Bab 19

13.9K 807 324
                                    

Beberapa bulan kemudian.

"Ayah... Bunda... Kalo kami menikah, saya minta ijin dari ayah dan bunda..." Kata Vasco.

"Minta ijin apa? Jangan minta ijin poligami!" Balas Bunda.

"Gini bun...Vasco uda punya rumah, tapi kecil dan masih nyicil.
Saya minta ijin mengajak Nil_"

"Nggak boleh! Nila harus tetap di kompleks perumahan ini.

Selain rumah ini, eyang Nila ada rumah di blok lain.

Memang rumahnya tidak sebesar ini atau rumah Nesa.

Tapi fasilitasnya hampir sama, ada kolam renangnya." Bunda memotong pembicaraan dan mengoceh panjang lebar.

Dia tau kemana arah pembicaraan Vssco, dan Agni tak mau anaknya pergi jauh darinya.

"Tapi saya sebagai pria yang bertanggung jawab, ingin memberikan_"

"Tidak harus seperti itu mas Vasco.

Menunjukkan pria bertanggung jawab tidak harus memanjakan dengan harta.

Bagi kami, melihat senyum Nila yang tulus adalah bukti kamu bisa menjadi pria yang bertanggung jawab.

Ayah dan Bunda cuma minta itu aja, melihat senyum Nila.

Sudah cukup peristiwa kemarin.
Kami tidak ingin melihat Nila sedih dan menangis lagi.

Kemarin hati kami benar-benar hancur.

Nila bahagia, kami bahagia.

Sanggup mas Vasco?" Tanya Bagas yang harus siap melepaskan Nila.

"Insya Allah siap yah... " Jawab Vasco dan memandang Bagas dengan penuh keyakinan.

"Bunda tau maksud Vasco.

Tapi Bunda nggak bisa jauh dari Nila.

Bunda cuma punya Nila.

Bunda harap Vasco tau apa yang kami rasakan..."

"Iya bunda... Terima kasih ayah dan bunda sudah mempercayakan Nila kepada Vasco.. "

"Coba besok kamu liat rumah itu!

Uda lama kosong, tapi sering di bersihkan kok.

Terserah Vasco sama Nila, mau diapakan rumahnya.... "

"Iya Bunda, besok kami sempatkan liat rumahnya... " Balas Vasco patuh.

"Bunda panggil Nila dulu ya... Kayaknya dia nggak tau kalo kamu uda datang... " Pamit bunda meninggalkan Bagas dan Vasco.

"Ayah pernah ada di posisi Vasco.

Ingin membuktikan ke mertua kalo kita bisa menghidupi anaknya dengan beli ini itu.

Tapi percayalah...yang mereka inginkan hanya melihat kebahagiaan anaknya. Sama seperti ayah saat ini.

Seandainya kebahagiaan bisa disebutkan dengan nominal, mereka pasti akan menebusnya...

Pesan ayah, bunda dan eyang cuma 1. Bahagiakan Nila.

#7 BUKAN CINTA YANG SALAH (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang