"Loh kalian disini juga ?" Nadine terkesiap, begitu pun dengan Arka.Nadine tersenyum kaku, bagaimana tidak? yang menghampiri mereka adalah Reynan, kaka tingkat sekaligus ketua pelaksana musyawarah besar periode ini.
Cobaan apalagi ini? kemarin mereka hampir terciduk oleh Ocha, dan sekarang? bertemu dengan Reynan.
"Iya bang, barusan ke gedung fakultas mau minta tandatangan wakil dekan untuk proposal, disuruh ngambilnya siang"
"Nanti kabarin kalo udah selesai" sahut Reynan. Setelah beberapa hari terakhir sering berkomunikasi dengan Reynan, membuat Nadine sudah tidak terlalu canggung. Reynan pun ternyata juga banyak bicara ketika membicarakan hal-hal penting. Meskipun tetap saja wajah datar nan tegas itu tidak pernah berubah.
"Siap bang"
"Lo Arka kan? yang kemarin ngambil project besar dari Hansel?"
"iya" Nadine merasa aneh ketika melihat dua orang yang sama-sama irit bicara ini berkomunikasi.
"gimana? selesai?"
"sisa 10 persen. Masih ngecek bug bug nya" Nadine benar-benar tidak mengerti arah pembicaraan Arka dan Reynan, mereka berdua itu sudah masuk ke dunia perilkoman begitu mendalam.
"oh okey, btw sorry ganggu kalian. gue kesana dulu" setelah perbincangan yang cukup panjang dengan Arka, Reynan pun undur diri. Nadine membuang nafasnya lega.
Nadine sebenarnya sedikit khawatir ketika ia dan Arka bertemu dengan orang kampus, namun Nadine yakin, orang seperti Reynan tidak akan seember itu untuk membeberkan apa yang dilihatnya. Lagian, bagi sebagian orang makan berdua dengan lawan jenis itu hal yang wajar, kan? toh banyak di luar sana yang hanya berstatus 'teman' tapi sering makan ataupun melakukan hal lain bersama-sama.
"Kenapa ?"
"ngga ngerti kalian ngomongin apa" sahut Nadine dengan ekspresi kesal
Arka terkekeh kecil
"Nanti pasti ngerti" Nadine hanya menganggukkan kepalanya. Ia benar-benar tidak tertarik membahas tentang programming.
Setelah satu semester dilaluinya, Nadine merasa ia lebih kuat di bagian hitung-hitungan matematika sebagai ilmu dasar pada komputer, dibandingkan membuat program yang harus mengasah logika, ia lebih menyukai hal-hal pasti yang sudah ada rumus dan ketentuannya.
"Liburan semester 1 bulan, kamu ngga ada rencana pengin kemana gitu?"
"hm" Arka belum menyahut, ia memang belum memikirkan liburan semester ini akan pergi kemana, mengingat akhir-akhir ini ia sedang disibukkan untuk menyelesaikan project dengan teman-temannya.
Arka juga bukan tipe orang yang suka berlibur ke luar kota, kecuali keluarga nya yang memaksa ataupun teman-temannya. Karena ia merasa liburan itu sangat ribet. Banyak hal yang perlu disiapkan.
"mau kemana?"
"Aku mau ke rumah bapa sama ibu"
"mubes ?"
"mubes kan acaranya pas udah masuk semester 2, aku mau nyelesain proposal sama surat-surat dulu. Kayaknya 2–3 hari lagi selesai. Jadi setelah itu bisa langsung ke sana"
"Tapi kamu mau nyelesain kerjaan dulu kan? aku bisa nunggu kok" sambung Nadine
"satu minggu lagi" putus Arka, ia yakin project nya dengan Kafka, Jordan, dan Alika itu sebentar lagi akan selesai. Karena memang tinggal mengecek saja.
"oke"
***
Saat ini Nadine sedang duduk di sofa bersama Arka, pria itu sedang mengerjakan sesuatu di laptopnya. Sedangkan Nadine, gadis itu sedang mengupas Apel. Ia sudah memiliki kebiasaan, lebih tepatnya mengharuskan dirinya sendiri untuk mengonsumsi nutrisi sehat, minimal dalam sehari ia mengonsumsi buah-buahan segar ataupun makanan sehat lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDINE
Teen Fiction"Nak, dari dulu kan kamu pengin kuliah di kota, Bapa juga maunya begitu. Tapi bapa sama Ibu tidak bisa menemanimu disana." "Nadine ngga papa kok pak kalau sendirian di sana." "Bahaya anak perempuan di kota tidak ada yang menjaga. Ini juga demi kebai...