S2C21: Chloe Sheila

1.7K 200 116
                                    

"Kalian siapa?"

Sepasang mata merah yang menatap polos sekaligus penasaran membuat kedua orang dewasa didekatnya saling pandang, sama-sama memberi isyarat yang entah kenapa berhasil dipahami.

Salah satu dari keduanya, yang merupakan seorang wanita, mengulas senyum lembut sembari menyentuh lengan si iris merah yang masih setia dengan kebingungannya. "Kami orang tuamu, Nak. Apa kau tidak ingat?"

Kepala dimiringkan adalah respon anak tersebut, mata merahnya mengerjap bingung hingga tak sadar jika raut wajahnya saat ini membuat si wanita teramat gemas. "Orang... Tua?"

Orang kedua mengangguk mantap, ia adalah seorang pria dengan sejumput rambut putih di dekat poninya. "Benar, Hali. Kami orang tuamu!"

Nada yakin dari ucapan si pria membuat anak 5 tahun itu mau tak mau harus mempercayainya. Ia melihat keduanya menatap dengan lembut tanpa ada niatan yang jahat, dan mungkin sudah seharusnya ia percaya. "Kalau begitu...." Ucapan pria itu kembali terulang dikepalanya, membuat ia mengingat nama yang disebutkan si pria. "Namaku Hali?"

Tebakannya membuat kedua orang dewasa itu melebarkan senyuman. "Anak pintar! Kau mudah sekali memahami sesuatu, Nak!" Si wanita mencubit gemas pipi sang anak, "namamu memang Hali, tepatnya Boboiboy Halilintar. Dan kau, anak dari kami, Ibu Lighty_"

"Dan Ayah Amato!" Si pria menyambung ucapan sang wanita sembari menghadiahkan kecupan sayang di dahi anak itu, membuat anak yang tak lain adalah Halilintar tak sanggup menepis rasa hangat dihatinya.

Ia mengangguk kecil. Meski kepalanya terasa kosong hingga kini, namun nama dirinya dan wajah kedua orang tuanya adalah memori pertama yang ia dapatkan saat ini. Entah apa yang terjadi sebelumnya, tapi mungkin itu bukanlah hal besar karena ia masih memiliki orang tua yang akan membantunya untuk mengingat semuanya.

"Jadi, Hali, apa kau mau bertemu dengan adik-adikmu, Nak?"

Lagi, Halilintar kecil memiringkan kepalanya hingga rambut kehitamannya yang tidak tertutupi perban tampak bergerak, "adik-adik?"

"Iya, kau memiliki dua adik kembar, namanya Taufan dan Gempa!"

"Taufan... Gempa... Adikku?"

.
.
.

___________________________________

I'm Girl? Oh Nooo !!!

____________________________________

.
.
.

Bau obat-obatan menyerang indera penciumannya tepat ketika kesadaran telah menguasai, membuat sepasang kelopak mata yang masih menyembunyikan warna iris itu mengernyit tak suka dengan aroma yang dihirupnya_ ini persis seperti masa lalunya.

Secara perlahan kelopak itu terbuka, menampakkan sepasang mata merah pekat yang memandang tak fokus. Dibawah matanya ada garis hitam yang sudah hampir memudar, berterima kasihlah pada orang yang merawatnya dan bersedia mengompres area itu agar tidak membengkak_ mengingat sebelumnya ia menangis cukup lama.

Ah, berbicara soal tangisan, ia mengingat semuanya. Tentang masalah, dan kekecewaan hatinya. Ia mengingatnya tetapi tak lagi ingin menangis.

Untuk apa? Ia bahkan berharap air matanya telah kering hingga tidak perlu untuk menangis lagi.

I'm Girl? OH NOO !!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang