Bab 20

17.3K 778 144
                                    

Tiba di rumah, mereka sempat terbengong.
Antara terkejut dan senang.

Semua design dan perabotan sesesuai dengan apa yang mereka bayangkan.
Sambil bergandengan tangan kadang saling melingkar di pinggang, mereka menyusuri ruangan. (Istilah jaman now, home tour).

Dan baju mereka pun tertata rapi.

Terdengar suara ketukan pintu dan teriakan salam.

"Ngapain dia kesini?! Nggak bisa besok apa?!" Ucap Vasco seolah tau siapa yang ada di balik pintu.

"Ini buat makan malam dari Bunda. Ini telur ayam kampung mentah dari ibu. Katanya supaya kuat dan greng" Ucap Valdi dan menyelonong masuk ketika Vasco baru saja membuka pintu.

"Kamu taruh mana?" Tanya Vasco membuntuti adiknya.

"Telurnya taruh kulkas kan?!" Balas Valdi.

"Kok kamu tau tempatnya?" Tanya Vasco lagi. Valdi seolah paham betul tentang rumah ini.

"Kak...yang taruh baju kakak ke sini siapa kalo bukan aku? (Valdi menunjukkan wajah jumawa yang mengesalkan bagi Vasco).
Kalo baju Nila yang ngurusin Bunda.
Sekarang Nila kemana?"

"Mandi" Jawab Vasco singkat.

"Abis mandi bareng ya?!" Nada Valdi meledek dan menyengir.

"Ini baru pulang. Tadi abis dari hotel, ke tempat papa."

"Jadi belum belah duren?"

"Masih utuh! Cepetan kamu pulang. Aku mau belah duren dengan tenang... " Tanpa segan Vasco mengusir adiknya.

"Mana ada belah duren tenang?!" Kata Valdi mencibir sambil berjalan menuju pintu utama.

"Jangan lupa di tutup lagi pintunya!" Teriak Vasco.

"Emoh! Tutup sendiri!" Balas Valdi ikut berteriak.

"Adik kampret!" Balas Vasco mengikuti adiknya. Ternyata Valdi hanya menggodanya, pintu sudah di tutup olehnya.

Vasco masuk kamar, dia melihat Nila berdiri di depan meja rias yang menyisir rambutnya.
Pria ini berdiri di belakang Nila lalu memeluk nya dari belakang.

Nafas Nila mendadak berat. Vasco memcium pundak Nila.

"Mas..... " Panggil Nila lirih.

"Iya..... " Balas Vasco mencium leher Nila.

"Jangan Un-boxing Nila hari ini ya?"

Vasco sempat tersenyum mendengar kata Un-boxing.

"Kenapa?" Vasco terus mencecap leher istrinya.

"Nila malu.... "

Vasco berhenti menjelajahi leher Nila, lalu melihat istrinya dari pantulan cermin.

"Malu sama siapa? Sama mas?"

"Sama ayah... Sama sepupu mas.. Soalnya mereka sering ngeledek Nila... "

"Cepat atau lambat juga bakalan di Un-boxing.... "

"Iya.. Tapi jangan hari ini... " Ucap Nila dengan wajah memelas.

Vasco menarik nafas.

"Iya... Terserah Nila aja... Tapi kalo peluk sama cium masih boleh kan?"

Nila mengangguk.

'Nggak mau buka segel, tapi bajunya kayak gitu... ' batin Vasco melihat Nila yang memakai daster satin dengan tali spaghetti.

Setelah mandi dan makan malam, mereka terbaring santai di atas ranjang.
Nila melihat TV dan Vasco sibuk dengan ponsel.

#7 BUKAN CINTA YANG SALAH (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang