintar menggelengkan kepala mengingat apa yang dilakukan pria ini beberapa saat yang lalu.

"Papa ceroboh sekali, hujan-hujanan seperti anak kecil, bagaimana kalau sakit?" Halilintar menggerutu tanpa sadar_sama sekali bukan dirinya yang biasa_ mengingat bagaimana keadaan Papanya ketika pertama kali memasuki mansion.

Thunder meringis, tiba-tiba merasa malu sendiri dengan tindakan sembrononya itu, "Papa hanya khawatir padamu, Papa kira kau diculik dari Rumah Sakit..."

Halilintar menegang mendengar kata Rumah Sakit. Ya ampun, ia bahkan lupa kalau sebelumnya dirinya di rawat di Rumah Sakit dan sedang ditunggui oleh...

'Glek!'

"Apa... Solar tahu?" Meneguk ludah gugup, Halilintar berharap Papanya tidak memberi jawaban yang_

"Tentu saja, dia yang mengabari Papa pertama kali!"

_merepotkan!

'Sial!' Halilintar mendesis tertahan, merutuki kebodohannya yang bertindak tanpa berpikir lebih dulu. Bagaimana ia bisa melupakan hal penting seperti ini?

Menggunakan kekuatan Ruby untuk menghilang ketika dirinya masuk kamar mandi dengan Solar yang menunggu? Yang benar saja! Itu jelas akan menumbuhkan kecurigaan Solar akan dirinya.

"Memangnya kamu kemana saja, sayang? Kenapa Solar sampai tidak tahu kamu keluar?"

Pertanyaan Thunder mengembalikan fokus Halilintar, ia menatap sang Papa kemudian tersenyum dipaksakan. "Aku bosan disana, jadi saat Solar lengah, aku pergi dan langsung pulang ke rumah. Maaf, Pa, aku membuat Papa khawatir..."

Thunder menganggukkan kepalanya diiringi senyuman yang sama seperti sebelumnya. "Papa senang kamu baik-baik saja, itu sudah cukup!"

Helaan nafas panjang dilakukan Halilintar setelahnya. Ia tahu Thunder tidak akan mempermasalahkan semua yang dilakukan Ruby, apapun itu dan akan selalu mempercayainya. Membohongi_untuk saat ini_ Thunder bukanlah masalah, tapi apa yang harus Halilintar lakukan untuk membohongi Solar?

Pria itu jelas menunggunya di ruang rawat, dan mungkin sangat tahu jika Halilintar tidak pernah keluar kamar mandi hingga Solar mungkin memeriksanya dan menemukan jika ia menghilang.

Nah, inilah bagian tersulitnya. Apa yang Halilintar katakan nanti saat Solar menanyakan bagaimana ia bisa menghilang? Apa ia harus berkilah dengan mengatakan jika dirinya kabur melalui atap kamar mandi? Mustahil! Kamar mandi rumah sakit itu bahkan memiliki atap yang tertutup, bagaimana ia bisa melewatinya?

"Kau melamun, sayang?" Thunder menatap khawatir putrinya, tangan besarnya yang semula menggenggam cangkir beralih pada kedua tangan Halilintar setelah meletakkan cangkir itu di atas meja.

Hal itu membuat Halilintar mengerjap, lalu menatap Sang Papa yang menampilkan raut cemas.

"Apa ada masalah?"

Halilintar diam sejenak, kemudian tersenyum kecil dan menggeleng. Kekhawatiran Papanya adalah hal yang masih terasa asing baginya, hingga kadang Halilintar merasa tak percaya bahwa kini ia ada dihadapan Thunder, pria yang saat kecil hanya bisa dilihatnya dari jauh.

"Mungkin... Aku hanya lelah..."

Pria tua bermata merah itu jelas semakin cemas, ia mendekatkan dirinya pada putrinya kemudian mengeratkan genggaman tangan. "Kau harus banyak istirahat, Ruby. Lihat! Wajahmu bahkan tampak pucat. Papa antar ke kamar ya?"

I'm Girl? OH NOO !!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang