14. Masalah Baru

1.4K 213 11
                                    

"Kau yakin tidak ingin pulang sekarang, sayang?" Nyonya Thunderstorm menatap putrinya dengan khawatir, merasa heran saat mendapati Ruby akan tetap bertahan di sekolah setelah mendapat masalah. Padahal biasanya, walaupun bebas dari hukuman, putri beriris merahnya itu akan selalu merengek untuk bolos sekolah dan berakhir pulang dengannya.

Oh, ia tidak tahu saja kalau Ruby yang sekarang bukanlah Ruby sesungguhnya.

"Aku yakin, Mama pulang saja!" Halilintar mencoba sabar, membiarkan wanita itu mengelus rambutnya yang terikat satu. Memangnya apa hubungannya antara terlibat masalah dengan pulang bersama ibunya sekarang? Lagipula semua permasalahan sudah diselesaikan dengan cepat.

Rekaman CCTV telah menjawab semuanya, hingga tak ada alasan bagi Kepala Sekolah untuk tidak menghukum kedua gadis yang awalnya berperan sebagai korban.

Cih, tapi sayangnya mereka hanya mendapatkan hukuman skorsing selama satu minggu. Tidak ada hukuman lain yang lebih menarik, jadi Halilintar sejujurnya kurang merasa puas. Tapi biarlah. Ia juga sedang malas untuk memprotes.

"Padahal Mama ingin sekali menghabiskan waktu denganmu, Sayang..." Raut wajah wanita itu tampak muram, membuat Halilintar bingung. Apa yang akan Ruby asli lakukan jika dihadapkan pada situasi ini?

"Nyonya Silluen!"

Kedua perempuan beda usia itu sama-sama menoleh untuk melihat seorang pria dewasa berseragam hitam. Pria itu mendekat dan memberi isyarat dengan menunjuk jam tangannya.

Seketika sang wanita dewasa langsung mengangguk paham. Ia tersenyum ketika pandangannya dialihkan pada putrinya. "Mama tidak bisa berlama-lama disini, Sayang. Maaf ya? Mama harus pergi, belajarlah yang rajin, oke?"

Halilintar mengangguk kecil ketika sebuah kecupan ia dapatkan didahinya, lalu mencoba tersenyum ketika wanita itu untuk sekali lagi berpamitan.

Jadi namanya Silluen, huh? Halilintar akan berusaha mengingat nama wanita berstatus Ibu Tirinya ini.

Tunggu! Ibu Tiri!

"Mama!" Sebelum Silluen berlalu semakin jauh, Halilintar kembali mencekal tangannya membuat sang wanita menatapnya penuh tanya. "A-aku ingin bertanya sesuatu!"

Silluen tampak memikirkannya sejenak, sebelum kemudian ia mengangguk sambil tersenyum. "Katakan saja, Sayang. Apa yang ingin kau tanyakan?"

Sejenak Halilintar tampak ragu, dalam hati ia menimang apakah keputusannya ini benar atau tidak. Bagaimana jika Ibu tirinya ini mulai curiga jika ia bukan Ruby? Ah, tapi diam pun tidak akan menyelesaikan masalah karena sejauh ini, justru setiap waktu Halilintar selalu dihadapkan masalah baru. "Aku... Berada di rumah Papa tadi malam, tapi aku tidak melihat keberadaan Mama. Memangnya tadi malam Mama tidak pulang?"

Silluen sempat terdiam cukup lama ketika mendengar pertanyaan putrinya, sebelum kemudian ia tiba-tiba tertawa. "Jangan bercanda, Sayang. Lelucon mu tidak lucu sekali!"

Halilintar mengerutkan keningnya. Lelucon, katanya? Bagian mana dari pertanyaannya yang dianggap lelucon? Oh, kecuali kalau Ruby yang asli memang sudah tahu alasan kenapa Mamanya tidak ada di rumah.

"Bukankah Mama memang tidak pernah tinggal dengan Papamu, hem? Apa kau lupa?"

Eh? Apa katanya? Tanpa sadar Halilintar mengerjapkan matanya hingga Nyonya Silluen tak tahan untuk mencubit gemas pipi putrinya. Oh ya ampun, sejak kapan gadis kesayangannya ini bisa bersikap semenggemaskan ini?

I'm Girl? OH NOO !!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang