Setelah mengetahui hal yang masih menimbulkan pertanyaan besar dikepalanya,
Nadine memutuskan untuk diam saja, ia bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Ia terlalu naif jika berpikir semuanya baik-baik saja. Nadine tahu, tidak seharusnya ia memendam ini. Bukankah kunci utama rumah tangga adalah komunikasi?Namun jujur saja, ia tidak siap mengetahui kenyataan yang sebenarnya. Ia sudah terbuai dengan hubungannya bersama Arka akhir-akhir ini, meskipun tidak bisa dikatakan kebahagiaan yang sempurna, tapi Nadine sudah sangat bersyukur.
Nadine memutuskan untuk tidur tanpa menunggu Arka yang masih berada di kamar mandi. Untuk saat ini, ia ingin melupakan sejenak mengenai hal tersebut, dan ia juga tidak ingin berhadapan langsung dengan Arka.
Gadis itu sudah merebahkan tubuhnya, membelakangi dari posisi biasanya Arka ketika tidur. Tak berapa lama, ia mendengar decitan pintu kamar mandi. Nadine memilih untuk pura-pura tidur.
Nadine merasa tempat tidurnya sedikit bergerak, ia tahu bahwa saat ini Arka sedang menaiki tempat tidur. Tak berapa lama, ada tangan yang memeluk Nadine dari belakang, jarak mereka saat ini sangat dekat bahkan hampir menempel. Ia juga bisa merasakan aroma tubuh Arka yang begitu menenangkan. Sampai akhirnya, ia mendengar suaminya itu membuka suara.
"Maaf" ucap Arka pelan yang terdengar lirih di telinga Nadine. Setelah itu ia merasa Arka mengecup pelan puncak kepalanya.
Tanpa Nadine sadari, air mata mulai membasahi pipinya, ia berusaha menahan agar tak terdengar suara isakan.
'ternyata mencintai sesakit ini ya'
***
"Adine, kemeja aku mana?" teriak Arka dari kamar, saat ini Nadine sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk mereka, waktu menunjukkan pukul 8 pagi. Acara musyawarah besar akan di mulai pukul 10, dan panitia wajib berada di kampus 45 menit sebelum acara dimulai.
"Di kamar tamu, baru aku setrikain" jawab Nadine dengan suara yang tak kalah kerasnya.
"Bawain kesini"
Nadine menghembuskan nafasnya, lalu berjalan menuju lantai atas. Mereka memang tidak memiliki ruangan khusus untuk menyetrika, sehingga kamar tamu yang kosong dialihfungsikan menjadi ruangan untuk Nadine menyetrika pakaian.
"Tinggal ke kamar sebelah apa susahnya sih" ucap Nadine sambil menyerahkan kemeja flanel berwarna hitam kepada Arka.
"kan–" belum sempat Arka menyelesaikan ucapannya, langsung dipotong oleh Nadine yang sudah menunjukkan wajah kesal.
"kan kamu istri aku"
"itu tau" ucap Arka enteng dengan wajah seolah tanpa dosa, membuat Nadine gemas ingin mencakar wajah suami tampannya ini.
"Adine, tolong keringin rambut aku"
"manja banget sih suamiku"
"sama istri juga, lagian ini bisa jadi ladang pahala buat kamu"
"baiklah baginda" ucap Nadine dengan senyum yang dibuat semanis mungkin. Lalu ia mulai mengerikan rambut Arka yang mulai memanjang itu dengan hair dryer miliknya.
"rambut kamu mulai panjang, ka"
"yaudah ntar temenin aku"
"temenin ke mana?" pancing Nadine
"barber shop lah" tanpa membalas ucapan Arka, Nadine mulai fokus mengeringkan helaian rambut Arka yang terasa begitu halus.
"makasih, dine" ucap Arka ketika Nadine sudah menyelesaikan tugasnya. Setelah menata rambut sebentar, Arka segera beranjang dari kursi rias milik Nadine.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDINE
Teen Fiction"Nak, dari dulu kan kamu pengin kuliah di kota, Bapa juga maunya begitu. Tapi bapa sama Ibu tidak bisa menemanimu disana." "Nadine ngga papa kok pak kalau sendirian di sana." "Bahaya anak perempuan di kota tidak ada yang menjaga. Ini juga demi kebai...