"Vas.... Nanti aku pulang nya bareng ya?" Udin berkata saat melewati meja kerja Vasco. Waktu menunjukkan hampir pukul 17.00.
"Nanti aku pulangnya agak malam. Soalnya harus periksa laporan anak-anak yang praktikum kemarin... " Jawab Vasco melihat sekilas ke Udin lalu dia melanjutkan membuka lembaran yang ada didepannya.
Terlihat meja Vasco tampak penuh dengan kertas yang menumpuk.
"Nggak papa aku tunggu aja.... "
"Ok.. " Jawab Vasco singkat.
Tepat pukul 19.00 Vasco membereskan mejanya.
Wajahnya yang kusut menunjukkan dia terlihat lelah.Dia berjalan dengan langkah perlahan menuju pintu utama.
"Uda selesai Vas?" Suara seorang wanita bertanya.
"Ah iya... Sudah Din.. Yuk pulang!" Vasco hampir saja melupakan Udin yang ikut pulang bersamanya.
"Kamu kayaknya capek banget... Masih belum selesai ya?" Kini Udin berjalan disampingnya.
"Periksa laporan uda selesai. Tadi aku ke ruangan KaJur... "
"Ngapain ke KaJur? "
"Aku mengajukan jadi dosen pendamping Program pengabdian masyarakat..... "
"Wah...keren tuch.... "
"Iya....Aku cari yang luar kota...Biar bisa refreshing sekalian..."
"Kamu nggak lapar? Mau makan dulu?" Dina Udin menawari.
"Capek Din. Aku mau langsung aja... Aku juga belum ke bengkel... " Vasco menolak secara halus ajakan Udin.
Vasco tiba di rumah hampir jam 9 malam.
"Kok pulangnya malam Vas?" Tanya Aji saat melihat anaknya memasuki ruang keluarga.
Vasco mendaratkan pantatnya di sofa dengan kasar.
"Capek yah.... " Vasco memejamkan mata dan memijit pangkal hidungnya.
"Ya jelas capek... Kamu berangkat jam setengah 7. Pulang jam segini.... Bengkel rame? "
" Biasa aja.... "
"Ada masalah di kampus?"
"Nggak ada..."
"Wanita?"
Vasco tertawa kecil dan membatin, 'ayah kok tau aja sich?'
"Nggak sempet mikir Wanita yah...."
"Terus kenapa? Ayah ini kenal semua anak ayah.... Jangan pernah bohongin ayah sama ibu.... "
Vasco menghela nafas, mau tak mau dia bercerita.
"Vasco mengajukan dosen pembimbing program pengabdian masyarakat." Vasco berbohong, dia tak mungkin menceritakan hal sesungguhnya.
"Itu ngapain?"
Vasco pun menjelaskan dengan rinci.
Aji mengangguk saat mendengar penjelasan dari anaknya.
"Kamu yakin bisa bagi waktu? Kadang juga keluar kota lho...." Tanya Aji.
"Insya Allah bisa."
"Jangan terlalu capek Vas.... "
"Kalo capek ya tinggal pijet yah... Ayah mau ikut? Ada pijet plus plus lho yah... "
"Pijet plus plus apa?" Suara Isti muncul tiba-tiba.
"Kamu cari gara-gara Vas... " Aji berkata lirih lalu melihat Vasco dan menggelengkan kepala.
Dan anaknya cuma bisa nyengir melihat wajah ayah yang tampak pasrah.
KAMU SEDANG MEMBACA
#7 BUKAN CINTA YANG SALAH (END)
Fiction généraleLangsung baca aja ya... Mungkin mengandung cerita dewasa