10. Permintaan Ruby

2K 252 84
                                    

Chevrolet berwarna biru laut melaju membelah jalan, terlihat anggun diantara roda empat lainnya yang menggunakan jalur yang sama.

Di depan kemudi, Thunder bergerak dengan gelisah. Berkali-kali ia melirik putri kesayangannya yang duduk di sampingnya, seperti ingin mengucapkan beberapa kata tapi akhirnya tertahan di tenggorokan.

Sungguh, Thunder benar-benar merasa tidak nyaman dengan apa yang sedang terjadi.

Sejak acara makan siang tadi, Ruby tampak pucat, pandangan di manik merahnya bahkan sangat kosong hingga Thunder tidak bisa menebak isi pikiran putrinya.

Belum lagi sifat Ruby yang mendadak jadi pendiam.

Bahkan ketika Thunder menyarankan untuk memakai mobilnya menuju tempat yang sudah ia janjikan sebelumnya, putrinya hanya menurut. Padahal biasanya, Ruby selalu menolak karena ingin satu mobil dengan Solar.

Setiap kali Thunder akan mengajak putrinya itu ke suatu tempat, ia tahu Ruby tidak pernah ingin jauh dari Solar. Dan ia paham, putrinya lebih menginginkan Solar daripada dirinya.

Asal putrinya senang, Thunder sebagai seorang ayah akan ikut merasa senang.

Tapi sekarang, Ruby bahkan meminta agar Solar tidak perlu ikut, dengan alasan ingin menghabiskan waktu bersama sang Papa.

Dan inilah yang dimaksud Ruby dengan menghabiskan waktu, yaitu terus diam dengan pandangan kosong_nyaris menyerupai patung.

Melihat keadaan seperti ini, Thunder jelas tidak nyaman sedikitpun. Ia lebih suka jika Ruby menolak dirinya, lalu menempeli Solar kemanapun asal putrinya ini kembali ceria. Sungguh, ia tidak masalah jika diacuhkan asalkan senyum diwajah cantik itu kembali.

Ingin bertanya, tapi Thunder merasa sangat ragu. Ia takut suaranya akan semakin membuat Ruby kesal.

Berbeda dengan Thunder yang sedang sibuk dengan rasa khawatirnya, maka Halilintar justru sibuk dengan umpatannya dibalik wajah kosong yang ia tunjukkan.

Sial! Idiot! Brengsek! Bagaimana aku bisa tidak sadar kalau suami Ruby itu adalah Solar? Kenapa harus Solar?

Ketidakpercayaan menghinggapi hatinya saat ini, membuat ia berpikir jika dirinya memang benar-benar sedang bermimpi.

Belum selesai satu-dua masalah yang muncul kemarin, dan ia sudah mendapatkan masalah yang baru.

Sial sekali hidupnya.

Terlebih... Solar?

Ia menyadari jika Solar telah banyak berubah. Lemak bayi yang terakhir kali ia lihat diwajah adiknya itu telah sepenuhnya menghilang, tergantikan dengan pipi tirus dan rahang yang kokoh. Lalu bola mata bulat yang biasa tertutupi kacamata visor telah berganti dengan kacamata tipis persegi panjang yang semakin membuat wajahnya terlihat dewasa.

Belum lagi tubuh tinggi dengan bentuk yang pasti menjadi keinginan semua lelaki, dengan otot-otot yang menonjol tapi tidak berlebihan. Cocok untuk wajahnya yang tampan dan dewasa.

Intinya, Solar telah benar-benar menjadi sosok yang baru dimata Halilintar. Pantas ia tidak mengenalinya.

'Kalau aku tidak terjebak disini, pasti tubuh asliku juga bisa lebih tampan darinya 'kan?'

Halilintar membatin frustasi, meski wajahnya tidak menunjukkan ekspresi, tapi hatinya benar-benar jauh berbeda. Ingin sekali ia mengamuk saat ini, tapi ia tidak ingin sang Papa mengira dirinya gila.

Bagaimanapun, Halilintar tidak menerima hal ini. Usianya dan Solar dulu memang terpaut 7 tahun, tapi sikap Solar yang sok dewasa dan narsisnya yang sering kumat, membuat Halilintar merasa tersaingi karena adik bungsunya itu berhasil menarik perhatian Yaya.

I'm Girl? OH NOO !!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang