"Pesanan atas nama mbak Nadine Illana" saat ini Nadine sedang berada di halaman kampus dekat gerbang, karena tadi tiba-tiba ada seorang pria yang menelponnya dan menyebutkan bahwa ia sudah berada di dekat gerbang gedung 1 fakultas MIPA.
Nadine sangat heran karena ternyata yang didapatinya adalah pria dengan motor matic berjaket hijau. Kalian semua pasti sudah tahu, abang ojek online."Maaf pak, saya ngga mesan makanan"
"Ini dari mas Arka Dzaudan" ucap pria itu sambil menyodorkan plastik berwarna bening berlogo salah satu rumah makan.
"oh iya pak" Nadine mengambil plastik yang berisi makanan dan minuman dengan wajah yang masih kebingungan
"semuanya sudah dibayar sama mas Arka, saya permisi mbak"
"baik, terimakasih banyak pak"
Setelah menganggukkan kepala, pria itu langsung menjalankan motor nya keluar dari halaman kampus dan menuju ke jalan utama.
Nadine masih terdiam di dekat gerbang, ia heran kenapa Arka repot-repot menggunakan jasa ojek online. Bukankah lebih mudah jika ia langsung mengantarkan ke kampus?
Pertanyaan Nadine langsung terjawab ketika ada pesan masuk dari Arka.
Arka
Mknnnya udh smp? Aku ada ursn mnddk, g bs ke kampusNadine sudah tidak heran membaca pesan Arka yang singkat, bahkan sampai tiap kata nya pun disingkat. Awalnya ia begitu kesal, karena terkadang bingung saat membaca pesan tersebut, namun semakin kesini, ia sudah terbiasa.
Nadine
Okee, jangan kemalaman pulang. Makasih ya suamikuu utk makanan sama minumannya, jadi makin sayang deh 😘Setelah membalas pesan, Nadine segera berjalan menuju gerbang kampus. Ia tidak sabar untuk mengisi perutnya.
"Widih dianterin siapa nih" ucap Ocha dengan tatapan menggoda, Nadine yang melihat itu hanya mendengus pelan.
"Dianterin abang jaket hijau" ucap Nadine tanpa menoleh ke arah Ocha, gadis itu sedang sibuk membuka plastik dan mengeluarkan box makanannya.
Ocha langsung terbahak, ia berjalan mendekati Nadine yang saat ini sedang duduk di kursi panjang.
"Minta dong nad"
"Sok sokan ngetawain, minta juga kan lo"
"iya iya, sorry bund. Gue tiba-tiba laper liat makanan lo"
"Eh iya, si Arka mana? bukannya dia tadi di luar ya sama lo dan panji?"
Nadine hanya mengedikkan bahunya, tidak mungkin kan ia memberitahukan kepada Ocha? yang ada gadis itu malah curiga dan mencecarnya dengan berbagai pertanyaan menjebak.
Saat ini Nadine sedang sibuk dengan makanannya, sesekali menyerahkannya ke Ocha, karena Nadine yakin temannya itu juga sangat kelaparan karena sejak tadi sore mereka mengeluarkan banyak energi untuk mempersiapkan segala keperluan musyawarah besar ini.
"Eh nad lo tau ngga sih? di dalem panas banget"
"Bukannya pake AC ya?"
"Ih bukan panas itu! tapi kating sama alumni debat mulu" Nadine belum menyahut, ia masih menunggu kelanjutan dari ucapan Ocha.
"bahkan nih, debat masalah tata tertib acara aja lama banget. Padahal tinggal bilang sepakat apa susahnya coba"
"Namanya juga otak kritis cha, kurang tanda titik juga bisa didebat kali"
"Iya juga sih" ucap Ocha sambil manggut-manggut. Lalu ia melirik Nadine yang sangat lahap makan.
"Eh bagi dong" ucap Ocha menarik paksa box makan yang berada di tangan Nadine. Ia langsung menyuapkan nasi dan ayam yang tersisa sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDINE
Teen Fiction"Nak, dari dulu kan kamu pengin kuliah di kota, Bapa juga maunya begitu. Tapi bapa sama Ibu tidak bisa menemanimu disana." "Nadine ngga papa kok pak kalau sendirian di sana." "Bahaya anak perempuan di kota tidak ada yang menjaga. Ini juga demi kebai...