ARDINE

12. Komunikasi

Saat ini sebagian mahasiswa Ilmu Komputer angkatan 2020 sedang diperjalanan menuju rumah sakit tempat Adara dan Devita di rawat. Letak rumah sakit tersebut cukup jauh dari kampus, sekitar kurang lebih 10 km. Saat ini mereka banyak yang menggunakan motor dengan berboncengan, sedangkan yang menggunakan mobil hanya Arka dan Dio, beberapa teman lain pun menebeng di mobil tersebut.

Nadine memutuskan untuk menggunakan motor dan berboncengan dengan Zira, karena pagi tadi Nadine lebih dulu berangkat sehingga ia membawa motor ke kampus, Zira yang sedang malas mengendarai motor pun memutuskan untuk menebeng dengan Nadine.

Karena jalan menuju rumah sakit ini adalah jalanan baru yang luas dan cenderung sepi, sehingga banyak diantara mereka yang melajukan motornya cukup kencang, bahkan mereka berbalap balapan. Nadine dan Zira yang awalnya dibelakang pun berhasil menyalip beberapa teman-teman mereka, Zira menjulurkan lidahnya ke arah teman-temannya yang baru saja mereka balap, meledek beberapa teman pria mereka yang berhasil mereka balap.

Tak terasa, sekitar 15 menit kemudian mereka sampai di parkir rumah sakit, mereka menunggu beberapa teman yang belum sampai. Setelah semuanya berkumpul, mereka berembuk untuk berbagi orang, saat ini jumlah yang membesuk sekitar 20 orang, dan tidak mungkin semuanya masuk ke dalam satu ruangan yang sama. Karena yang dibesuk 2 orang dan mereka di ruangan VIP yang berbeda, sehingga Nadine dan teman-temannya memutuskan untuk dibagi menjadi 2 kelompok.

Nadine, Zira, Arka, Alan, Dion, Dio, dan 4 teman lainnya akan membesuk Adara. Sedangkan Koti mereka yaitu Rendi, Salwa, Ayra, Fandi, Panji, dan 5 teman lainnya membesuk Devita. Ocha dan Rani memang langsung pulang setelah kuliah berakhir, karena keadaan mereka yang belum begitu pulih.

Rumah sakit swasta yang menjadi tempat dirawatnya Adara dan Devita ini sangat luas, saat ini mereka masih berada di koridor, mereka bingung menuju ruangan VIP yang ditempati Adara dan Devita, perawat pun tidak terlihat berkeliaran, sehingga mereka benar-benar kebingungan.

"eh gila banget lo tadi bawa motor" Nadine benar-benar kesal karena satu tim dengan Dion, mereka sama-sama akan membesuk Adara. Tadi saat diperjalanan salah satu motor yang ia salip adalah motor Dion, padahal laki-laki itu menggunakan motor laki seperti motor ninja, Nadine pun tidak tau Dion itu menggunakan motor jenis ninja atau bukan, tapi yang pasti gadis itu berhasil menyalip dan membalap Dion.

"ya iyalah, Nadine mah pro banget kalo masalah bawa motor. lo mah lewat" ucap Zira dengan tatapan meremehkan Dion. Mereka berdua memang tidak pernah akur dengan Dion.

"lo tadi kecepatan berapa si? asli parah banget" Dion tidak habis pikir dengan kedua gadis itu yang jauh sekali membalapnya, lebih tepatnya dengan Nadine, gadis itu baru beberapa minggu yang lalu kecelakaan dan sekarang sudah sangat bar-bar membawa motor.

"90 atau 100 kali, gue ngga ngeliat juga" Nadine melupakan bahwa dibelakangnya saat ini ada Arka dan Alan yang sedari tadi mendengarkan, pria itu menatap tajam ke arah Nadine yang berjalan pelan beriringan dengan Zira, sedangkan Dion berjalan di depan Nadine sambil sesekali menoleh ke belakang menatap Nadine.

"duh dengerin gue ya ukhti, lo tuh baru aja sembuh, baru bisa jalan normal, jangan langsung bar-bar gitu dong" pria yang selalu membuat Nadine dan teman-temannya kesal itu kadang-kadang juga perhatian, namun lebih sering membuat mereka naik darah sehingga segala kebaikan yang ditunjukkan Dion tertutupi dengan ucapan-ucapan pedasnya.

"mukanya lemesin dikit bos" Alan yang sedari tadi mendengarkan percakapan mereka langsung menoleh ke arah sepupunya ini, dan Alan tidak kaget ketika melihat wajah mengeras dan tatapan tajam Arka.

..

Di ruang VIP Adara ini mereka duduk berdempetan, meskipun ruangan tersebut VIP tetap saja cukup sesak karena di tempati oleh 10 orang lebih, terlebih di ruangan tersebut ada sofa besar yang diatasnya banyak barang-barang Adara, sehingga mereka duduk lesehan di bawah.