19. Kenapa?

1.4K 210 108
                                    

Keringat dingin terus menetes, menjadi pembuktian akan rasa takut yang coba dipendamnya dalam waktu yang cukup lama. Sepasang matanya mengerling liar, mencoba mencari pelarian yang mungkin bisa menyelamatkannya dalam bahaya.

Meski begitu ia tahu, tak ada yang bisa dilakukannya kali ini untuk menyelamatkan diri.

Mengeluarkan kuasa?

Jangan berharap, karena semua itu hanya sia-sia jika pada akhirnya nanti ia akan pingsan kelelahan dan berakhir tanpa pertahanan. Bagaimana jika ketika ia pingsan makhluk lain datang dan menerkamnya?

Sementara ia terus berpikir, gurita raksasa yang diketahui dapat menyerap kehidupan siapapun yang diserangnya kini merayap semakin dekat. Hamparan es yang semula membekukan pohon-pohon hidup tidak menjadi penghalangnya, karena sekalipun permukaannya licin, tapi ia sanggup merayap dengan perlahan,_ dan itulah yang semakin menakuti pemuda 30 tahun yang kini hanya sanggup terduduk.

Ayolah, apa ia akan berakhir disini hanya karena kenekatannya? Yang benar saja, misinya bahkan baru dimulai dan ia sudah dihampiri kematian?

Memikirkan hal itu, pemuda yang tak lain adalah sang elemental kelima hanya bisa tersenyum miris. Harusnya ia menyetujui saran Blaze untuk membawa setidaknya satu power sphera saja. Ochobot, mungkin?

Tapi mau bagaimana lagi? Semula Ice terlalu yakin untuk bisa sampai kesana tanpa bantuan siapapun hanya karena selama 20 tahun terakhir ia habiskan untuk berlatih dan berlatih. Ternyata, pelatihannya hanya berakhir sampai disini, eh? Sayang sekali..

'Grrr...'

Iris biru muda milik Ice mengerjap ketika mendengar suara geraman. Ia menelengkan kepala, baru kali ini ia mendengar gurita bersuara. Kenapa suaranya mirip sekali dengan suara singa?

'Grrr...'

Geraman kembali terdengar, membuat Ice mulai menyadari jika suara itu tidak datang dari gurita yang ada di depannya. Melainkan...

'oh tidak...' Ice berseru lemas ketika melihat satu hewan lain berada di belakangnya. Hewan apa lagi yang suka menggeram selain si singa?

Oh iya, ada harimau dan beruang juga bisa. Tapi tetap saja dibelakangnya ini adalah seekor singa. Eh? Singa?

Merasa tak memiliki harapan, Ice menggeleng pelan. Ia sudah bisa membayangkan bagaimana tubuhnya akan dibagi dua oleh dua makhluk ini. Entah mereka akan membaginya sama rata atau saling bertarung dulu sebelum menyantapnya, yang jelas satu kesimpulan dari itu semua, Ice tahu ia tidak akan__

"Jari... Bayang!"

__ mati disini.

"Ha, katakan terima kasih untuk penolongmu saat ini!"

Dalam tiga detik terakhir, pandangan mata Ice yang bergulir antara singa dan gurita darat kini tergantikan dengan sosok pemuda berkacamata yang menatapnya dengan senyum sombong, sebelah tangan bersindekap dan sebelahnya lagi membetulkan letak kacamatanya dengan gaya sok keren_ membuat Ice mati-matian menahan diri untuk tidak menendang sosok itu dan menjadikannya santapan dua makhluk dibawah mereka.

Dibawah?

Yeah, bagaimanapun Ice harus mengakui jika sosok ini juga yang membantunya lepas dari kematian, dengan membawanya ikut terbang bersama elang bayang yang dikendalikan sahabatnya ini.

"Hey! Aku menunggu ucapan terima kasihmu, tahu!" Sang sahabat menggerutu, merasa Ice tidak punya rasa terima kasih sedikitpun.

"Iya iya, terima kasih untukmu, Fang. Kau hampir telat menolongku!" Balas Ice dengan senyuman lega. Ya, setidaknya ia tidak akan mati saat ini.

I'm Girl? OH NOO !!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang