Bab 10

12K 620 119
                                    

Vasco merebahkan dirinya di atas ranjang.

'Rama pasti pria yang bisa membahagiakan Nila.
Rama pasti bisa memenuhi segala keinginan Nila.
Rama pasti...... ' Vasco terus meyakinkan diri, bahwa Rama adalah pria yang tepat untuk Nila.

Karena ia selalu ingat perlakuan orang tua Nila yang selalu memberikan apa yang diminta Nila.
Bahkan tanpa diminta, mereka selalu paham dan peka apa yang diinginkan anaknya.

Contohnya saat iPhone mengeluarkan versi terbaru.
Tanpa Nila meminta, ayah sudah membelikan untuk putri tunggalnya.
Dan Vasco tau bagaimana reaksi Nila hingga gadis ini tak sanggup berkata karena terlalu bahagia.
Nila terus memeluk dan mencium pipi ayahnya sambil mengucapkan terimakasih berkali-kali.

Vasco juga masih ingat berapa harga skincare yang digunakan Bunda.
Setidaknya perawatan wajah Nila juga tak jauh berbeda dengan Bunda.

Belum lagi saat Nila cerita tentang liburan exclusive dengan ayah dan Bunda.
Sangat jauh berbeda dengan kehidupan keluarganya yang selalu liburan bersama agar hemat biaya.

'Income ku benar-benar nggak cukup untuk seorang Nila...
Gimana kalo punya anak?!' batin Vasco lagi.

Terngiang juga pesan eyang Bunda.
'Kalian lelaki ini kalo mau nikahin anak orang harus DI-BA-HA-GI-A-KAN.

Hidup sama orang tua nya banyak tawa, senang dan bahagia.
Jangan sampe nikah sama kalian, hidupnya makin sengsara, penuh kesedihan dan menderita.

Nggak ada istilah mengarungi rumah tangga bersama dalam suka dan duka... Nggak ada!
Harus suka dan bahagia!" Pesan eyang Bunda.

Vasco menghela nafas dan memantapkan hati, bahwa dia tidak boleh memperjuangkan Nila.
Nila harus mendapatkan yang terbaik.

'Cinta nggak harus memiliki kan?' batin Vasco menghibur dirinya sendiri.

********
Bulan telah berlalu.

"Hari Sabtu kita jadi liat baju pengantin?" Tanya Nila saat Rama menjemputnya pulang kerja.

"Rasanya nggak bisa ... " Jawab Rama.

"Ada acara apa?"

"Ada saudara yang datang. Biasanya aku yang nganterin keliling kota. Kalo aku nggak ada, kan nggak enak... Ntar dipikirnya menghindar.... "

"Jadinya bisa kapan?"

"Sabtu depan ya?"

"Jangan di anggap santai lho Ram...
Pernikahan kita 6 bulan lagi..."

"Kan uda kau serahin ke kamu semua...
Aku tinggal bayar aja kan?"

"Maksudnya bukan masalah pembayaran aja.
Kalo bisa kamu sediakan waktu.
Liat undangan, souvenir, pelaminan dan lainnya.
Ini kan pernikahan kita, aku nggak mau dinilai memonopoli acara ini."

"Aku percaya sama kamu Nila...
Apapun yang kamu pilih, pasti yang terbaik untuk kita kan?"

"Kalo aku yang pilih, no complain lho ya... "

Rama menunjukkan ibu jarinya.

Sabtu pagi, Nila malas ke salon.
Setelah sekian lama menghindari rumah Vasco, akhirnya ia kembali menginjakkan kakinya ke rumah ini lagi.

Dia ingin mencurahkan segala isi hatinya ke Nesa.

"Bu, Nesa dimana?" Tanya Nila menghampiri Isti yang sedang sibuk di dapur.

"Nesa lagi renang.... "

"Dari tadi ya Bu?"

"Barusan kok... "

#7 BUKAN CINTA YANG SALAH (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang