Bab 25

11.8K 704 74
                                    

Semalam Vasco tidak bisa memejamkan mata.
Dia menyesali perbuatannya yang telah membuat luka fisik dan luka di hati Nila.

Dada pria ini semakin perih dan teriris saat mengingat Nila yang menangis di pelukannya.

Dia berusaha untuk selalu merengkuh tubuh istrinya.
Jika Nila berubah posisi memunggungi nya, maka ia akan memeluk dari belakang.

Berkali-kali ia berbisik maaf dan mencium kening atau belakang kepala istrinya.

Vasco baru tertidur ketika menjelang subuh.

Nila bangun dan merasakan berat di perutnya, ternyata lengan suaminya.

"Kamu kemarin pasti capek ya? terus kesel liat aku pake rok pendek?
Tapi aku nggak suka kalo kamu negurnya di depan banyak orang.....malu... " Nila berbicara lirih menatap suaminya yang tidur pulas.

Lalu dia mengecup pelan kening suaminya.

Beberapa saat kemudian, Vasco bangun.

"Nila! Nila! " Dia berteriak memanggil istrinya dan dengan cepat ia keluar kamar.

"Iya mas! Nila buat sarapan!" Nila ikut berteriak.
Vasco lega saat mendengar suara istrinya.

"Kok mas nggak di bangunkan sich?" Vasco memeluk istrinya dari belakang dan mencium tengkuk Nila.

"Uda Nila bangunkan kok.. Tapi mas tetep merem.... " Kata Nila sambil mengaduk teh hangat.

Tidak ada balasan, Vasco tetap memeluk tubuh istrinya dan menyandarkan kepala di punggung Nila.

"Mas... Ini uda jam berapa?!
Buruan mandi!"

"Masih pengen peluk.... "

"Terus kapan kerjanya?"

"Iya.. Iya... Ini mandi!" Vasco mencium kepala belakang Nila lalu menguraikan pelukannya.

"Tumben amat sich mas, kamu manja banget.... " Kata Nila saat suaminya telah berlalu.

Seperti biasanya, usai sarapan mereka saling membantu membersihkan meja makan dan cuci piring.

"Yuk berangkat!" Nila mengulurkan tangannya kepada Vasco yang masih duduk di ruang makan.
Vasco meraih tangan istrinya, namun tak beranjak dari duduknya.

"Mas minta maaf uda buat paha Nila merah dan menangis... " Ucap Vasco pelan, mendongak menatap wajah istrinya yang berdiri. Tatapan nya seolah memohon.

"Kan semalam uda! Kenapa di bahas lagi?"

"Nila maafin mas kan?"

"Iya!" Jawab Nila dengan cepat, karena sudah waktunya berangkat kerja.

"Tuh kan! Nila kayaknya belum maafin mas dech... " Rengek Vasco.

"Ya Allah mas....Uda di maafin! Ayo buruan berangkat!" Kata Nila dengan nada kesal sambil melirik jam dinding yang terus berjalan.

"Nila kalo ngomong jangan bentak-bentak donk.... " Vasco semakin rengek.

"Mas kemarin juga bentak Nila... "

"Nah kan?! Nila belum maafin mas...
Itu buktinya masih ingat.. " Kata Vasco manja dengan memainkan jari istrinya.

"Nila uda maafin, tapi bukan berarti Nila lupa. Udah dech! Ayok berangkat!"

"Ya sama aja! Itu berarti Nila belum maafin mas... " Vasco berucap dengan cemberut.

'Kok jadi dia yang ngambek sich? Playing victim banget... 'Batin Nila geli melihat bibir manyun suaminya.

#7 BUKAN CINTA YANG SALAH (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang